Kisah Atha' bin Abi Rabah: Tabi'in Tempat Khalifah Sulaiman Meminta Fatwa

Jum'at, 13 Desember 2024 - 17:44 WIB
loading...
A A A
Kemudian beliau melanjutkan: “Wahai anakku..carilah ilmu..karena dengan ilmu, rakyat bawahan bisa menjadi terhormat. . .para budak bisa melampaui derajat para raja..”



Bekas Budak

Ungkapan Sulaiman bin Abdul Malik seperti yang beliau katakan kepada putranya tentang keutamaan ilmu tidaklah berlebihan. Atha’ bin Abi Rabah sebagai bukti nyata.

Masa kecil beliau hanyalah sebagai seorang budak milik seorang wanita penduduk Makkah. Hanya saja Allah memuliakan budak Habsyah ini sejak dia pancangkan kedua telapak kakinya di atas jalan ilmu.

Beliau membagi waktunya menjadi tiga bagian, sebagian untuk majikannya, beliau berkhidmat dengan baik dan menunaikan hak-hak majikannya.

Sebagian lagi beliau pergunakan waktunya untuk menyendiri bersama Rabb-nya, beliau tenggelam dalam peribadatan yang begitu suci dan ikhlas karena Allah.

Sepertiga lainnya beliau pergunakan untuk berkutat dengan ilmu. Beliau datangi sisa-sisa para sahabat Rasulullah yang masih hidup, dan berhasil mereguk ilmu dari sumbernya yang jernih.

Beliau mengambil ilmu dan Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubeir dan sahabat-sahabat lain yang mulia ridhwanullah ‘alaihim hingga dadanya penuh dengan ilmu, fikih dan riwayat dari Rasulullah.

Begitu majikan penduduk Makkah melihat budaknya telah menjual dirinya kepada Allah dan berbakat untuk menuntut ilmu, maka ia cabut haknya terhadap Atha’, dia merdekakan budaknya demi taqarrub kepada Allah, dengan harapan mudah-mudahan dia dapat memberikan manfaat bagi Islam dan kaum muslimin.

Sejak hari itu Atha’ bin Abi Rabah menjadikan Baitul Haram sebagai tempat tinggalnya, menjadi rumah tempat beliau bermalam, sebagai madrasah bagi beliau memperdalam ilmu, tempat salat untuk taqarrub kepada Allah dengan takwa dan ketaatan. Hingga para pakar sejarah berkata: “Masjid tersebut menjadi tempat tidur bagi Atha’ bin Abi Rabah selama kurang lebih 20 tahun.”



Sampailah tabi'in yang agung ini ke derajat yang tinggi dalam hal ilmu, puncak keluhuran martabat yang tiada manusia yang mampu meraih derajat tersebut melainkan sedikit sekali pada zaman beliau.

Telah diriwayatkan bahwa Abdullah bin Umar berkunjung ke Makkah untuk melakukan Umrah. Orang-orang mengerumuni beliau untuk menanyakan persoalan agama dan meminta fatwa kepada beliau, lalu beliau berkata: “Sungguh aku heran kepada kalian wahai penduduk Makkah, mengapa kalian mengerumuni aku untuk bertanya tentang masalah-masalah tersebut padahal di tengah-tengah kalian ada Atha’ bin Abi Rabah?!”

Atha’ bin Abi Rabah mencapai puncak derajat dalam hal agama dan ilmu karena dua hal: Pertama, beliau mampu mengendalikan jiwanya sehingga tidak memberikan peluang untuk sibuk dalam urusan yang tidak berguna baginya.

Kedua, beliau mampu mengatur waktunya sehingga tidak membuangnya secara sia-sia, seperti mengobrol maupun perbuatan tak berguna lainnya.

Muhammad bin Suuqah menceritakan kepada jama’ah yang mengunjungi beliau: “Maukah aku ceritakan kepada kalian sesuatu yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kalian sebagaimana kami telah mendapatkan manfaat karenanya?”

Mereka berkata: ‘Mau.”

Beliau berkata: “Suatu hari Atha’ bin Abi Rabah menasihatiku, “Wahai putra saudaraku, sesungguhnya orang-orang sebelum kita (yakni para sahabat) tidak menyukai banyak bicara.”

Lalu aku katakan: “Apa yang dianggap banyak bicara menurut mereka?”
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2501 seconds (0.1#10.140)