Frugal Living di Era Umar bin Khattab: Ketika Wabah dan Kelaparan Melanda
loading...
A
A
A
Umar mengangkat beberapa orang untuk membagikan makanan dan pakaian ke kota-kota dan pedalaman kawasan itu, dan dia sendiri bertugas mengurus makanan penduduk Madinah dan orang-orang yang datang mengungsi ke sana.
Utusan-utusan Umar itu segera berangkat ke segenap penjuru Semenanjung untuk meringankan penderitaan penduduk. Para wakil yang ditugasi membagi-bagikan makanan yang dikirim Sa'd bin Abi Waqqas itu bertemu di pintu masuk ke Irak.
Mereka menyembelih hewan kemudian membagikannya kepada warga, begitu juga tepung dan pakaian. Maka dengan pertolongan Allah, kala itu mereka terangkat dari bencana yang selama ini menimpa mereka.
Begitu juga yang dikerjakan oleh utusan-utusan yang bertugas sepanjang Makkah dan Madinah. Umar berkata kepada utusannya yang dikirim untuk menemui kafilah dari Syam: "Mengenai makanan yang Anda terima bagikanlah kepada penduduk pedalaman, pembungkusnya dapat dijadikan selimut, begitu juga unta agar disembelih, dagingnya untuk makanan mereka dan lemaknya dapat mereka bawa dan jangan menunggu sampai mereka mengatakan, dengan itulah kami mengharapkan kelapangan hidup. Mengenai tepung dapat mereka olah dan mereka simpan sampai nanti Allah memberikan jalan keluar kepada kita."
Umar sendiri menguruskan makanan penduduk Madinah dan mereka yang mengungsi ke sana. Ia mengolah roti dengan zaitun untuk dijadikan roti kuah. Beberapa hari sekali ia menyembelih hewan untuk lauk pauk roti kuah, lalu dimakan bersama-sama dengan orang banyak.
Sesudah unta yang dari Irak dan Syam datang setiap hari disembelih dua puluh ekor untuk makan mereka. Setiap malam mereka berkumpul dan melaporkan kepadanya segala yang mereka alami siangnya.
Selesai salat isya ia menyuruh orang menghitung jumlah mereka yang makan di sana dalam beberapa hidangan. Jumlah mereka mencapai tujuh ribu orang.
Anggota keluarga yang tidak ikut serta, mereka yang sakit dan anak-anak mencapai jumlah 40.000. Dari hari ke hari jumlah mereka bertambah. Jumlah mereka yang makan malam di tempatnya itu sebanyak 10.000 dan dengan yang lain sampai 50.000 orang.
Orang-orang yang bekerja datang menjelang subuh ke tempat Umar dan mereka bekerja sampai pagi. Setelah itu hidangan asidah dan daging dibagikan kepada orang-orang yang sakit, anak-anak dan anggota keluarga yang tidak sempat makan bersama dengan Amirulmukminin.
Umar memberikan pelayanan sendiri kepada mereka dan menyertai mereka semua, dengan tujuan memberikan ketenangan bahwa dalam menghadapi bahaya kelaparan itu ada yang akan dapat mereka atasi.
Ia mengirimkan tepung, kurma dan rempah-rempah ke rumah-rumah orang yang masih mampu menghidangkan makanan mereka sendiri setiap bulan, membagikannya kepada mereka dengan sistem seperti "kartu jatah" di masa perang zaman kita sekarang.
Kurang atau lebih disesuaikan dengan keadaan orang itu. Dalam hal ini ia berkata: "Andai kata untuk meringankan beban orang saya harus membawakan perlengkapan mereka kepada keluarga di setiap rumah lalu mereka saling membagi makanan mereka sampai Allah memberi kelapangan, akan saya lakukan. Mereka tidak akan binasa karena makanan yang dibagi-bagikan."
Utusan-utusan Umar itu segera berangkat ke segenap penjuru Semenanjung untuk meringankan penderitaan penduduk. Para wakil yang ditugasi membagi-bagikan makanan yang dikirim Sa'd bin Abi Waqqas itu bertemu di pintu masuk ke Irak.
Mereka menyembelih hewan kemudian membagikannya kepada warga, begitu juga tepung dan pakaian. Maka dengan pertolongan Allah, kala itu mereka terangkat dari bencana yang selama ini menimpa mereka.
Begitu juga yang dikerjakan oleh utusan-utusan yang bertugas sepanjang Makkah dan Madinah. Umar berkata kepada utusannya yang dikirim untuk menemui kafilah dari Syam: "Mengenai makanan yang Anda terima bagikanlah kepada penduduk pedalaman, pembungkusnya dapat dijadikan selimut, begitu juga unta agar disembelih, dagingnya untuk makanan mereka dan lemaknya dapat mereka bawa dan jangan menunggu sampai mereka mengatakan, dengan itulah kami mengharapkan kelapangan hidup. Mengenai tepung dapat mereka olah dan mereka simpan sampai nanti Allah memberikan jalan keluar kepada kita."
Umar sendiri menguruskan makanan penduduk Madinah dan mereka yang mengungsi ke sana. Ia mengolah roti dengan zaitun untuk dijadikan roti kuah. Beberapa hari sekali ia menyembelih hewan untuk lauk pauk roti kuah, lalu dimakan bersama-sama dengan orang banyak.
Sesudah unta yang dari Irak dan Syam datang setiap hari disembelih dua puluh ekor untuk makan mereka. Setiap malam mereka berkumpul dan melaporkan kepadanya segala yang mereka alami siangnya.
Selesai salat isya ia menyuruh orang menghitung jumlah mereka yang makan di sana dalam beberapa hidangan. Jumlah mereka mencapai tujuh ribu orang.
Anggota keluarga yang tidak ikut serta, mereka yang sakit dan anak-anak mencapai jumlah 40.000. Dari hari ke hari jumlah mereka bertambah. Jumlah mereka yang makan malam di tempatnya itu sebanyak 10.000 dan dengan yang lain sampai 50.000 orang.
Orang-orang yang bekerja datang menjelang subuh ke tempat Umar dan mereka bekerja sampai pagi. Setelah itu hidangan asidah dan daging dibagikan kepada orang-orang yang sakit, anak-anak dan anggota keluarga yang tidak sempat makan bersama dengan Amirulmukminin.
Umar memberikan pelayanan sendiri kepada mereka dan menyertai mereka semua, dengan tujuan memberikan ketenangan bahwa dalam menghadapi bahaya kelaparan itu ada yang akan dapat mereka atasi.
Ia mengirimkan tepung, kurma dan rempah-rempah ke rumah-rumah orang yang masih mampu menghidangkan makanan mereka sendiri setiap bulan, membagikannya kepada mereka dengan sistem seperti "kartu jatah" di masa perang zaman kita sekarang.
Kurang atau lebih disesuaikan dengan keadaan orang itu. Dalam hal ini ia berkata: "Andai kata untuk meringankan beban orang saya harus membawakan perlengkapan mereka kepada keluarga di setiap rumah lalu mereka saling membagi makanan mereka sampai Allah memberi kelapangan, akan saya lakukan. Mereka tidak akan binasa karena makanan yang dibagi-bagikan."
(mhy)