Tingkatan Jihad Menurut Ibnu Qayyim
loading...
A
A
A
Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar betul-betul berjuang, sebagaimana mereka diperintahkan agar betul-betul bertakwa kepada-Nya. Takwa yang benar ialah menaati Allah SWT dan tidak bermaksiat kepada-Nya, ingat kepada-Nya dan tidak melupakan, bersyukur kepada-Nya dan tidak mengingkari-Nya.
Dan jihad yang benar ialah berjihad terhadap hawa nafsunya, untuk menyerahkan hati, lidah, dan seluruh anggota tubuhnya kepada Allah.
Semua untuk Allah dan demi Allah, bukan untuk dirinya dan demi dirinya sendiri. Orang mukmin yang benar ialah orang yang memerangi setan dan mendustakan janji-janji yang diberikan olehnya, mengingkarinya, dan menentang larangannya.
Sesungguhnya, setan memberikan janji dan harapan yang palsu, menipu manusia, menyuruh kepada perbuatan keji, dan melarangnya untuk bertakwa kepada Allah SWT, melarangnya menjaga kesucian diri, dan melarang untuk beriman kepada-Nya.
Oleh karena itu, perangilah setan, dustakan segala janjinya, dan jangan turuti perintahnya. Sehingga dengan demikian akan tumbuh kekuatan untuk melakukan peperangan terhadap musuh-musuh Allah SWT yang berada di luar dirinya, dengan hati, lidah, tangan, dan harta kekayaannya, untuk menegakkan kalimat Allah yang Maha Tinggi.
Imam Ibnu Qayyim dalam kitab "al-Hady al-Nabawi" berkata, "Jika perkara itu telah dipahami, maka sesungguhnya jihad itu memiliki empat tingkatan: Jihad terhadap hawa nafsu, jihad terhadap setan, jihad terhadap orang-orang kafir, dan jihad terhadap orang-orang munafik."
Sementara jihad terhadap diri sendiri, musuh yang ada di dalam diri manusia itu juga memiliki empat tingkatan:
Pertama, berjihad terhadap diri sendiri untuk mengajarkan petunjuk kepadanya, petunjuk agama yang benar yang tidak ada kemenangan, kebahagian hidup di dunia dan di akhirat kecuali dengannya. Kalau manusia tidak mengetahui petunjuk tersebut, maka dia akan mengalami kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat .
Kedua, berjihad terhadapnya untuk melaksanakan petunjuk tersebut setelah diketahuinya. Jika tidak, maka pengetahuan yang dimilikinya hanya akan berwujud ilmu pengetahuan tanpa amal. Kalaupun ilmu itu tidak membahayakannya, tetapi pasti tidak bermanfaat baginya.
Ketiga, berjuang terhadap diri sendiri untuk mengajak orang lain kepada petunjuk tersebut, mengajari orang yang belum mengetahuinya. Jika tidak, maka dia akan termasuk orang yang menyembunyikan petunjuk dan penjelasan yang diturunkan oleh All ah SWT. Ilmunya tidak bermanfaat, dan tidak akan menyelamatkannya dari azab Allah SWT.
Keempat, berjuang dengan penuh kesabaran dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam mengajak orang lain kepada petunjuk Allah SWT. Dia bertahan terhadap berbagai kesulitan itu karena Allah SWT.
Apabila empat tingkatan jihad ini telah dapat dilalui dengan sempurna, maka dia akan menjadi manusia rabbani. Para ulama salaf sepakat bahwasanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan tidak berhak untuk disebut sebagai manusia rabbani sampai dia mengetahui kebenaran, mengamalkannya, dan mengajarkannya kepada orang lain.
Oleh sebab itu, orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, mengamalkannya, dan mengajarkannya kepada orang lain dapat disebut sebagai orang yang mulia di kerajaan langit.
Adapun berjuang melawan setan itu ada dua tingkatan.
Pertama, berjihad untuk menolak berbagai bentuk syubhat dan keraguan yang mengotori iman agar tidak sampai kepada hamba Allah SWT.
Kedua, berjihad untuk menolak berbagai kehendak yang merusak dan nafsu syahwat agar tidak sampai kepada mereka. Jihad yang pertama harus dilakukan dengan keyakinan, dan jihad yang kedua harus dilawan dengan kesabaran. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." ( QS as-Sajdah : 24)
Sedangkan berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq juga ada empat tingkatan: dengan hati, dengan lidah, dengan harta benda, dan dengan jiwa. Jihad melawan orang-orang kafir itu khusus dilakukan dengan tangan, sedangkan jihad melawan orang-orang munafiq dilakukan dengan lidah.
Adapun jihad terhadap pelaku kezaliman, bid'ah, dan kemungkaran ada tiga tingkatan: Dengan tangan apabila mampu melakukannya. Jika tidak, maka berjihad dengan lidah. Dan bila tingkatan yang kedua ini juga tidak mampu dia lakukan, maka harus berjuang dengan hati. Itulah tiga belas tingkatan dalam melakukan jihad.
Dalam sebuah hadis disebutkan: "Barangsiapa meninggal dunia tidak pernah berjihad, dan tidak pernah berniat untuk berjihad, maka dia akan meninggal dunia di atas kemunafiqan." (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Tidak diragukan lagi bahwa enam tingkat yang pertama dalam jihad di atas termasuk ke dalam kategori pendidikan yang kita maksudkan dalam pembahasan ini. Tingkatan yang pertama ialah berjihad melawan diri sendiri dan berjuang melawan setan.
Lihat Juga: Tegaskan Independensi dan Standar Mutu Pendidikan, Majelis Masyayikh Sosialisasikan UU Pesantren
Dan jihad yang benar ialah berjihad terhadap hawa nafsunya, untuk menyerahkan hati, lidah, dan seluruh anggota tubuhnya kepada Allah.
Semua untuk Allah dan demi Allah, bukan untuk dirinya dan demi dirinya sendiri. Orang mukmin yang benar ialah orang yang memerangi setan dan mendustakan janji-janji yang diberikan olehnya, mengingkarinya, dan menentang larangannya.
Sesungguhnya, setan memberikan janji dan harapan yang palsu, menipu manusia, menyuruh kepada perbuatan keji, dan melarangnya untuk bertakwa kepada Allah SWT, melarangnya menjaga kesucian diri, dan melarang untuk beriman kepada-Nya.
Oleh karena itu, perangilah setan, dustakan segala janjinya, dan jangan turuti perintahnya. Sehingga dengan demikian akan tumbuh kekuatan untuk melakukan peperangan terhadap musuh-musuh Allah SWT yang berada di luar dirinya, dengan hati, lidah, tangan, dan harta kekayaannya, untuk menegakkan kalimat Allah yang Maha Tinggi.
Imam Ibnu Qayyim dalam kitab "al-Hady al-Nabawi" berkata, "Jika perkara itu telah dipahami, maka sesungguhnya jihad itu memiliki empat tingkatan: Jihad terhadap hawa nafsu, jihad terhadap setan, jihad terhadap orang-orang kafir, dan jihad terhadap orang-orang munafik."
Sementara jihad terhadap diri sendiri, musuh yang ada di dalam diri manusia itu juga memiliki empat tingkatan:
Pertama, berjihad terhadap diri sendiri untuk mengajarkan petunjuk kepadanya, petunjuk agama yang benar yang tidak ada kemenangan, kebahagian hidup di dunia dan di akhirat kecuali dengannya. Kalau manusia tidak mengetahui petunjuk tersebut, maka dia akan mengalami kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat .
Kedua, berjihad terhadapnya untuk melaksanakan petunjuk tersebut setelah diketahuinya. Jika tidak, maka pengetahuan yang dimilikinya hanya akan berwujud ilmu pengetahuan tanpa amal. Kalaupun ilmu itu tidak membahayakannya, tetapi pasti tidak bermanfaat baginya.
Ketiga, berjuang terhadap diri sendiri untuk mengajak orang lain kepada petunjuk tersebut, mengajari orang yang belum mengetahuinya. Jika tidak, maka dia akan termasuk orang yang menyembunyikan petunjuk dan penjelasan yang diturunkan oleh All ah SWT. Ilmunya tidak bermanfaat, dan tidak akan menyelamatkannya dari azab Allah SWT.
Keempat, berjuang dengan penuh kesabaran dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam mengajak orang lain kepada petunjuk Allah SWT. Dia bertahan terhadap berbagai kesulitan itu karena Allah SWT.
Apabila empat tingkatan jihad ini telah dapat dilalui dengan sempurna, maka dia akan menjadi manusia rabbani. Para ulama salaf sepakat bahwasanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan tidak berhak untuk disebut sebagai manusia rabbani sampai dia mengetahui kebenaran, mengamalkannya, dan mengajarkannya kepada orang lain.
Oleh sebab itu, orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, mengamalkannya, dan mengajarkannya kepada orang lain dapat disebut sebagai orang yang mulia di kerajaan langit.
Adapun berjuang melawan setan itu ada dua tingkatan.
Pertama, berjihad untuk menolak berbagai bentuk syubhat dan keraguan yang mengotori iman agar tidak sampai kepada hamba Allah SWT.
Kedua, berjihad untuk menolak berbagai kehendak yang merusak dan nafsu syahwat agar tidak sampai kepada mereka. Jihad yang pertama harus dilakukan dengan keyakinan, dan jihad yang kedua harus dilawan dengan kesabaran. Allah SWT berfirman:
Baca Juga
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." ( QS as-Sajdah : 24)
Sedangkan berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq juga ada empat tingkatan: dengan hati, dengan lidah, dengan harta benda, dan dengan jiwa. Jihad melawan orang-orang kafir itu khusus dilakukan dengan tangan, sedangkan jihad melawan orang-orang munafiq dilakukan dengan lidah.
Adapun jihad terhadap pelaku kezaliman, bid'ah, dan kemungkaran ada tiga tingkatan: Dengan tangan apabila mampu melakukannya. Jika tidak, maka berjihad dengan lidah. Dan bila tingkatan yang kedua ini juga tidak mampu dia lakukan, maka harus berjuang dengan hati. Itulah tiga belas tingkatan dalam melakukan jihad.
Dalam sebuah hadis disebutkan: "Barangsiapa meninggal dunia tidak pernah berjihad, dan tidak pernah berniat untuk berjihad, maka dia akan meninggal dunia di atas kemunafiqan." (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Tidak diragukan lagi bahwa enam tingkat yang pertama dalam jihad di atas termasuk ke dalam kategori pendidikan yang kita maksudkan dalam pembahasan ini. Tingkatan yang pertama ialah berjihad melawan diri sendiri dan berjuang melawan setan.
Lihat Juga: Tegaskan Independensi dan Standar Mutu Pendidikan, Majelis Masyayikh Sosialisasikan UU Pesantren
(mhy)