Meremehkan Dosa Awal Datangnya Musibah dan Bencana
loading...
A
A
A
Musibah yang terjadi pada diri seseorang, keluarga, masyarakat hingga bencana yang menimpa seluruh negeri , bisa jadi, karena adanya dosa-dosa yang diremehkan oleh manusia. Mereka lalai untuk senantiasa beristighfar atau bertaubat kepada Allah Ta'ala. Sebagian orang bahkan terlalu percaya diri dengan banyaknya amalan. Mereka merasa aman dari ancaman siksa atas dosa-dosanya.
Padahal, yang benar adalah seseorang tetaplah beramal dan berharap amalannya diterima dan takutlah sebuah dosa dan berharap Allah Ta'ala mengampuninya.
قَالَ ابْنُ عَوْنٍ رحمه الله: " لَا تَثِقْ بِكَثْرَةِ الْعَمَلِ، فَإِنَّكَ لَا تَدْرِي تُقْبَلُ مِنْكَ أَمْ لَا، وَلَا تَأْمَنْ ذُنُوبَكَ، فَإِنَّكَ لَا تَدْرِي هَلْ كُفِّرَتْ عَنْكَ أَمْ لَا، إِنَّ عَمَلَكَ عَنْكَ مُغَيَّبٌ مَا تَدْرِي مَا اللهُ صَانِعٌ فِيهِ، أَيَجْعَلُهُ فِي سِجِّينَ ، أَمْ يَجْعَلُهُ فِي عِلِّيِّينَ "
Artinya: "Ibnu 'Aun rahimahullah berkata: "Jangan terlalu yakin dengan banyaknya amal, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui, apakah amalan Anda diterima atau tidak?, dan jangan pula terlalu merasa aman dengan dosa-dosa Anda, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui, apakah diampuni dosa Anda atau tidak?, sesungguhnya amalan Anda gaib dari Anda, Anda tidak mengetahui apa yang Allah perbuat terhadap amalan Anda, apakah Allah jadikannya di dalam Sijjin (buku catatan dosa)? Ataukah dijadikan-Nya di dalam 'Illyyin (buku catatan amal shalih)?". Ini tercatat dalam Kitab 'Syu'ab Al Iman', karya Al Baihaqi.
(Baca juga : Potret Buruk Sifat Istri yang Dilaknat Allah Ta'ala )
Karena hendaknya setiap muslim jangan sekali-kali meremehkan sebuah dosa, meskipun dosa kecil. Sebab dosa kecil ditambah dosa kecil ditambah dosa kecil lainnya dan seterusnya akan menjadi segunung dosa, bahkan bisa menjadi dosa besar.
Ath Tahbarani rahimahullah berkata:
أن الإصرار على الصغائر حكمه حكم مرتكب الكبيرة الواحدة على المشهور.
"Sesungguhnya selalu melakukan dosa-dosa kecil maka hukumnya adalah hukum pelaku sebuah dosa besar, menurut pendapat yang terkenal (diantara para ulama)". (Lihat Kitab Al Mu'jam Al Awsath, karya Ath Thabrani).
Bilal bin Sa'ad seorang tabi'in rahimahullah berkata:
لا تنظر إلى صغر المعصية وانظر إلى عظمة من عصيت
"Janganlah kamu lihat kepada kecilnya sebuah maksiat akan tetapi lihatlah agungnya yang kamu maksiati".
(Baca juga : Sabar dalam Kondisi Mampu Menurut Pandangan Ibnu Taimiyah )
Dr Syafik Riza Basalamah menukil riwayat bahwa ‘Abdullah bin ‘Abdil Wahhab, ia berkata: Khalid bin Al-Harits menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abdurrahman Al-Mas’udi menceritakan kepada kami dari ‘Alqamah bin Martsad, dari Abur Rabi’, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Salah satu dari doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
اللَّهمَّ اغفِرْ لِي مَا قَدَّمتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ ومَا أعْلَنْتُ، وَمَا أَنتَ أَعْلمُ بِهِ مِنِّي، إِنَّكَ أنْتَ المُقَدِّمُ وَالمُؤَخِّرُ، لا إلهَ إلاَّ أنْتَ
“Ya Allah, ampunilah aku apa yang telah aku kerjakan sebelum ini dan apa yang belum aku lakukan. Dan apa yang aku sembunyikan dan apa yang aku kerjakan terang-terangan . Dan aku minta ampun dari segala dosa yang Engkau lebih tahu daripada aku. Sesungguhnya Engkau yang mendahulukan dan yang mengakhirkan. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Ya Allah.”
Dalam uraian ceramahnya di Jakarta, pekan lalu, Ustad Syafik mengatakan, dalam doa tersebut apakah yang diminta oleh Nabi? Apakah minta jabatan di dunia? Minta kursinya supaya tidak disingkirkan? Tidak. Dalam doanya Nabi meminta ampun. Ini adalah doa yang biasa dibaca Nabi.
(Baca juga : Sifat Malu Adalah Kunci dari Semua Kebaikan )
Penjelasan dari doa memohon ampunan tersebut adalah : “Ya Allah, ampunilah aku apa yang telah aku kerjakan sebelum ini”. Nabi meminta ampunan. Padahal beliau terjaga, ma’shum. Beliau memberikan contoh kepada kita, seakan-akan beliau berkata kepada kita: “Engkau jangan sok suci, wahai manusia. Banyak dosa dan kesalahan yang engkau perbuat. Dan engkau akan terus berbuat kesalahan, terus lagi melakukan dosa, terus lagi. Karena engkau sudah ditakdirkan berbuat dosa.”
Maka solusi dari seseorang banyak berbuat dosa adalah menjauhi dosa dan tatkala terjebak dalam dosa, ikuti dengan amal shalih dan minta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Nabi minta ampun dari apa yang telah terjadi.
Padahal, yang benar adalah seseorang tetaplah beramal dan berharap amalannya diterima dan takutlah sebuah dosa dan berharap Allah Ta'ala mengampuninya.
قَالَ ابْنُ عَوْنٍ رحمه الله: " لَا تَثِقْ بِكَثْرَةِ الْعَمَلِ، فَإِنَّكَ لَا تَدْرِي تُقْبَلُ مِنْكَ أَمْ لَا، وَلَا تَأْمَنْ ذُنُوبَكَ، فَإِنَّكَ لَا تَدْرِي هَلْ كُفِّرَتْ عَنْكَ أَمْ لَا، إِنَّ عَمَلَكَ عَنْكَ مُغَيَّبٌ مَا تَدْرِي مَا اللهُ صَانِعٌ فِيهِ، أَيَجْعَلُهُ فِي سِجِّينَ ، أَمْ يَجْعَلُهُ فِي عِلِّيِّينَ "
Artinya: "Ibnu 'Aun rahimahullah berkata: "Jangan terlalu yakin dengan banyaknya amal, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui, apakah amalan Anda diterima atau tidak?, dan jangan pula terlalu merasa aman dengan dosa-dosa Anda, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui, apakah diampuni dosa Anda atau tidak?, sesungguhnya amalan Anda gaib dari Anda, Anda tidak mengetahui apa yang Allah perbuat terhadap amalan Anda, apakah Allah jadikannya di dalam Sijjin (buku catatan dosa)? Ataukah dijadikan-Nya di dalam 'Illyyin (buku catatan amal shalih)?". Ini tercatat dalam Kitab 'Syu'ab Al Iman', karya Al Baihaqi.
(Baca juga : Potret Buruk Sifat Istri yang Dilaknat Allah Ta'ala )
Karena hendaknya setiap muslim jangan sekali-kali meremehkan sebuah dosa, meskipun dosa kecil. Sebab dosa kecil ditambah dosa kecil ditambah dosa kecil lainnya dan seterusnya akan menjadi segunung dosa, bahkan bisa menjadi dosa besar.
Ath Tahbarani rahimahullah berkata:
أن الإصرار على الصغائر حكمه حكم مرتكب الكبيرة الواحدة على المشهور.
"Sesungguhnya selalu melakukan dosa-dosa kecil maka hukumnya adalah hukum pelaku sebuah dosa besar, menurut pendapat yang terkenal (diantara para ulama)". (Lihat Kitab Al Mu'jam Al Awsath, karya Ath Thabrani).
Bilal bin Sa'ad seorang tabi'in rahimahullah berkata:
لا تنظر إلى صغر المعصية وانظر إلى عظمة من عصيت
"Janganlah kamu lihat kepada kecilnya sebuah maksiat akan tetapi lihatlah agungnya yang kamu maksiati".
(Baca juga : Sabar dalam Kondisi Mampu Menurut Pandangan Ibnu Taimiyah )
Dr Syafik Riza Basalamah menukil riwayat bahwa ‘Abdullah bin ‘Abdil Wahhab, ia berkata: Khalid bin Al-Harits menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abdurrahman Al-Mas’udi menceritakan kepada kami dari ‘Alqamah bin Martsad, dari Abur Rabi’, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Salah satu dari doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
اللَّهمَّ اغفِرْ لِي مَا قَدَّمتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ ومَا أعْلَنْتُ، وَمَا أَنتَ أَعْلمُ بِهِ مِنِّي، إِنَّكَ أنْتَ المُقَدِّمُ وَالمُؤَخِّرُ، لا إلهَ إلاَّ أنْتَ
“Ya Allah, ampunilah aku apa yang telah aku kerjakan sebelum ini dan apa yang belum aku lakukan. Dan apa yang aku sembunyikan dan apa yang aku kerjakan terang-terangan . Dan aku minta ampun dari segala dosa yang Engkau lebih tahu daripada aku. Sesungguhnya Engkau yang mendahulukan dan yang mengakhirkan. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Ya Allah.”
Dalam uraian ceramahnya di Jakarta, pekan lalu, Ustad Syafik mengatakan, dalam doa tersebut apakah yang diminta oleh Nabi? Apakah minta jabatan di dunia? Minta kursinya supaya tidak disingkirkan? Tidak. Dalam doanya Nabi meminta ampun. Ini adalah doa yang biasa dibaca Nabi.
(Baca juga : Sifat Malu Adalah Kunci dari Semua Kebaikan )
Penjelasan dari doa memohon ampunan tersebut adalah : “Ya Allah, ampunilah aku apa yang telah aku kerjakan sebelum ini”. Nabi meminta ampunan. Padahal beliau terjaga, ma’shum. Beliau memberikan contoh kepada kita, seakan-akan beliau berkata kepada kita: “Engkau jangan sok suci, wahai manusia. Banyak dosa dan kesalahan yang engkau perbuat. Dan engkau akan terus berbuat kesalahan, terus lagi melakukan dosa, terus lagi. Karena engkau sudah ditakdirkan berbuat dosa.”
Maka solusi dari seseorang banyak berbuat dosa adalah menjauhi dosa dan tatkala terjebak dalam dosa, ikuti dengan amal shalih dan minta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Nabi minta ampun dari apa yang telah terjadi.