Syiah Rafidah: Kepercayaan Allah Mengalami Bada' dan Al-Qur'an Tidak Otentik
loading...
A
A
A
SALAH satu kepercayaan kaum Rafidah adalahmeyakini, Allah mengalami bada' (bukan bid'ah). Bad' adalah pengetahuan Tuhan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak Dia mengerti. Ini menyebabkan Tuhan harus mengubah kepastian atau takdirnya.
"Menurut kepercayaan ini, berarti Allah pernah bersifat bodoh, lupa dan alpa. Maha suci Allah dari perkataan mereka yang angkuh dan takabur itu," tulisMahmud az-Za'by dalam bukunya berjudul "Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at" yang diterjemahkanAhmadi Thaha dan Ilyas Ismail menjadi "Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi" (Pustaka,1989).
Allamah al-Hujjah as-Sayyid Ibrahim al-Musawi al-Zanjam berkata: "Para Nabi dan tokoh agama telah bersepakat membenarkan adanya bada` atas diri Allah. "Dalam kitab al-Kafi dinukil pernyataan dari as-Shadiq berikut ini: Tidak ada sesuatu yang menjadikan Allah lebih agung selain bada`. Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang Nabi, kecuali dia seorang yang kebingungan. Dan Allah tidak mengutus seorang Nabi, kecuali Dia berkata kepadanya tentang bad'. Allah tidak menjadikan seseorang sebagai Nabi, kecuali ia mengakui lima hal pada diri Allah, satu di antaranya adalah bad'.
Selain itu, ada beberapa pernyataan serupa. Misalnya, kepada sebagian kaum Mu'tazilah, mereka mengatakan bahwa bada` adalah salah satu sifat Allah yang sempurna, bukan sifat yang menunjukkan kekurangan.
Berkata pengarang Mukhtar as-Shihah2(dalam menjelaskan kata bada`, dengan contoh): Badaa lahu fi hadzal amri badaa`an, artinya: Muncul baginya dalam masalah ini suatu pendapat. Orang yang bersangkutan disebut Dzu badawaat (yang mempunyai pikiran-pikiran/pendapat-pendapat baru).
Al-Qur'an Tidak Otentik
Mahmud az-Za'by mengatakan untuk membuktikan bahwa mereka mempunyai kepercayaan seperti itu, kita bisa melihat dan membaca dalam buku-buku mereka, seperti Fashl al-Khithab fi Itsbati Tahrifi Kitab al-Arbab, karya an-Nuri. Beliau seorang pemuka Rafidah. Menurut para pengikutnya, an-Nuri adalah pemikir Syi'ah paling terkemuka, dan tokoh pada masanya. Buku an-Nuri dicetak pada tahun 1298 H.
An-Nuri menyatakan bahwa al Qur'an telah berubah dari aslinya, tidak lagi otentik. Ini terjadi karena ulah Abu Bakar dan 'Umar bin Khattab. Menurut an-Nuri, al-Qur'an yang otentik adalah yang dikumpulkan dan dicatat oleh Fathimah. Tebalnya tiga kali lebih dari yang sekarang.
Kecuali itu, sebagian kaum Rafidhah ada yang mengubah sendiri kata-kata al Qur'an dari tempat dan makna yang sesungguhnya. Sebabnya, mereka mempunyai tradisi mentakwilkan al-Qur'an sesuai keyakinan dan pemikiran mereka yang berbeda dari ulama salaf --sahabat, tabi'in maupun pemuka Islam lainnya-- dari segi permikiran atau interpretasi. Mereka menafsirkan al-Qur'an sekehendak hati.
"Menurut kepercayaan ini, berarti Allah pernah bersifat bodoh, lupa dan alpa. Maha suci Allah dari perkataan mereka yang angkuh dan takabur itu," tulisMahmud az-Za'by dalam bukunya berjudul "Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at" yang diterjemahkanAhmadi Thaha dan Ilyas Ismail menjadi "Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi" (Pustaka,1989).
Allamah al-Hujjah as-Sayyid Ibrahim al-Musawi al-Zanjam berkata: "Para Nabi dan tokoh agama telah bersepakat membenarkan adanya bada` atas diri Allah. "Dalam kitab al-Kafi dinukil pernyataan dari as-Shadiq berikut ini: Tidak ada sesuatu yang menjadikan Allah lebih agung selain bada`. Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang Nabi, kecuali dia seorang yang kebingungan. Dan Allah tidak mengutus seorang Nabi, kecuali Dia berkata kepadanya tentang bad'. Allah tidak menjadikan seseorang sebagai Nabi, kecuali ia mengakui lima hal pada diri Allah, satu di antaranya adalah bad'.
Baca Juga
Selain itu, ada beberapa pernyataan serupa. Misalnya, kepada sebagian kaum Mu'tazilah, mereka mengatakan bahwa bada` adalah salah satu sifat Allah yang sempurna, bukan sifat yang menunjukkan kekurangan.
Berkata pengarang Mukhtar as-Shihah2(dalam menjelaskan kata bada`, dengan contoh): Badaa lahu fi hadzal amri badaa`an, artinya: Muncul baginya dalam masalah ini suatu pendapat. Orang yang bersangkutan disebut Dzu badawaat (yang mempunyai pikiran-pikiran/pendapat-pendapat baru).
Al-Qur'an Tidak Otentik
Mahmud az-Za'by mengatakan untuk membuktikan bahwa mereka mempunyai kepercayaan seperti itu, kita bisa melihat dan membaca dalam buku-buku mereka, seperti Fashl al-Khithab fi Itsbati Tahrifi Kitab al-Arbab, karya an-Nuri. Beliau seorang pemuka Rafidah. Menurut para pengikutnya, an-Nuri adalah pemikir Syi'ah paling terkemuka, dan tokoh pada masanya. Buku an-Nuri dicetak pada tahun 1298 H.
An-Nuri menyatakan bahwa al Qur'an telah berubah dari aslinya, tidak lagi otentik. Ini terjadi karena ulah Abu Bakar dan 'Umar bin Khattab. Menurut an-Nuri, al-Qur'an yang otentik adalah yang dikumpulkan dan dicatat oleh Fathimah. Tebalnya tiga kali lebih dari yang sekarang.
Baca Juga
Kecuali itu, sebagian kaum Rafidhah ada yang mengubah sendiri kata-kata al Qur'an dari tempat dan makna yang sesungguhnya. Sebabnya, mereka mempunyai tradisi mentakwilkan al-Qur'an sesuai keyakinan dan pemikiran mereka yang berbeda dari ulama salaf --sahabat, tabi'in maupun pemuka Islam lainnya-- dari segi permikiran atau interpretasi. Mereka menafsirkan al-Qur'an sekehendak hati.
(mhy)