Kisah Muawiyah: Khalifah yang Mempergunakan Jasa Body-Guard
loading...
A
A
A
Muawiyah adalah pendiri Daulah Umaiyyah . Nama dinasti itu diambil dari nama Umaiyah bin Abd. Syams, Datuk Muawiyah. Daulah ini berkuasa selama kurang lebih 90 tahun (40-132 H/661-750 M) diperintahkan oleh 14 orang khalifah .
Dr H Syamruddin Nasution M.Ag dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menyebut Muawiyah bin Abi Sofyan bin Harb bin Umayah sebagai khalifah pertama melakukan pemindahan ibu kota negara dari Kufah (pusat kekuasaan Ali bin ABi Thalib ) ke Dama0skus.
"Ini wajar, sebab 22 tahun ia menjadi gubernur di Damaskus. Selain itu dia mempunyai pendukung yang dapat diandalkan di sana, sedangkan di Kufah hanya terdapat pendukung Ali yang beraliran Syi’ah ," tulis Syamruddin.
Selain itu, Muawiyah juga tercatat sebagai khalifah yang pertama kali dalam pemerintahan Islam mempergunakan tenaga Body-Guard (pengawal pribadi) untuk alasan keamanan. Muawiyah juga membangun tempat khusus untuk dirinya di dalam masjid yang disebut dengan Maqsurah.
Muawiyah memperkuat pemerintahan dengan mengembangkan armada angkatan laut sehingga ketika itu dia telah memiliki 1.700 buah kapal. Dia pernah menyerahkan angkatan laut itu di bawah pimpinan puteranya Yazid untuk merebut Konstantinopel (668 – 669 M).
Akan tetapi usaha ini gagal karena pertahanan kota tersebut sangat kokoh. Akibatnya banyak yang menderita korban jiwa dan kapal, sekaligus karena pihak musuh tetap dapat menggunakan “Bom Yunani”.
Menjelang wafatnya, Muawiyah mengangkat puteranya, Yazid, sebagai putera mahkota yang mendapat dukungan dari para gubernurnya, tetapi dia mendapat tantangan dari para tokoh sahabat di Madinah, antara lain Husein bin Ali, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Zubeir. Mereka yang menentang ini karena menganggap tindakan Muawiyah bertentangan dengan janjinya kepada Hasan dahulu.
Al-Mughiroh bin Syu’bah adalah orang pertama yang mengusulkan kepada Muawiyah agar mengangkat anaknya Yazid menjadi khalifah sepeninggalnya. Ini karena dia akan dipecat Muawiyah dari jabatannya sebagai gubernur Kufah.
Al-Mughiroh pergi ke Syam menemui Yazid bin Muawiyah. Kepada Yazid ia mengatakan bahwa sesungguhnya para sahabat pilihan Nabi telah berpulang ke rahmatullah demikian juga para pembesar Quraisy yang berpengaruh. Kini tinggal para puteranya. "Sedangkan engkau adalah yang paling utama di antara mereka, saya tidak mengerti mengapa Amirul Mukminin tidak mengangkat engkau menjadi khalifah sesudahnya," ujar Al-Mughiroh.
Muawiyah yang diberitahu Yazid tentang pemikiran seperti itu, lantas memanggil al-Mughiroh. "Ya Amirul Mukminin sesungguhnya saya telah menyaksikan pertumpahan darah sepeninggal Utsman maka alangkah baiknya bila engkau mewariskan kekhalifahan itu kepada Yazid, sungguh Yazid lebih berhak menjadi khalifah sesudahmu nanti," jawab Al-Mughiroh.
Akhirnya, al-Mughiroh tidak jadi dipecat Muawiyah, malahan disuruh untuk mempersiapkan bai’at bagi penobatan Yazid menjadi putera mahkota. Misi al-Mughiroh berhasil dan dapat menggalang penduduk Kufah untuk mendukung Yazid menjadi putera mahkota sepeninggal Muawiyah nanti.
Dr H Syamruddin Nasution M.Ag dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menyebut Muawiyah bin Abi Sofyan bin Harb bin Umayah sebagai khalifah pertama melakukan pemindahan ibu kota negara dari Kufah (pusat kekuasaan Ali bin ABi Thalib ) ke Dama0skus.
"Ini wajar, sebab 22 tahun ia menjadi gubernur di Damaskus. Selain itu dia mempunyai pendukung yang dapat diandalkan di sana, sedangkan di Kufah hanya terdapat pendukung Ali yang beraliran Syi’ah ," tulis Syamruddin.
Selain itu, Muawiyah juga tercatat sebagai khalifah yang pertama kali dalam pemerintahan Islam mempergunakan tenaga Body-Guard (pengawal pribadi) untuk alasan keamanan. Muawiyah juga membangun tempat khusus untuk dirinya di dalam masjid yang disebut dengan Maqsurah.
Muawiyah memperkuat pemerintahan dengan mengembangkan armada angkatan laut sehingga ketika itu dia telah memiliki 1.700 buah kapal. Dia pernah menyerahkan angkatan laut itu di bawah pimpinan puteranya Yazid untuk merebut Konstantinopel (668 – 669 M).
Akan tetapi usaha ini gagal karena pertahanan kota tersebut sangat kokoh. Akibatnya banyak yang menderita korban jiwa dan kapal, sekaligus karena pihak musuh tetap dapat menggunakan “Bom Yunani”.
Menjelang wafatnya, Muawiyah mengangkat puteranya, Yazid, sebagai putera mahkota yang mendapat dukungan dari para gubernurnya, tetapi dia mendapat tantangan dari para tokoh sahabat di Madinah, antara lain Husein bin Ali, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Zubeir. Mereka yang menentang ini karena menganggap tindakan Muawiyah bertentangan dengan janjinya kepada Hasan dahulu.
Al-Mughiroh bin Syu’bah adalah orang pertama yang mengusulkan kepada Muawiyah agar mengangkat anaknya Yazid menjadi khalifah sepeninggalnya. Ini karena dia akan dipecat Muawiyah dari jabatannya sebagai gubernur Kufah.
Al-Mughiroh pergi ke Syam menemui Yazid bin Muawiyah. Kepada Yazid ia mengatakan bahwa sesungguhnya para sahabat pilihan Nabi telah berpulang ke rahmatullah demikian juga para pembesar Quraisy yang berpengaruh. Kini tinggal para puteranya. "Sedangkan engkau adalah yang paling utama di antara mereka, saya tidak mengerti mengapa Amirul Mukminin tidak mengangkat engkau menjadi khalifah sesudahnya," ujar Al-Mughiroh.
Muawiyah yang diberitahu Yazid tentang pemikiran seperti itu, lantas memanggil al-Mughiroh. "Ya Amirul Mukminin sesungguhnya saya telah menyaksikan pertumpahan darah sepeninggal Utsman maka alangkah baiknya bila engkau mewariskan kekhalifahan itu kepada Yazid, sungguh Yazid lebih berhak menjadi khalifah sesudahmu nanti," jawab Al-Mughiroh.
Akhirnya, al-Mughiroh tidak jadi dipecat Muawiyah, malahan disuruh untuk mempersiapkan bai’at bagi penobatan Yazid menjadi putera mahkota. Misi al-Mughiroh berhasil dan dapat menggalang penduduk Kufah untuk mendukung Yazid menjadi putera mahkota sepeninggal Muawiyah nanti.
(mhy)