Syarat Sempurnanya Iman, Bersikap Lembut Dalam Rumah Tangga
loading...
A
A
A
Setiap muslim hendaknya menimbun pahala sebanyak-banyak selama masih hidup di dunia. Berbuat baiklah pada banyak manusia sema-mata hanya untuk mengharap ridha Allah Ta'ala.
Karena setiap kebaikan yang kita tanam di dunia akan menjadi saksi di akhirat sebagai pemberat timbangan kebajikan di yaumil mizan kelak. Dan, persaksian akan datang dari orang-orang terdekat kita. Termasuk di antaranya adalah persaksian istri terhadap suaminya.
Para suami harus paham bahwa kedudukan istri sangat dimuliakan dalam Islam. Mereka para istri tidaklah hanya dibebankan kewajiban, melainkan harus mendapat hak yang baik. Hak pun bukan sekedar nafkah melainkan mendapat pergaulan yang baik dari suami. Membuat istri menangis sama artinya menyakitinya. Sementara menyakiti istri berarti melanggar haknya yang harus dipenuhi.
(Baca juga : Salah Satu Tanda Orang Beruntung : Mendapat Hidayah dari Allah Ta'ala )
Seorang suami muslim harus bisa memperlakukan istri dengan sebaik-baiknya. Sering-seringlah tersenyum kepada istri, sering-seringlah mengucapkan terima kasih kepada istri. Jika salah, suami janganlah sungkan meminta maaf. Bicaralah dengan kalimat yang santun dan berikanlah pujian-pujian yang bisa memberi semangat serta bicaralah dengan lembut dan santun. Insyaallah semuanya bernilai kebaikan di mata Allah. Bahkan bercanda dengan hal kecil pun dinilai sebagai kebaikan. Subhanallah.
Karena istri merupakan seorang yang berhak mendapatkan perlakuan mulia, akhlak yang baik, perbuatan baik, pemberian manfaat dan penolakan akan hal buruk. Jika seorang lelaki bersikap yang demikian maka ialah orang yang terbaik. Akan tetapi jika ia bersikap sebaliknya, maka ia pun ada di sisi keburukan” (Nailul Authar).
Dibandingkan pria, perempuan pada dasarnya lemah, baik secara fisik maupun hati. Layaknya kaca yang mudah retak, demikian wanita digambarkan oleh Rasulullah. Maka sudah seharusnya bagi suami untuk berhati-hati pada hati para istri yang mudah tersakiti. Jangan sampai kalian meretakkannya apalagi memecahkannya dengan bersikap buruk pada wanita dan menyakitinya hingga membuatnya menangis.
(Baca juga : Amal dan Perilakunya, Gambaran Ideal Perempuan Saleha )
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Mintalah wasiat dari diri-diri kalian dalam masalah hak-hak para wanita, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulung rusuk. Dan, yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah bagian dari atasnya. Bila engkau paksakan untuk meluruskannya maka engkau akan mematahkannya. Namun, bila engkau biarkan, ia akan terus menerus bengkok. Maka, mintalah wasiat dari diri-diri kalian dalam masalah hak-hak para wanita." (HR.Bukhari)
Maksudnya adalah jika istri melanggar syariat atau tidak baik di mata Islam maka kewajiban suami memberinya pengertian. Berikanlah pengetahuan agama kepada mereka dan berikanlah pelajaran budi pekerti yang bagus kepada mereka. Berusaha memperbaiki akhlaknya dengan cara yang lembut dengan keteladanan dan kasih sayang. Jangan membenci istri, meski ada satu atau dua sikap dan ucapannya membuat suami tidak senang.
(Baca juga : Potret Terbaik Pribadi Seorang Perempuan Muslimah )
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya.” (HR. At-Tirmidzi).
Kalau masakan istrimu terlalu asin, tidak pedas atau terlaku pedas, gosong dan bentuknya tidak semenarik makanan lain yang kau tahu, jangan lantas membencinya. Bukankah istri sudah berusaha, bukankah tangannya sudah banyak bekas goresan pisau di ujung-ujung jarinya.
Suami harus menyadari bahwa tangan istri sudah tidak selembut sebelum kau menikahinya. Bukankah para istri telah menjaga anak-anak dan rumah sebagai amanah dari suami? Bukankah senyumannya selalu meneduhkan para suami? Satu atau dua sifat istri yang kurang pas janganlah lantas membencinya. Bukankah banyak sekali kebaikan-kebaikan yang sudah diberikan istri untuk para suami dan rumah tangganya.
(Baca juga : Ini Empat Provinsi Penyumbang 56% Kasus Covid di Indonesia )
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
*وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا*
"Dan pergaulilah istrimu dengan (akhlak yang) baik. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allâh menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS.An-Nisâ’ :19).
Imam al-Hulaimi rahimahullah berkata, kebaikan akhlak merupakan bagian dari iman. Dan hilangnya akhlak baik dari diri seorang hamba merupakan tanda kurangnya iman. Juga menunjukkan bahwa orang-orang mukmin bertingkat-tingkat keimanan mereka. Sebagian dari mereka, imannya lebih sempurna dari sebagian yang lain.
Karena setiap kebaikan yang kita tanam di dunia akan menjadi saksi di akhirat sebagai pemberat timbangan kebajikan di yaumil mizan kelak. Dan, persaksian akan datang dari orang-orang terdekat kita. Termasuk di antaranya adalah persaksian istri terhadap suaminya.
Para suami harus paham bahwa kedudukan istri sangat dimuliakan dalam Islam. Mereka para istri tidaklah hanya dibebankan kewajiban, melainkan harus mendapat hak yang baik. Hak pun bukan sekedar nafkah melainkan mendapat pergaulan yang baik dari suami. Membuat istri menangis sama artinya menyakitinya. Sementara menyakiti istri berarti melanggar haknya yang harus dipenuhi.
(Baca juga : Salah Satu Tanda Orang Beruntung : Mendapat Hidayah dari Allah Ta'ala )
Seorang suami muslim harus bisa memperlakukan istri dengan sebaik-baiknya. Sering-seringlah tersenyum kepada istri, sering-seringlah mengucapkan terima kasih kepada istri. Jika salah, suami janganlah sungkan meminta maaf. Bicaralah dengan kalimat yang santun dan berikanlah pujian-pujian yang bisa memberi semangat serta bicaralah dengan lembut dan santun. Insyaallah semuanya bernilai kebaikan di mata Allah. Bahkan bercanda dengan hal kecil pun dinilai sebagai kebaikan. Subhanallah.
Karena istri merupakan seorang yang berhak mendapatkan perlakuan mulia, akhlak yang baik, perbuatan baik, pemberian manfaat dan penolakan akan hal buruk. Jika seorang lelaki bersikap yang demikian maka ialah orang yang terbaik. Akan tetapi jika ia bersikap sebaliknya, maka ia pun ada di sisi keburukan” (Nailul Authar).
Dibandingkan pria, perempuan pada dasarnya lemah, baik secara fisik maupun hati. Layaknya kaca yang mudah retak, demikian wanita digambarkan oleh Rasulullah. Maka sudah seharusnya bagi suami untuk berhati-hati pada hati para istri yang mudah tersakiti. Jangan sampai kalian meretakkannya apalagi memecahkannya dengan bersikap buruk pada wanita dan menyakitinya hingga membuatnya menangis.
(Baca juga : Amal dan Perilakunya, Gambaran Ideal Perempuan Saleha )
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Mintalah wasiat dari diri-diri kalian dalam masalah hak-hak para wanita, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulung rusuk. Dan, yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah bagian dari atasnya. Bila engkau paksakan untuk meluruskannya maka engkau akan mematahkannya. Namun, bila engkau biarkan, ia akan terus menerus bengkok. Maka, mintalah wasiat dari diri-diri kalian dalam masalah hak-hak para wanita." (HR.Bukhari)
Maksudnya adalah jika istri melanggar syariat atau tidak baik di mata Islam maka kewajiban suami memberinya pengertian. Berikanlah pengetahuan agama kepada mereka dan berikanlah pelajaran budi pekerti yang bagus kepada mereka. Berusaha memperbaiki akhlaknya dengan cara yang lembut dengan keteladanan dan kasih sayang. Jangan membenci istri, meski ada satu atau dua sikap dan ucapannya membuat suami tidak senang.
(Baca juga : Potret Terbaik Pribadi Seorang Perempuan Muslimah )
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya.” (HR. At-Tirmidzi).
Kalau masakan istrimu terlalu asin, tidak pedas atau terlaku pedas, gosong dan bentuknya tidak semenarik makanan lain yang kau tahu, jangan lantas membencinya. Bukankah istri sudah berusaha, bukankah tangannya sudah banyak bekas goresan pisau di ujung-ujung jarinya.
Suami harus menyadari bahwa tangan istri sudah tidak selembut sebelum kau menikahinya. Bukankah para istri telah menjaga anak-anak dan rumah sebagai amanah dari suami? Bukankah senyumannya selalu meneduhkan para suami? Satu atau dua sifat istri yang kurang pas janganlah lantas membencinya. Bukankah banyak sekali kebaikan-kebaikan yang sudah diberikan istri untuk para suami dan rumah tangganya.
(Baca juga : Ini Empat Provinsi Penyumbang 56% Kasus Covid di Indonesia )
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
*وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا*
"Dan pergaulilah istrimu dengan (akhlak yang) baik. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allâh menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS.An-Nisâ’ :19).
Imam al-Hulaimi rahimahullah berkata, kebaikan akhlak merupakan bagian dari iman. Dan hilangnya akhlak baik dari diri seorang hamba merupakan tanda kurangnya iman. Juga menunjukkan bahwa orang-orang mukmin bertingkat-tingkat keimanan mereka. Sebagian dari mereka, imannya lebih sempurna dari sebagian yang lain.