Lembah Kebebasan: Kisah Cinta Seorang Syaikh dan Putri Pemelihara Anjing

Senin, 21 September 2020 - 06:28 WIB
loading...
A A A


Setelah menujumkan nasib baik atau buruk, diangkatnya salah satu sudut papan ramalan itu dan diserakkannya pasir itu, dan adalah seakan segala lambang dan angka-angka itu tak pernah ada.

Permukaan dunia yang terjadi secara kebetulan ini serupa dengan papan ramalan itu. Bila kau tak berdaya melawan keinginan akan hal-hal yang dangkal di dunia ini, maka berpalinglah daripadanya dan duduklah di sudut. Banyak laki-laki dan perempuan menerima hidup ini tanpa sesuatu pikiran tentang dunia lahir dan dunia batin.

Lalat dan Madu
Seekor lalat yang sedang mencari madu melihat sebuah sarang lebah di sebuah kebun. Hasrat akan madu telah membuatnya sedemikian rupa sehingga kita akan memandangnya sebagai seekor singa.

Dan lalat itu pun berseru, "Akan kuberi se-obol siapa yang mau menolong membawa aku masuk ke dalam sarang ini."


Ada yang merasa kasihan padanya, dan dengan upah se-obol ditolongnya lalat itu masuk. Tetapi begitu sampai di dalam, maka kaki lalat itu pun lekat pada madu. Meskipun ia mengepak-kepakkan sayap dan berloncatan ke sana-sini, namun keadaannya semakin menyedihkan, dan ia pun mengeluh, "Ini kelaliman, ini racun. Aku terjerat. Kuberikan se-obol tadi untuk masuk, tetapi kini dengan senang kuberikan dua obol untuk keluar."

"Di Lembah ini," kata Hudhud selanjutnya, "jangan ada yang tinggal bersikap tak giat, dan siapa pun hendaknya memasuki Lembah ini hanya setelah mencapai tingkat perkembangan tertentu.



Kini tiba saatnya untuk berusaha dan bukan tinggal dalam ketakpastian dan melewatkan waktu dengan tak peduli. Bangkitlah kau dari sikap masa bodoh, tinggalkan keterikatan-keterikatan lahir dan batin, dan lintasi Lembah yang sulit ini; sebab bila kau tak meninggalkan semua itu, kau akan lebih bersikap tak peduli ketimbang kaum pemuja dewa-dewa, dan kau tak akan pernah merasa cukup dengan dirimu sendiri."

Kata-kata Syaikh
Seorang murid minta jawaban dari gurunya atas sebuah pertanyaan yang tak berguna. Syaikh itu pun berkata, "Lebih dulu basuhlah mukamu. Dapatkah wangian kesturi tercium dalam bau kebusukan? Aku tak memberikan pengetahuan pada orang-orang yang mabuk."

Darwis dan Puteri
Adalah pada suatu ketika seorang syaikh terpuji yang mengenakan khirka kemiskinan, tetapi ia jatuh cinta pada puteri seorang yang banyak memelihara anjing, dan dengan harapan akan dapat melihat puteri itu,



ia pun hidup dan tidur di jalanan. Ibu si gadis mengetahui hal ini, lalu berkata pada syaikh itu, "Kau tentu saja tahu bahwa kami ini pemelihara anjing, tetapi karena kau jatuh hati pada puteri kami, maka kau boleh mengawininya setahun lagi, dan tinggal bersama kami; dan kau harus bersedia menjadi pemelihara anjing dan menerima cara hidup kami."

Karena syaikh itu tak tanggung-tanggung cintanya, maka ia pun menanggalkan jubah sufinya dan mulai bekerja. Setiap hari dibawanya seekor anjing ke pasar, dan yang demikian itu terus dilakukannya selama hampir setahun. Suatu hari, seorang sufi lain, yang juga sahabatnya, berkata padanya, "O orang hina, selama tiga puluh tahun kau telah menekuni dan merenungi perkara-perkara rohani, dan kini kau melakukan apa yang tak pernah dilakukan oleh orang-orang yang sejajar denganmu!"



Syaikh itu menjawab, "Kau tak melihat hal yang sebenarnya, maka janganlah menyanggah. Bila kau ingin mengerti, ketahuilah bahwa hanya Tuhanlah yang mengetahui kerahasiaan itu dan hanya Dialah yang dapat menyingkapkannya. Lebih baik tampak menggelikan ketimbang seperti kau, tak pernah memasuki kerahasiaan Jalan Rohani."

==
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2558 seconds (0.1#10.140)