Perkara yang Paling Diminta Umat Islam saat Yaumil Hisab, Apa Itu?

Rabu, 26 Juni 2024 - 09:35 WIB
loading...
Perkara yang Paling...
Ternyata yang paling penting dan paling diinginkan umat Islam di saat yaumil hisab adalah syafaat Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam. Foto ilustrasi/ist
A A A
Di yaumil hisab , ada satu perkara yang paling diminta oleh umat Islam agar bisa mencapai surga. Perkara apakah itu? Ternyata yang paling penting dan paling diinginkan umat Islam di saat yaumil hisab adalah syafaat Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam.

Syafaat merupakan bentuk kasih sayang Nabi Muhammmad Shallallahu alaihi wa sallam yang paling indah pada hari kiamat. Dan syafaat ini, adalah bentuk perhatian Rasulullah kepada umatnya, yang benar-benar tiada tara dan tak terkira. Sampai-sampai Rasulullah menangguhkan sebagian doanya hingga hari kiamat demi membela dan menyelamatkan mereka, sebagimana sabdanya,

“Setiap nabi pasti memiliki doa mustajab. Hanya saja mereka menyegerakan doa mereka di dunia. Namun, aku menunda doa itu demi menolong umatku pada hari kiamat. Insyaallah, doa itu akan terwujud,” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Besarnya kasih sayang Nabi Muhammad SAW kepada umatnya juga tak tergantikan dengan tawaran masuknya separuh mereka ke surga. Rasulullah lebih memilih tawaran syafa'at karena ingin membela umatnya lebih banyak, sebagaimana tergambar dalam salah satu hadisnya,

“Aku diberi pilihan antara syafaat dengan masuknya separuh umatku ke surga. Namun, aku memilih syafaat. Sebab, syafaat lebih menyeluruh dan lebih banyak. Mungkin saja kalian mengira syafaatku hanya untuk orang-orang bertakwa? Tidak. Tetapi juga untuk orang-orang yang berdosa,” (HR Al-Tirmidzi).

Dikutip dari NU online, karena ada syafaat bukan berarti kelonggaran untuk berbuat dosa karena kelak akan mendapat pembelaaan dari Rasulullah. Sebab, walau hanya sebentar, siksa Allah tidak boleh diremehkannya. Sekalinya dicelupkan ke dalam neraka Jahanam, seorang hamba bisa lupa terhadap seluruh kesempurnaan nikmat dunia yang pernah didapatnya, sebagaimana yang diingatkan Rasulullah dalam sabdanya,

“Pada hari kiamat akan dihadirkan penghuni neraka yang paling bahagia semasa di dunia lalu coba dimasukkan ke dalam neraka dan ditanyakan kepadanya, ‘Wahai Ibnu Adam, bukankah engkau hanya melihat kebaikan? Bukankah hanya kenikmatan yang engkau rasakan?’ Dia menjawab, ‘Wahai Rabb, demi Allah, tidak pernah.’”

Maka dari itu, tetaplah takut kepada Allah. Takut melanggengkan dosa, terlebih dosa besar, takut meninggal dalam kemaksiatan, dan seterusnya. Sebab, dosa walaupun kecil—tetapi bila dilakukan dengan kesombongan—bisa mengundang murka Allah dan mengeluarkan pelakunya dari barisan umat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang luput mendapatkan syafaatnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memiliki 3 syafaat, yaitu:
1. Syafaat al-‘udzma, yaitu syafa'at yang terjadi di padang mahsyar
2. Syafaat untuk penghuni surga untuk bisa memasukinya.
3. Syafaat bagi orang yang dihukum untuk masuk neraka, namun tidak jadi masuk ke dalamnya. Juga syafa'at bagi orang yang telah masuk ke dalam neraka untuk keluar dari neraka.

Syafa'at al-udzma tidak dimiliki oleh seorang nabi pun selain Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan ini merupakan syafa'at yang paling besar. Para ulama sepakat menyebut syafa'at al-udzma ini adalah syafaat paling agung. Disebut paling agung karena meliputi seluruh makhluk mulai dari generasi pertama hingga generasi terakhir. Tak terkecuali orang-orang kufur dan ingkar kepada Allah. Berkat syafa'at itu mereka pun lekas dihisab. Beliau telah menggambarkan dengan jelas bagaimana beratnya penderitaan umat manusia mencari-cari yang bisa menyelamatkan dirinya dari kegetiran hari kiamat, sebagaimana ringkasan hadis shahih panjang berikut ini:

Dikumpulkanlah seluruh manusia dalam sebuah pelataran luas, mulai manusia pertama hingga yang terakhir. Mereka terdengar oleh siapa pun yang memanggil dan terlihat oleh siapa pun yang memandang. Matahari begitu dekat hingga mereka tak sanggup lagi menanggung penderitaan dan kepedihan.

Mereka bertanya, “Apakah kalian tidak melihat apa yang tengah kalian alami? Apakah kalian tidak melihat sosok yang bisa meminta syafaat (pertolongan) kepada Tuhan untuk kalian?” Sebagian menjawab, “Kalian harus mendatangi Adam.” Mereka pun berbondong-bondong menuju Adam as. Kepadanya mereka memohon, “Engkau adalah Abu al-Basyar. Diciptakan Allah langsung dengan tangan-Nya. Ruh-Nya ditiupkan kepadamu. Malaikat diperintah sujud kepadamu. Maka mintalah syafaat kepada Tuhan untuk kami. Apakah engkau tidak melihat keadaan kami? Apakah engkau tidak melihat apa yang tengah kami alami?” Adam menjawab, “Hari ini, Tuhanku pun murka kepadaku, murka yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tak akan pernah murka setelahnya. Dia melarangku mendekati pohon tapi aku melanggarnya. Diriku, diriku, diriku, pergilah kalian kepada selainku. Coba temuilah Nuh ‘alaihissalam.”

Akhirnya, mereka berbondong-bondong menuju Nabi Nuh tapi beliau pun angkat tangan. Tidak bisa memintakan pertolongan kepada Allah. Demikian pula saat menemui Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Hingga terakhir mereka diarahkan kepada nabi terakhir, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.



Wallahu A'lam
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3422 seconds (0.1#10.140)