Kontroversi Kitab Barzanji: Roh Nabi Muhammad Hadir dalam Acara Maulid
loading...
A
A
A
ADA kepercayaan di sebagian umat Islam bahwa roh Nabi Muhammad SAW akan menghadiri acara maulid . Penulis kitab Barzanji juga seakan mengajak para pembacanya agar mereka menyakini bahwa Rasulullah SAW hadir pada saat membaca selawat , terutama ketika Mahallul Qiyâm (posisi berdiri).
Kepercayaan semacam ini mengundang debat. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (1912-1999), dalam kitab "at-Tahdzîr minal Bida’" menyatakan Rasulullah SAW tidak akan keluar dari kubur beliau sebelum hari kiamat dan tidak akan berhubungan dengan seseorang (dalam keadaan sadar), tidak pula hadir dalam pertemuan-pertemuan mereka.
"Beliau akan tetap berada dalam kubur beliau hingga hari Kiamat. Roh beliau berada di ‘Illiyyin yang tertinggi di sisi Rabb beliau dalam Darul Karamah," ujar cendekiawan Islam yang semasa hidupnya menjabat sebagai Dewan Riset Ilmu dan Fatwa (al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-Ilmiyah wal Ifta') juga sebagai mufti (penasehat agung) kerajaan Arab Saudi ini.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan mereka akan mati (pula).” (QS az-Zumar/39 :30). Dan dalam ayat yang lain, Allah berfirman: “Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat.” [ QS al-Mukminûn/23 : 15-16].
Rasulullah SAW bersabda:
Aku adalah penghulu manusia di hari Kiamat nanti dan orang yang pertama kali keluar dari alam kubur, serta orang yang pertama kali memberi syafa’at dan yang menyampaikan syafa’at. [HR Muslim ]
Ayat dan hadis tersebut serta berbagai ayat dan hadis senada lainnya menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang sudah mati lainnya akan keluar dari kubur mereka pada hari Kiamat nanti.
“Ini adalah pendapat yang sudah disepakati oleh para ulama kaum Muslimin, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan mereka,” ujar Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.
Hadirnya Rasulullah
Penulis kitab Barzanji mengajak para pembacanya agar mereka meyakini bahwa Rasulullah SAW hadir pada saat membaca selawat, terutama ketika Mahallul Qiyâm (posisi berdiri). Hal itu sangat tampak sekali di awal qiyâm (berdiri) membaca:
Selamat datang, selamat datang, selamat datang, selamat datang wahai kakek Husain selamat datang.
Sekadar mengingatkan penulis kitab Barzanji adalah Ja’far al-Barjanzi al-Madani. Beliau pernah menjadi khatib di Masjidilharam dan seorang mufti dari kalangan Syaf’iyyah. Beliau wafat di Madinah pada tahun 1177H/1763 M.
Lantaran posisi berdiri saat membaca Barzanji ini memang terdapat perbedaan pendapat di antara para pengamalnya. Beda pendapat itu terkait apakah yang hadir itu jasad Nabi Muhammad SAW bersama rohnya ataukah rohnya saja?
Ahli Hadis, Muhammad Alawi al-Maliki (1944-2004) berpendapat yang hadir hanyalah rohnya. Dia mengingkari dengan keras pendapat yang menyatakan bahwa yang hadir adalah jasadnya.
Di sisi lain, banyak ulama berpendapat bahwa Rasulullah SAW telah berada di alam Barzah yang tinggi dan rohnya dimuliakan Allah SWT di surga, sehingga tidak mungkin kembali ke dunia dan hadir di antara manusia.
Kehadiran Rasulullah SAW juga tercermin pada bait berikutnya dalam Kitab Barzanji:
Wahai Nabi salam sejahtera atasmu, wahai Rasul salam sejahtera atasmu
Wahai kekasih salam sejahtera atasmu, semoga rahmat Allah tercurah atasmu.
KH Muhyiddin Abdusshomad dalam bukunya berjudul “Fikih Tradisionalis” menjelaskan tujuan membaca selawat itu adalah untuk mengagungkan Nabi Muhammad SAW.
Menurutnya, salah satu cara mengagungkan seseorang adalah dengan berdiri, karena berdiri untuk menghormati sesuatu sebetulnya sudah menjadi tradisi kita. Bahkan tidak jarang hal itu dilakukan untuk menghormati benda mati.
Misalnya, setiap kali upacara bendera dilaksanakan pada hari Senin, setiap tanggal 17 Agustus, maupun pada waktu yang lain, ketika bendera merah putih dinaikkan dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan, seluruh peserta upacara diharuskan berdiri.
"Tujuannya tidak lain adalah untuk menghormati bendera merah putih dan mengenang jasa para pejuang bangsa. Jika dalam upacara bendera saja harus berdiri, tentu berdiri untuk menghormati Nabi SAW lebih layak dilakukan, sebagai ekspresi bentuk penghormatan kepada beliau. Bukankah Nabi Muhammad SAW adalah manusia teragung yang lebih layak dihormati dari pada orang lain?" tulis Muhyiddin Abdusshomad.
Qiyas yang disampaikan Muhyiddin Abdusshomad ini juga mengundang tanggapan sementara pihak. Bagaimana mungkin menghormati Rasul disamakan dengan hormat bendera ketika upacara, sedangkan kedudukan beliau sangat mulia dan derajatnya sangat agung, baik saat hidup atau setelah wafat?
Bagaimana mungkin beliau disambut dengan cara seperti itu, sedangkan beliau berada di alam Barzah yang tidak mungkin kembali dan hadir ke dunia lagi?
Menyambut Orang
Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan dalam hadis Nabi SAW, ’Berdirilah kalian untuk tuan atau orang yang paling baik di antara kalian'.
Imam Nawawi dalam kitab "Minhaj Syarah Shahîh Muslim" berpendapat bahwa pada hadis di atas terdapat anjuran untuk berdiri dalam rangka menyambut kedatangan orang yang mempunyai keutamaan. Namun, tidak dilakukan kepada orang yang telah wafat meskipun terhadap Rasulullah SAW.
Sedangkan Qadhi Iyadh dalam "Ikmâlil Mu’lim Bi Syarah Shahîh Muslim" menjelaskan hadis tersebut sebagai anjuran dan perintah Rasulullah SAW kepada orang-orang Anshar agar berdiri dalam rangka membantu Sa’ad bin Muadz ra turun dari keledainya, karena dia sedang luka parah, bukan untuk menyambut atau menghormatinya.
Kepercayaan semacam ini mengundang debat. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (1912-1999), dalam kitab "at-Tahdzîr minal Bida’" menyatakan Rasulullah SAW tidak akan keluar dari kubur beliau sebelum hari kiamat dan tidak akan berhubungan dengan seseorang (dalam keadaan sadar), tidak pula hadir dalam pertemuan-pertemuan mereka.
"Beliau akan tetap berada dalam kubur beliau hingga hari Kiamat. Roh beliau berada di ‘Illiyyin yang tertinggi di sisi Rabb beliau dalam Darul Karamah," ujar cendekiawan Islam yang semasa hidupnya menjabat sebagai Dewan Riset Ilmu dan Fatwa (al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-Ilmiyah wal Ifta') juga sebagai mufti (penasehat agung) kerajaan Arab Saudi ini.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan mereka akan mati (pula).” (QS az-Zumar/39 :30). Dan dalam ayat yang lain, Allah berfirman: “Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat.” [ QS al-Mukminûn/23 : 15-16].
Rasulullah SAW bersabda:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ
Aku adalah penghulu manusia di hari Kiamat nanti dan orang yang pertama kali keluar dari alam kubur, serta orang yang pertama kali memberi syafa’at dan yang menyampaikan syafa’at. [HR Muslim ]
Ayat dan hadis tersebut serta berbagai ayat dan hadis senada lainnya menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang sudah mati lainnya akan keluar dari kubur mereka pada hari Kiamat nanti.
“Ini adalah pendapat yang sudah disepakati oleh para ulama kaum Muslimin, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan mereka,” ujar Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.
Hadirnya Rasulullah
Penulis kitab Barzanji mengajak para pembacanya agar mereka meyakini bahwa Rasulullah SAW hadir pada saat membaca selawat, terutama ketika Mahallul Qiyâm (posisi berdiri). Hal itu sangat tampak sekali di awal qiyâm (berdiri) membaca:
مَرْحَبًا يَا مَرْحَبًا يَا مَرْحَبًا مَرْحَبًا ياَ جَدَّ الْحُسَيْنِ مَرْحَبًا
Selamat datang, selamat datang, selamat datang, selamat datang wahai kakek Husain selamat datang.
Sekadar mengingatkan penulis kitab Barzanji adalah Ja’far al-Barjanzi al-Madani. Beliau pernah menjadi khatib di Masjidilharam dan seorang mufti dari kalangan Syaf’iyyah. Beliau wafat di Madinah pada tahun 1177H/1763 M.
Lantaran posisi berdiri saat membaca Barzanji ini memang terdapat perbedaan pendapat di antara para pengamalnya. Beda pendapat itu terkait apakah yang hadir itu jasad Nabi Muhammad SAW bersama rohnya ataukah rohnya saja?
Ahli Hadis, Muhammad Alawi al-Maliki (1944-2004) berpendapat yang hadir hanyalah rohnya. Dia mengingkari dengan keras pendapat yang menyatakan bahwa yang hadir adalah jasadnya.
Di sisi lain, banyak ulama berpendapat bahwa Rasulullah SAW telah berada di alam Barzah yang tinggi dan rohnya dimuliakan Allah SWT di surga, sehingga tidak mungkin kembali ke dunia dan hadir di antara manusia.
Kehadiran Rasulullah SAW juga tercermin pada bait berikutnya dalam Kitab Barzanji:
يَا نَبِيْ سَلاَمٌ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلُ سَلاَمٌ عَلَيْكَ
يَا حَبِيْبُ سَلاَمٌ عَلَيْكَ صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْكَ
Wahai Nabi salam sejahtera atasmu, wahai Rasul salam sejahtera atasmu
Wahai kekasih salam sejahtera atasmu, semoga rahmat Allah tercurah atasmu.
KH Muhyiddin Abdusshomad dalam bukunya berjudul “Fikih Tradisionalis” menjelaskan tujuan membaca selawat itu adalah untuk mengagungkan Nabi Muhammad SAW.
Menurutnya, salah satu cara mengagungkan seseorang adalah dengan berdiri, karena berdiri untuk menghormati sesuatu sebetulnya sudah menjadi tradisi kita. Bahkan tidak jarang hal itu dilakukan untuk menghormati benda mati.
Misalnya, setiap kali upacara bendera dilaksanakan pada hari Senin, setiap tanggal 17 Agustus, maupun pada waktu yang lain, ketika bendera merah putih dinaikkan dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan, seluruh peserta upacara diharuskan berdiri.
"Tujuannya tidak lain adalah untuk menghormati bendera merah putih dan mengenang jasa para pejuang bangsa. Jika dalam upacara bendera saja harus berdiri, tentu berdiri untuk menghormati Nabi SAW lebih layak dilakukan, sebagai ekspresi bentuk penghormatan kepada beliau. Bukankah Nabi Muhammad SAW adalah manusia teragung yang lebih layak dihormati dari pada orang lain?" tulis Muhyiddin Abdusshomad.
Qiyas yang disampaikan Muhyiddin Abdusshomad ini juga mengundang tanggapan sementara pihak. Bagaimana mungkin menghormati Rasul disamakan dengan hormat bendera ketika upacara, sedangkan kedudukan beliau sangat mulia dan derajatnya sangat agung, baik saat hidup atau setelah wafat?
Bagaimana mungkin beliau disambut dengan cara seperti itu, sedangkan beliau berada di alam Barzah yang tidak mungkin kembali dan hadir ke dunia lagi?
Menyambut Orang
Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan dalam hadis Nabi SAW, ’Berdirilah kalian untuk tuan atau orang yang paling baik di antara kalian'.
Imam Nawawi dalam kitab "Minhaj Syarah Shahîh Muslim" berpendapat bahwa pada hadis di atas terdapat anjuran untuk berdiri dalam rangka menyambut kedatangan orang yang mempunyai keutamaan. Namun, tidak dilakukan kepada orang yang telah wafat meskipun terhadap Rasulullah SAW.
Sedangkan Qadhi Iyadh dalam "Ikmâlil Mu’lim Bi Syarah Shahîh Muslim" menjelaskan hadis tersebut sebagai anjuran dan perintah Rasulullah SAW kepada orang-orang Anshar agar berdiri dalam rangka membantu Sa’ad bin Muadz ra turun dari keledainya, karena dia sedang luka parah, bukan untuk menyambut atau menghormatinya.
(mhy)