Makna Khusus Perang Salib: Pasukan Salib Tidak Murni Kerajaan Katolik

Senin, 12 Agustus 2024 - 07:01 WIB
loading...
Makna Khusus Perang...
Pasukan Salib tidak murni terdiri dari kerajaan Kristen Katolik. Ilustrasi: Ist
A A A
Perang Salib di Timur Tengah memakan waktu 269 tahun, dimulai dari tahun 1096 hingga 1365. Itu jika Perang Salib X dihitung. Jika tidak, maka selama 176 tahun, yaitu dari tahun 1096 hingga 1272.

Salah satu fakta bahwa Perang Salib diidentikkan dengan perang yang terjadi antara umat Islam dan umat Kristen untuk memperebutkan Yerusalem .

Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut dari data dan fakta sejarah mengenai Perang Salib, dapat disimpulkan bahwa Perang Salib mempunyai makna khusus, salah satunya bahwa pasukan Salib tidak murni terdiri dari kerajaan Kristen Katolik.



Perang Salib terjadi selain karena keputusan Paus Urbanus II, juga dikarenakan cairnya hubungan antara Roma yang Katolik dengan Konstantinopel yang Ortodoks menjelang terjadinya Perang Salib I.

Alexios I Komnenos ketika menjadi Raja Byzantium meminta bantuan terhadap Kepausan di Roma agar mengirimkan pasukan untuk mengusir Turki Seljuk dari Anatolia.

Jadi selama Perang Salib I dan II terdapat keterlibatan Kerajaan Byzantium, serta terdapat Kristen Ortodoks dalam Perang Salib I dan II yang kedudukannya sebagai sekutu pasukan Salib.

Selain hadirnya Islam yang diwakili oleh Turki Seljuk pada Perang Salib V, terdapat Dinasti Ilkhan yang beragama Buddha pada perang Salib IX. Tanpa bantuan Dinasti Ilkhan, tidak mungkin bagi pasukan Salib mengalahkan Dinasti Mamlukiah.

Dinasti Ilkhan mewarisi strategi hebat Kerajaan Mongol dan ingin membalas kekalahan atas Dinasti Mamlukiah di Ain Jalut tahun 1260.



Katolik dan Islam

Makna khusus lainnya adalah, musuh Perang Salib tidak hanya Islam. "Pada penjelasan inilah keunikan Perang Salib. Yerusalem adalah tujuan dan misi utama Kepausan di Roma," tulis Jati Pamungkas.

Pasukan Salib harus berhasil merebut Yerusalem. Penguasa Yerusalem selama terjadi Perang Salib adalah Dinasti Fatimiyah, Turki Seljuk, Dinasti Ayyubiyah, dan Dinasti Mamlukiah. Keempat dinasti tersebut secara bergantian menguasai Yerusalem.

Keempat dinasti tersebut semuanya adalah dinasti yang dibentuk dari Islam. Fakta-fakta sejarah tersebut akhirnya melahirkan suatu kemutlakan: bahwa musuh pasukan Salib adalah Islam.

Terdapat misi tambahan dalam Perang Salib, yaitu menyebarkan paham Katolik. Pada Perang Salib I terjadi pembantaian orang-orang Yahudi di Rhineland, tahun 1096.50

Pada waktu itu keberadaan Yahudi sangat dibenci oleh Katolik. Orang-orang Yahudi secara ekonomi merupakan orang kaya dan kekayaan mereka dibutuhkan untuk membiayai perjalanan ke Yerusalem.

Sebelum pasukan Salib berangkat menuju Yerusalem pada Perang Salib I, banyak pembantaian orang-orang Yahudi di Eropa. Begitu pula ketika berhasil menguasai Yerusalem, orang-orang Yahudi didiskriminasi dan juga banyak yang dieksekusi.



Dari peristiwa tersebut banyak orang-orang Yahudi memeluk Katolik untuk menyelamatkan nyawanya. Jadi Yahudi juga merupakan musuh Katolik dalam Perang Salib.

Setelah jatuhnya Yerusalem ke tangan pasukan Salib pada tahun 1099, tidak hanya Islam yang dirugikan, namun juga orang-orang Yahudi.

Selain Yahudi, pasukan Salib juga memerangi kepercayaan pagan di Eropa. Momentum Perang Salib II dimanfaatkan pasukan Salib untuk menyebarkan Katolik ke kaum pagan.

Perang Salib II yang memerangi kaum pagan tersebut terjadi di Eropa Tengah dan dinamakan Perang Salib Wendish karena memerangi orang-orang Wend yang terdiri dari bangsa Slavia.
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3001 seconds (0.1#10.140)