Menyayat Hati! Kisah Bayi Kembar yang Dibunuh Tentara Israel: 5 Menit Setelah Dapat Akte Kelahiran

Kamis, 15 Agustus 2024 - 10:13 WIB
loading...
Menyayat Hati! Kisah...
Muhammad Abu al-Qumsan memegang akta kelahiran bayi kembarnya. Foto/Ilustrasi: MEE
A A A
Pada 14 Agustus 2024, Muhammad Abu al-Qumsan sedang dalam perjalanan mendaftarkan kelahiran bayi kembarnya , ketika serangan Israel menewaskan kedua bayi itu, serta istri dan ibu mertuanya.

Ayah yang baru berusia 33 tahun itu baru saja meninggalkan Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah, Gaza tengah, ketika ia menerima telepon yang menyuruhnya kembali ke rumah sakit . "Saya mendapat telepon dari orang-orang di lingkungan tempat tinggal saya," katanya sebagaimana dikutip Middle East Eye atau MEE.

""Mohammed, kamu baik-baik saja? Kamu di mana?' Saya bertanya kepada mereka apa yang sedang terjadi. Mereka berkata: 'Tidak apa-apa, datang saja ke Jalan Al-Aqsa... mereka mengebom rumah itu'."

Qumsan berada di dekat rumah sakit, menggambarkan saat ia menerima berita itu: "Saya mencoba masuk ke mobil dan segera kembali dan menemukan mereka di kamar mayat dalam lemari es, tewas terbunuh."

"Lima menit setelah mendapatkan akta kelahiran , saya mendapatkan akta kematian mereka," tutu Qumsan.



Istrinya, Jumana Abu al-Qumsan, kedua anaknya, Aser dan Aseel -- seorang laki-laki dan seorang perempuan--, dan ibu Jumana semuanya tewas akibat tembakan artileri Israel di rumah mereka pada Selasa pagi.

Si kembar baru berusia tiga hari saat mereka tewas.

Mereka tinggal di lantai lima gedung Qastal, sebelah timur Deir al-Balah.

Keluarga Qumsan telah mengungsi tiga kali sejak perang Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober. Mereka pertama kali diusir paksa dari kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara pada 13 Oktober, ke Khan Younis di Gaza selatan. Mereka kemudian dipaksa mengungsi ke Rafah di dekatnya, sebelum mengungsi sekali lagi ke Deir al-Balah.

"Apartemen ini berada di area yang aman karena istri saya membutuhkan perawatan khusus karena kehamilannya," kata Qumsan. "Itu dinyatakan dalam wilayah kemanusiaan."

Sejak konflik dimulai, Israel telah berulang kali mengebom wilayah padat penduduk yang sebelumnya mereka tandai sebagai zona aman kemanusiaan.

Setidaknya 40.000 warga Palestina telah dibunuh oleh Israel sejak Oktober, tetapi jumlah tersebut dianggap sebagai perkiraan yang rendah karena hanya mencakup kematian yang tercatat oleh pihak berwenang di Gaza.



'Yang tersisa hanyalah tulang belulang'

Jumana, istri Qumsan, bekerja sebagai dokter di rumah sakit yang sama tempat jenazahnya kemudian dibawa.

Ia melahirkan Aser dan Aseel pada hari Sabtu, setelah menjalani kehamilan yang sulit. Jumana memilih sendiri nama bayi-bayi itu.

"Ia sangat menderita untuk mereka," kata Qusman, "jadi ia lebih suka jika ia sendiri yang memberi mereka nama yang khas".

Qumsan membawa surat-surat akta kelahiran di tangannya dan sangat bersemangat untuk pulang dan menunjukkannya kepada istrinya.

"Surat-surat itu masih di tangan saya," katanya. "Jadi saya pergi ke lemari es [kamar mayat] untuk menunjukkannya kepada istrinya."
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2297 seconds (0.1#10.140)