Muslim India Menjadi Korban Rivalitas BJP: Mendorong Mereka dalam Kemiskinan
loading...
A
A
A
Apoorvanand mengingatkan Partai Bharatiya Janata atau Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) akan selalu menganiaya umat Islam di India. Dia menyebut umat Islam kini menjadi korban rivalitas pimpinan tersebut yang melibatkan Perdana Menteri India Narendra Modi .
"Jika mereka tidak dapat membunuh umat Islam dalam jumlah besar, mereka akan mendorong mereka ke dalam kemiskinan ," ujar pengajar Bahasa Hindi di Universitas Delhi ini dalam artikelnya berjudul "Why BJP’s election upset failed to halt the persecution of Muslims in India" yang dilansir Al Jazeera, Jumat 26 Juli 2024.
Cara yang ditempuh antara lain melalui serangan terhadap mata pencaharian mereka. "Semua itu dilakukan untuk mengomunikasikan kepada para pendukung Hindu mereka bahwa mereka berjuang untuk melindungi supremasi mereka di masyarakat," tulis Apoorvanand.
Di sejumlah negara bagian yang dikuasai BJP, diterapkan aturan yang memaksa para pelaku bisnis muslim, terutama pemilik restoran dan pedagang makanan lainnya, untuk memasang papan nama pemilik dan karyawannya, sebagai upaya memisahkan umat Hindu dengan masakan muslim.
Selain itu, sertifikasi halal juga dilarang untuk umat Islam. Padahal umat Islam yang taat perlu mengetahui apakah barang-barang yang mereka gunakan mengandung produk hewani – kosmetik, misalnya – halal atau tidak.
Penting bagi umat Islam yang taat untuk mengetahui apakah alkohol atau bahan yang terkait dengan hewan terlarang telah digunakan dalam pembuatan atau pemrosesan obat-obatan atau kosmetik yang mereka gunakan.
Apoorvanand mempertanyakan keberatan apa yang dapat diajukan seseorang terhadap sertifikasi halal? Sertifikasi halal tidak mengganggu praktik keagamaan non-Muslim. Sertifikasi halal sama sekali tidak memengaruhi kehidupan umat Hindu. "Apakah sertifikasi halal menodai para pendukung BJP?" ujar Apoorvanand.
Menurutnya, pelarangan sertifikasi halal dan pemaksaan pemilik toko Muslim untuk mengungkapkan identitas mereka jelas bertujuan membuat kehidupan umat Islam India menjadi lebih sulit.
Siklus kekerasan dan penganiayaan terhadap Muslim di India yang baru ini membingungkan banyak analis, kata Apoorvanand. Mereka mengira bahwa berkurangnya kekuatan BJP di Parlemen akan memaksanya untuk melakukan introspeksi dan mendisiplinkan diri. "Sebaliknya, partai ini menjadi lebih berani dan lebih keras," tandasnya.
Menurut Apoorvanand, hal ini diyakini sebagai hasil dari perebutan kekuasaan internal di dalam BJP.
Beberapa pihak mengklaim Perdana Menteri Narendra Modi mencoba mengalihkan tanggung jawab atas kekalahan pemilu kepada para pemimpin negara bagian seperti Kepala Menteri Uttar Pradesh Yogi Adityanath.
Dengan meningkatkan penganiayaan terhadap Muslim di negaranya, menurut argumen tersebut, Adityanath mengomunikasikan bahwa ia sebenarnya lebih kejam dan berkomitmen pada tujuan tersebut daripada Modi, dan karena itu layak untuk jabatannya.
Apoorvanand mengatakan mungkin ada beberapa kebenaran dalam argumen ini. Di seluruh negara bagian yang dipimpin BJP, tampaknya pihak berwenang saling berlomba untuk meningkatkan tekanan pada Muslim agar membuktikan kredensial nasionalis Hindu mereka dan memperkuat posisi mereka di dalam partai.
Sayangnya, jika menyangkut BJP, bahkan kekalahan telak dalam pemilu dan perebutan kekuasaan internal tampaknya berujung pada kekerasan lebih lanjut terhadap umat Muslim, alih-alih pemerintahan yang lebih bijaksana.
"Saat ini, kita menyaksikan serangan baru terhadap umat Muslim di India karena ideologi BJP pada dasarnya anti-Muslim dan anti-Kristen dan tidak dapat bertahan hidup tanpa melakukan kekerasan terhadap kelompok minoritas ini," ujar Apoorvanand.
Umat Islam dan minoritas lainnya akan tetap diserang di India selama BJP tetap berkuasa – sendiri atau dalam pemerintahan koalisi.
Namun, yang lebih memprihatinkan saat ini, di luar hasutan partai yang terus-menerus untuk melakukan kekerasan terhadap umat Islam, adalah kemauan baru semua lembaga negara seperti polisi dan pemerintahan sipil untuk melakukan serangan bermotif ideologi ini.
Menurut Apoorvanand, karena sepenuhnya sejalan dengan posisi BJP, mereka sekarang secara proaktif melecehkan dan menganiaya umat Muslim dan mendiskriminasi mereka tanpa dipaksa oleh pimpinan politik.
"Ini berarti umat Muslim akan menghadapi ancaman yang lebih langsung dan serius dalam kehidupan sehari-hari mereka di era baru ini di India," demikian Apoorvanand.
"Jika mereka tidak dapat membunuh umat Islam dalam jumlah besar, mereka akan mendorong mereka ke dalam kemiskinan ," ujar pengajar Bahasa Hindi di Universitas Delhi ini dalam artikelnya berjudul "Why BJP’s election upset failed to halt the persecution of Muslims in India" yang dilansir Al Jazeera, Jumat 26 Juli 2024.
Cara yang ditempuh antara lain melalui serangan terhadap mata pencaharian mereka. "Semua itu dilakukan untuk mengomunikasikan kepada para pendukung Hindu mereka bahwa mereka berjuang untuk melindungi supremasi mereka di masyarakat," tulis Apoorvanand.
Di sejumlah negara bagian yang dikuasai BJP, diterapkan aturan yang memaksa para pelaku bisnis muslim, terutama pemilik restoran dan pedagang makanan lainnya, untuk memasang papan nama pemilik dan karyawannya, sebagai upaya memisahkan umat Hindu dengan masakan muslim.
Selain itu, sertifikasi halal juga dilarang untuk umat Islam. Padahal umat Islam yang taat perlu mengetahui apakah barang-barang yang mereka gunakan mengandung produk hewani – kosmetik, misalnya – halal atau tidak.
Penting bagi umat Islam yang taat untuk mengetahui apakah alkohol atau bahan yang terkait dengan hewan terlarang telah digunakan dalam pembuatan atau pemrosesan obat-obatan atau kosmetik yang mereka gunakan.
Apoorvanand mempertanyakan keberatan apa yang dapat diajukan seseorang terhadap sertifikasi halal? Sertifikasi halal tidak mengganggu praktik keagamaan non-Muslim. Sertifikasi halal sama sekali tidak memengaruhi kehidupan umat Hindu. "Apakah sertifikasi halal menodai para pendukung BJP?" ujar Apoorvanand.
Menurutnya, pelarangan sertifikasi halal dan pemaksaan pemilik toko Muslim untuk mengungkapkan identitas mereka jelas bertujuan membuat kehidupan umat Islam India menjadi lebih sulit.
Siklus kekerasan dan penganiayaan terhadap Muslim di India yang baru ini membingungkan banyak analis, kata Apoorvanand. Mereka mengira bahwa berkurangnya kekuatan BJP di Parlemen akan memaksanya untuk melakukan introspeksi dan mendisiplinkan diri. "Sebaliknya, partai ini menjadi lebih berani dan lebih keras," tandasnya.
Menurut Apoorvanand, hal ini diyakini sebagai hasil dari perebutan kekuasaan internal di dalam BJP.
Beberapa pihak mengklaim Perdana Menteri Narendra Modi mencoba mengalihkan tanggung jawab atas kekalahan pemilu kepada para pemimpin negara bagian seperti Kepala Menteri Uttar Pradesh Yogi Adityanath.
Dengan meningkatkan penganiayaan terhadap Muslim di negaranya, menurut argumen tersebut, Adityanath mengomunikasikan bahwa ia sebenarnya lebih kejam dan berkomitmen pada tujuan tersebut daripada Modi, dan karena itu layak untuk jabatannya.
Apoorvanand mengatakan mungkin ada beberapa kebenaran dalam argumen ini. Di seluruh negara bagian yang dipimpin BJP, tampaknya pihak berwenang saling berlomba untuk meningkatkan tekanan pada Muslim agar membuktikan kredensial nasionalis Hindu mereka dan memperkuat posisi mereka di dalam partai.
Sayangnya, jika menyangkut BJP, bahkan kekalahan telak dalam pemilu dan perebutan kekuasaan internal tampaknya berujung pada kekerasan lebih lanjut terhadap umat Muslim, alih-alih pemerintahan yang lebih bijaksana.
"Saat ini, kita menyaksikan serangan baru terhadap umat Muslim di India karena ideologi BJP pada dasarnya anti-Muslim dan anti-Kristen dan tidak dapat bertahan hidup tanpa melakukan kekerasan terhadap kelompok minoritas ini," ujar Apoorvanand.
Umat Islam dan minoritas lainnya akan tetap diserang di India selama BJP tetap berkuasa – sendiri atau dalam pemerintahan koalisi.
Namun, yang lebih memprihatinkan saat ini, di luar hasutan partai yang terus-menerus untuk melakukan kekerasan terhadap umat Islam, adalah kemauan baru semua lembaga negara seperti polisi dan pemerintahan sipil untuk melakukan serangan bermotif ideologi ini.
Menurut Apoorvanand, karena sepenuhnya sejalan dengan posisi BJP, mereka sekarang secara proaktif melecehkan dan menganiaya umat Muslim dan mendiskriminasi mereka tanpa dipaksa oleh pimpinan politik.
"Ini berarti umat Muslim akan menghadapi ancaman yang lebih langsung dan serius dalam kehidupan sehari-hari mereka di era baru ini di India," demikian Apoorvanand.
(mhy)