Kisah Zubair bin Awwam: Hawari Nabi yang Syahid Dibunuh Pengikut Ali

Selasa, 24 Desember 2024 - 12:07 WIB
loading...
A A A
Malaikat Jibril tampil dengan fisik Zubair bin Awwam di Perang Badar.

Dari Aurah bin Zubair, “Zubair mengenakan mantel kuning (di hari itu), lalu Jibril turun dengan menyerupai Zubair. Di Perang Badar, Rasulullah menempatkan Zubair di sayap kanan pasukan, lalu ada sosok Zubair dekat dengan Rasulullah, beliau berkata kepadanya, “Perangilah mereka wahai Zubair!” Lalu orang itu menjawab, “Aku bukan Zubair.” Akhirnya Rasulullah mengetahui bahwa itu adalah malaikat yang Allah turunkan dengan sosok Zubair, untuk membantu kaum muslimin di Perang Badar.

Seorang sahabatnya yang telah menyaksikan bekas-bekas luka yang terdapat hampir pada segenap bagian tubuh Zubair bercerita, "Aku pernah menemani Zubair ibnul 'Awwam pada sebagian perjalanan dan aku melihat tubuhnya, maka aku saksikan banyak sekali bekas luka goresan pedang, sedang di dadanya terdapat seperti mata air yang dalam, menunjukkan bekas tusukan lembing dan anak panah.

Maka kataku kepadanya: "Demi Allah, telah kusaksikan sendiri pada tubuhmu apa yang belum pernah kulihat pada orang lain sedikit pun."



Mendengar itu Zubair menjawab, "demi Allah, semua luka-luka itu kudapat bersama Rasulullah pada peperangan di jalan Allah."

Ketika perang Uhud usai dan pasukan Quraisy berbalik kembali ke Makkah, ia diutus Rasul bersama Abu Bakar untuk mengikuti gerakan tentara Quraisy dan menghalau mereka, hingga mereka menganggap Kaum Muslimin masih punya kekuatan, dan tidak terpikir lagi untuk kembali ke Madinah guna memulai peperangan yang baru.

Abu Bakar dan Zubair memimpin 70 orang Muslimin. Sekalipun mereka sebenarnya sedang mengikuti suatu pasukan yang menang, namun kecerdikan dan muslihat perang yang dipergunakan oleh ash-Shiddiq dan Zubair, membuat orang-orang Quraisy menyangka kaum Muslimin masih sangat kuat.

Mereka berpikir, bahwa pasukan perintis yang dipimpin oleh Zubair dan ash-Shiddiq dan tampak kuat, tak lain sebagai pendahuluan dari balatentara Rasul yang menyusul di belakang. Oleh karena itu mereka bergegas mempercepat perjalanannya dan mengambil langkah seribu pulang ke Makkah.

Gandrung Sahid

Di samping Yarmuk, Zubair merupakan seorang prajurit yang memimpin langsung suatu pasukan. Sewaktu ia melihat sebagian besar anak buah yang dipimpinnya merasa gentar menghadapi balatentara Romawi yang menggunung maju, ia meneriakkan "Allahu Akbar". Ia maju membelah pasukan musuh yang mendekat itu seorang diri dengan mengayunkan pedangnya, kemudian kembali ke tengah-tengah barisan musuh yang dahsyat itu dengan pedang di tangan kanannya, menari-nari dan berputar bagaikan kincir, tak pernah melemah apalagi berhenti.

Zubair sangat gandrung menemui syahid! Amat merindukan mati di jalan Allah. la pernah berkata: "Thalhah bin Ubaidillah memberi nama anak-anaknya dengan nama nabi-nabi padahal sudah sama diketahui bahwa tak ada Nabi lagi sesudah Muhammad SAW maka aku menamai anak-anakku dengan nama para syuhada, semoga mereka berjuang mengikuti syuhada.



Seorang anaknya Abdullah bin Zubair mengambil berkat dengan sahabat yang syahid Abdullah bin Jahasy. Dinamainya pula seorang lagi al-Munzir bin Amr mengambil berkat dengan sahabat yang syahid al-Munzir bin Amar. Dinamainya pula yang lain 'Urwah mengambil berkat dengan 'Urwah bin Amar. Dan ada pula yang dinamainya Hamzah, mengambil berkat dengan syahid yang mulia Hamzah bin Abdul Muthalib. Ada lagi Ja'far, mengambil berkat dengan syahid yang besar Ja'far bin Abu Thalib.

Juga ada yang dinamakannya Mush’ab mengambil berkat dengan sahabat yang syahid Mush'ab bin Umair. Tidak ketinggalan yang dinamainya Khalid mengambil berkat dengan sahabat Khalid bin Sa'id. Demikianlah ia seterusnya memilih untuk anak-anaknya nama para syuhada, dengan pengharapan agar sewaktu datang ajal mereka nanti, mereka tercatat sebagai syuhada.

Keistimewaannya sebagai pejuang, terlukis pada keteguhan hatinya dan kekuatan urat syarafnya. la menyaksikan pamannya Hamzah saat guguur di perang Uhud. Orang-orang musyrik telah menyayat-nyayat tubuhnya yang terbunuh itu dengan kejam, maka ia berdiri di mukanya dengan sikap satria menahan gejolak hati dengan memegang teguh hulu pedangnya.

Tak ada pikirannya yang lain daripada mengadakan pembalasan yang setimpal, tapi wahyu segera datang melarang Rasul dan Muslimin hanya mengingat soal itu saja.

Dan sewaktu pengepungan atas Bani Quraidha sudah berjalan lama tanpa membawa hasil, Rasulullah mengirimnya bersama Ali bin Abi Thalib. la berdiri di muka benteng musuh yang kuat serta mengulang-ulang ucapannya: "Demi Allah, biar kami rasakan sendiri apa yang dirasakan Hamzah, atau kalau tidak, akan kami tundukkan benteng mereka!"



Kemudian ia terjun ke dalam benteng hanya berdua saja dengan Ali. Dan dengan kekuatan urat syaraf yang mempesona, mereka berdua berhasil menyebarkan rasa takut pada musuh yang bertahan dalam benteng. Ia lalu membukakan pintu-pintu benteng tersebut bagi kawan-kawan mereka di luar.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2384 seconds (0.1#10.140)