Ittiba, Tanda Cinta kepada Rasulullah SAW
loading...
A
A
A
JAKARTA - Cinta kepada Rasulullah SAW merupakan kewajiban setiap umat Islam. Hal ini merupakan bagian dari keimanan seseorang, dengan pengakuan atas risalah serta mengikuti ajarannya. Lantas apa tanda cinta kepada Rasulullah SAW?
Jawabannya adalah ittiba’, yang artinya mengikuti dan menuruti apa yang dianjurkan serta menjauhi apa yang dilarang oleh Nabi kita. Namun, KH. Abdullah Syamsul Arifin, mengingatkan umat Islam dewasa ini terpisah jarak dan waktu ribuan tahun dengan Rasulullah SAW sehingga muncul kendala bagaimana ittiba’ kepada sang Nabi di zaman ini?
Pasalnya ada yang umum di masa Rasulullah SAW namun bisa jadi tidak umum di saat ini. Maka menurut Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini, jawabannya kita harus ittiba’ Rasulullah SAW dengan cara terus belajar sehingga kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW dilandasi dengan ilmu.
“Modal cinta saja tidak cukup, harus dibarengi dengan penguasaan ilmu. Sebab saat ini ada orang yang entah belajar kepada siapa yang kemudian dengan klaim ittiba’ kepada Rasulullah SAW lantas menyalahkan orang lain. Merasa dirinya paling baik dan paling mengerti sunnah Rasulullah SAW,” kata kyai yang akrab disapa Gus Aab ini dalam acara peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW keluarga besar Universitas Jember (UNEJ) di Masjid Al Hikmah, Jumat (20/09/2024).
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Arifin Bangsalsari, Jember ini lantas memberikan contoh. Dahulu pada masa Rasulullah SAW, adzan dikumandangkan dengan cara muadzin naik ke bangunan yang tinggi atau menara agar suara adzan terdengar hingga ke seantero wilayah. Namun saat ini muadzin cukup mengumandangkan adzan dari dalam masjid tanpa harus naik ke menara sebab telah dibantu sarana pengeras suara.
“Maka kemasannya beda, namun isinya sama. Oleh karena itu jika cara ittiba’ Rasulullah SAW kita kebetulan sama, maka marilah saling menguatkan, namun jika ternyata berbeda maka hendaknya mengedepankan sikap saling menghargai,” kata Gus Aab kepada hadirin yang terdiri dari unsur pimpinan, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa UNEJ.
Sebelumnya saat memberikan sambutan, Rektor Universitas Jember mengajak hadirin kaum muslim keluarga besar UNEJ untuk selalu menjadikan Rasulullah SAW sebagai contoh dalam setiap bidang kehidupan, karena Nabi Muhammad SAW adalah sebaik-baiknya teladan.
“Tujuan peringatan Maulid Nabi adalah agar kita bisa memperdalam ajaran agama Islam, mempuk cinta kepada Rasulullah SAW sekaligus bersilaturahmi,” kata Iwan Taruna.
Kegiatan peringatan Maulid nabi Muhammad SAW Keluarga Besar UNEJ dimulai dengan lantunan ayat suci Al Qur’an yang dibacakan oleh Indi Harum Nadiba, mahasiswa baru dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dan lantunan sholawat nabi yang dibawakan oleh mahasiswa UNEJ yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Muslim Taklim & Khidmah (MUSTIKA).
Jawabannya adalah ittiba’, yang artinya mengikuti dan menuruti apa yang dianjurkan serta menjauhi apa yang dilarang oleh Nabi kita. Namun, KH. Abdullah Syamsul Arifin, mengingatkan umat Islam dewasa ini terpisah jarak dan waktu ribuan tahun dengan Rasulullah SAW sehingga muncul kendala bagaimana ittiba’ kepada sang Nabi di zaman ini?
Pasalnya ada yang umum di masa Rasulullah SAW namun bisa jadi tidak umum di saat ini. Maka menurut Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini, jawabannya kita harus ittiba’ Rasulullah SAW dengan cara terus belajar sehingga kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW dilandasi dengan ilmu.
“Modal cinta saja tidak cukup, harus dibarengi dengan penguasaan ilmu. Sebab saat ini ada orang yang entah belajar kepada siapa yang kemudian dengan klaim ittiba’ kepada Rasulullah SAW lantas menyalahkan orang lain. Merasa dirinya paling baik dan paling mengerti sunnah Rasulullah SAW,” kata kyai yang akrab disapa Gus Aab ini dalam acara peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW keluarga besar Universitas Jember (UNEJ) di Masjid Al Hikmah, Jumat (20/09/2024).
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Arifin Bangsalsari, Jember ini lantas memberikan contoh. Dahulu pada masa Rasulullah SAW, adzan dikumandangkan dengan cara muadzin naik ke bangunan yang tinggi atau menara agar suara adzan terdengar hingga ke seantero wilayah. Namun saat ini muadzin cukup mengumandangkan adzan dari dalam masjid tanpa harus naik ke menara sebab telah dibantu sarana pengeras suara.
“Maka kemasannya beda, namun isinya sama. Oleh karena itu jika cara ittiba’ Rasulullah SAW kita kebetulan sama, maka marilah saling menguatkan, namun jika ternyata berbeda maka hendaknya mengedepankan sikap saling menghargai,” kata Gus Aab kepada hadirin yang terdiri dari unsur pimpinan, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa UNEJ.
Baca Juga
Sebelumnya saat memberikan sambutan, Rektor Universitas Jember mengajak hadirin kaum muslim keluarga besar UNEJ untuk selalu menjadikan Rasulullah SAW sebagai contoh dalam setiap bidang kehidupan, karena Nabi Muhammad SAW adalah sebaik-baiknya teladan.
“Tujuan peringatan Maulid Nabi adalah agar kita bisa memperdalam ajaran agama Islam, mempuk cinta kepada Rasulullah SAW sekaligus bersilaturahmi,” kata Iwan Taruna.
Kegiatan peringatan Maulid nabi Muhammad SAW Keluarga Besar UNEJ dimulai dengan lantunan ayat suci Al Qur’an yang dibacakan oleh Indi Harum Nadiba, mahasiswa baru dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dan lantunan sholawat nabi yang dibawakan oleh mahasiswa UNEJ yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Muslim Taklim & Khidmah (MUSTIKA).
(msf)