Ini Mengapa Muhammadiyah tidak Bermazhab
loading...
A
A
A
KEBERAGAMAN pemahaman telah melahirkan berbagai mazhab . masing-masing mazhab ini menyuguhkan interpretasi berbeda terhadap hukum dan nilai Islam.
"Namun, Muhammadiyah berpandangan tidak mengikatkan diri secara mutlak pada satu pandangan, melainkan menjadikan al-Quran dan Sunnah sebagai pegangan utama," demikian laman resmi Pimpinan Pusat Muhammadiyah , Kamis (31/10).
Pendekatan ini memotivasi umat untuk berpikir terbuka dan tidak terperangkap pada satu pendapat.
Muhammadiyah sejatinya tidak menolak pandangan mazhab-mazhab, namun memilih untuk tidak mengikatkan diri pada satu mazhab tertentu.
Muhammadiyah menghormati pemikiran ulama terdahulu, tetapi menekankan pentingnya merujuk langsung pada al-Quran dan Sunnah.
Al-Quran telah menegaskan pentingnya mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman dalam QS al-Hujurat ayat 1,
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Muhammadiyah Harus Kedepankan Prinsip Kemanusiaan Dari Formalitas Ritual Keagamaan
Selain itu, Allah juga berfirman dalam Surah az-Zumar ayat 18:
(Yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.661) Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah ululalbab (orang-orang yang mempunyai akal sehat).
Rasulullah SAW pun menegaskan pentingnya berpegang pada al-Quran dan Sunnah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik.
Dari Malik, bahwa telah sampai padanya (riwayat) di mana Nabi saw bersabda: telah aku wariskan kepada kalian dua hal. Tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya: al-Quran dan Sunnah Nabi.
Dalam ranah ijtihad, Rasulullah SAW juga memberi kelonggaran bagi umat untuk berusaha memahami agama.
Dari ‘Amr bin al-Ash, bahwa ia mendengar Nabi saw bersabda: apabila seorang hakim berijtihad dalam memutuskan suatu hukum, dan kemudian ia benar, maka baginya dua pahala, dan jika ijtihadnya salah, maka ia mendapatkan satu pahala.
Para Imam mazhab utama dalam Islam juga memiliki pandangan senada. Imam Abu Hanifah menyatakan,
Apabila pendapatku berbeda dengan Kitabullah dan Kabar Rasulullah maka tinggalkanlah pendapatku.
Imam Malik pun menegaskan,
Saya adalah manusia yang bisa salah dan benar. Maka perhatikan pendapatku; setiap yang sesuai al-Quran dan Sunnah, maka ambillah. Setiap yang tidak sesuai, tinggalkanlah
Imam asy-Syafi’i menyampaikan sikap yang serupa,
Jika kalian mendapati pada tulisanku sesuatu yang bertentangan dengan sunah Rasulullah, maka berpendapatlah dengan sunah Rasulullah dan tinggalkan pendapatku
Imam Ahmad juga menyarankan agar umat tidak bertaklid buta,
Jangan taqlid padaku, juga tidak pada Malik, asy-Syafi’i. al-Awza’I, dan tidak pun ats-Tsauri. Ambillah panduan dari sumber yang mereka juga merujuk padanya (al-Quran dan Sunnah Nabi saw).
Dalam menghadapi isu-isu kekinian, Muhammadiyah lebih mengedepankan sumber hukum utama, yaitu al-Quran dan Sunnah. Muhammadiyah memandang bahwa sikap ini bukan berarti menolak pandangan mazhab, tetapi justru memfasilitasi ijtihad yang terus relevan bagi kehidupan umat. keterikatan Muhammadiyah pada al-Quran dan Sunnah menggambarkan sikap moderat.
"Namun, Muhammadiyah berpandangan tidak mengikatkan diri secara mutlak pada satu pandangan, melainkan menjadikan al-Quran dan Sunnah sebagai pegangan utama," demikian laman resmi Pimpinan Pusat Muhammadiyah , Kamis (31/10).
Pendekatan ini memotivasi umat untuk berpikir terbuka dan tidak terperangkap pada satu pendapat.
Muhammadiyah sejatinya tidak menolak pandangan mazhab-mazhab, namun memilih untuk tidak mengikatkan diri pada satu mazhab tertentu.
Muhammadiyah menghormati pemikiran ulama terdahulu, tetapi menekankan pentingnya merujuk langsung pada al-Quran dan Sunnah.
Al-Quran telah menegaskan pentingnya mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman dalam QS al-Hujurat ayat 1,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيِ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Muhammadiyah Harus Kedepankan Prinsip Kemanusiaan Dari Formalitas Ritual Keagamaan
Selain itu, Allah juga berfirman dalam Surah az-Zumar ayat 18:
الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗ ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ
(Yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.661) Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah ululalbab (orang-orang yang mempunyai akal sehat).
Rasulullah SAW pun menegaskan pentingnya berpegang pada al-Quran dan Sunnah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik.
عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ” تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ، لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Dari Malik, bahwa telah sampai padanya (riwayat) di mana Nabi saw bersabda: telah aku wariskan kepada kalian dua hal. Tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya: al-Quran dan Sunnah Nabi.
Dalam ranah ijtihad, Rasulullah SAW juga memberi kelonggaran bagi umat untuk berusaha memahami agama.
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ
Dari ‘Amr bin al-Ash, bahwa ia mendengar Nabi saw bersabda: apabila seorang hakim berijtihad dalam memutuskan suatu hukum, dan kemudian ia benar, maka baginya dua pahala, dan jika ijtihadnya salah, maka ia mendapatkan satu pahala.
Para Imam mazhab utama dalam Islam juga memiliki pandangan senada. Imam Abu Hanifah menyatakan,
إِذَا قُلْتُ قَوْلًا يُخَالِفُ كِتَابَ اللّهِ وَخَبَرِ الرَّسُولِ صَلّى اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاتْرُكُوْا قَوْلَيْ
Apabila pendapatku berbeda dengan Kitabullah dan Kabar Rasulullah maka tinggalkanlah pendapatku.
Baca Juga
Imam Malik pun menegaskan,
أَنَا بَشَرٌ أَخْطَىءُ وَأُصِيْبُ فَانْظُرُوْا فِيْ رَأْيِيْ فَكُلُّ مَا وَافَقَ الْكِتَابَ وَالسُنَّةَ فَخُذُوْا بِهِ وَمَا لَمْ يُوَافِقُ الْكِتَابَ وَالسُنَّةَ فَاتْرُكُوْهُ
Saya adalah manusia yang bisa salah dan benar. Maka perhatikan pendapatku; setiap yang sesuai al-Quran dan Sunnah, maka ambillah. Setiap yang tidak sesuai, tinggalkanlah
Imam asy-Syafi’i menyampaikan sikap yang serupa,
إِذَا وَجَدْتُمْ فِيْ كِتَابِيْ خِلَافَ سُنَّةَ رَسُوْلِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُوْلُوْا بِسُنَّةِ رَسُوْلِ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدْعُوْا قَوْلِيْ
Jika kalian mendapati pada tulisanku sesuatu yang bertentangan dengan sunah Rasulullah, maka berpendapatlah dengan sunah Rasulullah dan tinggalkan pendapatku
Imam Ahmad juga menyarankan agar umat tidak bertaklid buta,
لَا تُقَلِّدُنِيْ، وَلَا تُقَلِّدُ مَالِكًا، وَلَا الشَّافِعِي، وَلَا الْأَوْزَاعِيْ، وَلَا الْثَّوْرِيْ، وَخُذْ مِنْ حَيْثُ أَخَذُوْا
Jangan taqlid padaku, juga tidak pada Malik, asy-Syafi’i. al-Awza’I, dan tidak pun ats-Tsauri. Ambillah panduan dari sumber yang mereka juga merujuk padanya (al-Quran dan Sunnah Nabi saw).
Dalam menghadapi isu-isu kekinian, Muhammadiyah lebih mengedepankan sumber hukum utama, yaitu al-Quran dan Sunnah. Muhammadiyah memandang bahwa sikap ini bukan berarti menolak pandangan mazhab, tetapi justru memfasilitasi ijtihad yang terus relevan bagi kehidupan umat. keterikatan Muhammadiyah pada al-Quran dan Sunnah menggambarkan sikap moderat.
(mhy)