Perang Salib di Era Dinasti Fatimiyah: Makna Yerusalem bagi Umat Kristen
loading...
A
A
A
Perang Salib tidak terjadi secara spontan, akan tetapi benih-benih timbulnya perang tersebut telah dimulai sejak lama. Benarkah perang ini dipicu invasi Turki Seljuk dan karena ritual keagamaan kaum Kristen di Yerusalem terganggu?
Kala itu, eksistensi kerajaan yang bernaung di bawah bendera Kristen di daerah yang telah mapan tersaingi oleh munculnya sebuah negara di bawah naungan bendera Islam di daerah yang gersang dan membutuhkan area hidup yang lebih luas.
Kedua kekuatan tersebut bersinggungan di daerah Syam yang hasilnya adalah kemenangan dan kejayaan kekuatan baru, yaitu negara di bawah bendera Islam.
Empat setengah abad kemudian meletuslah perang dahsyat yang membawa bendera agama yang bernama Perang Salib.
John Wolffe dalam bukunya berjudul "Religion in History: Conflict, Conversion, and Coexistence" menyebut Deklarasi Perang Salib dicetuskan oleh Paus Urbanus II di tahun 1095, tepatnya di tanggal 27 November.
Penyebab deklarasi perang adalah invasi Tuki Seljuk di wilayah Anatolia yang pada waktu itu dikuasai Byzantium Timur . Paus Urbanus II berjasa menyatukan pasukan Kristen di berbagai daerah Eropa untuk bersatu melawan kekuatan pasukan Islam yang terdiri dari Turki Seljuk, Kekhalifahan Fatimiyah, dan Kekhalifahan Abbasiyah.
Alasan selain invasi Turki Seljuk adalah ritual keagamaan kaum Kristen di Yerusalem terganggu pada waktu Paus Urbanus II menjadi pemimpin tertinggi umat Kristiani.
Deklarasi Paus Urbanus juga mempunyai tujuan untuk merebut Yerusalem yang dikuasai Islam sejak tahun 637.
Paus Urbanus II menambah kesakralan perang yang nantinya terkenal dengan nama “Perang Salib” dengan istilah membangun “Kerajaan Surga” di “tanah suci”, dan melawan pasukan muslim merupakan perjalanan menuju surga dan dapat menebus dosa-dosa yang telah diperbuat.
Deklarasi Paus Urbanus II mendapat sambutan yang luar biasa dari kerajaan Kristen di Eropa Barat yang diwakili oleh Kerajaan Inggris, Kerajaan Prancis, Kerajaan Suci Roma, dan kerajaan Kristen di Eropa Timur yang diwakili oleh Kerajaan Bizantium Timur dan kerajaan Armenia.
Agama yang sama serta tujuan dan musuh yang sama menjadikan pasukan Kristen Eropa menuju Yerusalem dengan kekuatan padu dan utuh disertai semangat keagamaan tinggi yang telah dikobarkan oleh Paus Urbanus II.
Makna Yerusalem bagi Kristen
Yesus dilahirkan di Betlehem, atau dalam bahasa Arabnya dikenal dengan Bait al-Lahm. Betlehem sekarang termasuk bagian dari Palestina. Populasi penduduknya mayoritas adalah muslim.
Munzir Hitami dalam bukunya berjudul "Revolusi Sejarah Manusia: Peran Rasul sebagai Agen Perubahan" (LKiS, 2009) menjelaskan Yesus tumbuh bersama ibunya, Maria, di Nazaret, dan terkenal dengan julukan Yesus dari Nazaret. Dalam bahasa Arab, Nazaret dikenal sebagai Nashirah.
"Oleh karena itu penyebutan Islam terhadap orang-orang Kristen adalah umat Nasrani atau Nashara, karena Yesus berasal dari Kota Nashirah," ujarnya.
Yesus lahir di Bethlehem dan tumbuh besar di Nazaret. Seharusnya jika melihat tempat kelahiran dan masa tumbuh dewasa Yesus, Bethlehem dan Nazaret dapat dijadikan sebagai kota suci sekaligus sebagai alasan utama pecahnya Perang Salib.
Pertanyaan besarnya, mengapa Yerusalem yang justru diperebutkan dalam perang tersebut?
David Shenk dalam buku yang diterjemahkan Agustinus Setiawidi berjudul "Ilah-Ilah Global" (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006) menjelaskan Yerusalem sangat berarti bagi Kristen karena di Yerusalem, Yesus disalib dan wafat. "Yesus disalib di Bukit Golgota, atau juga dikenal dengan nama Kalvari," ujarnya.
Di tempat inilah pada tahun 335 Raja Byzantium, Konstantin, membuat gereja untuk menyakralkan tempat disalibnya Yesus dalam menebus dosa manusia.
Gereja tersebut dinamakan Gereja Suci Sepulchre. Gereja ini dijadikan ritual umat Kristen di seluruh dunia setiap tahun, seperti halnya haji oleh orang-orang Islam di Makkah.
Trudy Ring dalam bukunya berjudul "International Dictionary of Historic Places" mengatakan gereja suci tersebut dihancurkan oleh Khalifah Fathimiah alHakim pada tahun 1009 yang membuat kehidupan beragama yang damai di Yerusalem terganggu. Gereja Suci Sepulchre dibangun lagi pada tahun 1048.
Di Yerusalem, Yesus dibangkitkan dari makamnya setelah disalib di Bukit Golgota.
Merebut Yerusalem dari tangan Islam dan menjadikannya tempat suci di bawah pemerintahan kerajaan Kristen merupakan suatu bentuk kehidupan pemerintahan yang ideal yang harus diwujudkan. Inilah selanjutnya yang melahirkan Perang Salib.
Kala itu, eksistensi kerajaan yang bernaung di bawah bendera Kristen di daerah yang telah mapan tersaingi oleh munculnya sebuah negara di bawah naungan bendera Islam di daerah yang gersang dan membutuhkan area hidup yang lebih luas.
Kedua kekuatan tersebut bersinggungan di daerah Syam yang hasilnya adalah kemenangan dan kejayaan kekuatan baru, yaitu negara di bawah bendera Islam.
Empat setengah abad kemudian meletuslah perang dahsyat yang membawa bendera agama yang bernama Perang Salib.
John Wolffe dalam bukunya berjudul "Religion in History: Conflict, Conversion, and Coexistence" menyebut Deklarasi Perang Salib dicetuskan oleh Paus Urbanus II di tahun 1095, tepatnya di tanggal 27 November.
Penyebab deklarasi perang adalah invasi Tuki Seljuk di wilayah Anatolia yang pada waktu itu dikuasai Byzantium Timur . Paus Urbanus II berjasa menyatukan pasukan Kristen di berbagai daerah Eropa untuk bersatu melawan kekuatan pasukan Islam yang terdiri dari Turki Seljuk, Kekhalifahan Fatimiyah, dan Kekhalifahan Abbasiyah.
Alasan selain invasi Turki Seljuk adalah ritual keagamaan kaum Kristen di Yerusalem terganggu pada waktu Paus Urbanus II menjadi pemimpin tertinggi umat Kristiani.
Deklarasi Paus Urbanus juga mempunyai tujuan untuk merebut Yerusalem yang dikuasai Islam sejak tahun 637.
Paus Urbanus II menambah kesakralan perang yang nantinya terkenal dengan nama “Perang Salib” dengan istilah membangun “Kerajaan Surga” di “tanah suci”, dan melawan pasukan muslim merupakan perjalanan menuju surga dan dapat menebus dosa-dosa yang telah diperbuat.
Deklarasi Paus Urbanus II mendapat sambutan yang luar biasa dari kerajaan Kristen di Eropa Barat yang diwakili oleh Kerajaan Inggris, Kerajaan Prancis, Kerajaan Suci Roma, dan kerajaan Kristen di Eropa Timur yang diwakili oleh Kerajaan Bizantium Timur dan kerajaan Armenia.
Agama yang sama serta tujuan dan musuh yang sama menjadikan pasukan Kristen Eropa menuju Yerusalem dengan kekuatan padu dan utuh disertai semangat keagamaan tinggi yang telah dikobarkan oleh Paus Urbanus II.
Baca Juga
Makna Yerusalem bagi Kristen
Yesus dilahirkan di Betlehem, atau dalam bahasa Arabnya dikenal dengan Bait al-Lahm. Betlehem sekarang termasuk bagian dari Palestina. Populasi penduduknya mayoritas adalah muslim.
Munzir Hitami dalam bukunya berjudul "Revolusi Sejarah Manusia: Peran Rasul sebagai Agen Perubahan" (LKiS, 2009) menjelaskan Yesus tumbuh bersama ibunya, Maria, di Nazaret, dan terkenal dengan julukan Yesus dari Nazaret. Dalam bahasa Arab, Nazaret dikenal sebagai Nashirah.
"Oleh karena itu penyebutan Islam terhadap orang-orang Kristen adalah umat Nasrani atau Nashara, karena Yesus berasal dari Kota Nashirah," ujarnya.
Yesus lahir di Bethlehem dan tumbuh besar di Nazaret. Seharusnya jika melihat tempat kelahiran dan masa tumbuh dewasa Yesus, Bethlehem dan Nazaret dapat dijadikan sebagai kota suci sekaligus sebagai alasan utama pecahnya Perang Salib.
Pertanyaan besarnya, mengapa Yerusalem yang justru diperebutkan dalam perang tersebut?
David Shenk dalam buku yang diterjemahkan Agustinus Setiawidi berjudul "Ilah-Ilah Global" (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006) menjelaskan Yerusalem sangat berarti bagi Kristen karena di Yerusalem, Yesus disalib dan wafat. "Yesus disalib di Bukit Golgota, atau juga dikenal dengan nama Kalvari," ujarnya.
Di tempat inilah pada tahun 335 Raja Byzantium, Konstantin, membuat gereja untuk menyakralkan tempat disalibnya Yesus dalam menebus dosa manusia.
Gereja tersebut dinamakan Gereja Suci Sepulchre. Gereja ini dijadikan ritual umat Kristen di seluruh dunia setiap tahun, seperti halnya haji oleh orang-orang Islam di Makkah.
Trudy Ring dalam bukunya berjudul "International Dictionary of Historic Places" mengatakan gereja suci tersebut dihancurkan oleh Khalifah Fathimiah alHakim pada tahun 1009 yang membuat kehidupan beragama yang damai di Yerusalem terganggu. Gereja Suci Sepulchre dibangun lagi pada tahun 1048.
Di Yerusalem, Yesus dibangkitkan dari makamnya setelah disalib di Bukit Golgota.
Merebut Yerusalem dari tangan Islam dan menjadikannya tempat suci di bawah pemerintahan kerajaan Kristen merupakan suatu bentuk kehidupan pemerintahan yang ideal yang harus diwujudkan. Inilah selanjutnya yang melahirkan Perang Salib.
(mhy)