Penghulu Wanita di Surga, Sayyidah Fatimah Wafat di Bulan Ramadhan

Rabu, 06 Mei 2020 - 16:11 WIB
loading...
A A A
Meskipun Sayyidah Fatimah adalah sosok wanita yang bertubuh lemah dan rentan, namun tidak menyurutkan semangatnya dalam berjihad. Ia merupakan seorang mujahidin yang membantu merawat luka para pejuang di medan perang. Bahkan ketika Rasulullah terluka, ia membakar sobekan tikar dan membungkusnya pada luka sang ayah hingga darahnya tidak lagi keluar.

Kisah Cinta
Sayyidah Fatimah adalah anak kesayangan Rasul hingga Rasul pun tidak sembarangan memilih jodoh untuk putrinya. Meskipun Umar dan Abu Bakar berusaha meminangnya, namun Rasul masih menunggu keputusan Allah untuk jodoh Fatimah.

Lalu muncullah Ali bin Abi Thalib yang berniat meminang Sayyidah Fatimah. Pada awalnya, Sayyidina Ali sempat merasa berkecil hati karena sebelumnya Rasulullah sudah menolak dua sahabatnya. Apalagi ia tidak memiliki harta yang cukup dibanding sahabat-sahabatnya itu.

Dari hadis riwayat Ummu Salamah RA diceritakan bahwa Ali menundukkan kepala seolah memiliki maksud tetapi tidak berani menyampaikannya, Rasulullah mendahului dan berkata “Tampaknya kau mempunyai suatu keperluan, katakanlah apa yang ada dalam hatimu,” Ali menjawab “Ya Rasulullah aku memiliki maksud terhadap putrimu Fatimah, apakah engkau berkenan menyetujui dan menikahkan diriku dengannya?”.

Masih dari Hadis Riwayat Ummu salamah RA, “Ketika itu kulihat wajah Rasulullah nampak berseri seri. Sambil tersenyum Nabi berkata pada Ali: Ahlan wa sahlan (aku menerima mu dengan mudah tanpa mempersulit urusan mu). Nabi melanjutkan kalimat nya: Wahai Ali, apakah engkau memiliki satu bekal mas kawin?”

Ali menjawab “Demi Allah, engkau sendiri mengetahui bagaimana keadaanku, tak ada sesuatu tentang diriku yang tidak engkau ketahui, aku tidak mempunyai apa apa selain satu set baju besi, sebilah pedang, dan seekor unta”.

Rasulullah menanggapi perkataan Ali “Tentang pedang mu itu, engkau tetap memerlukannya untuk meneruskan perjuangan di jalan Allah. Dan untuk untamu itu engkau juga perlu untuk keperluan mengambil air dan juga engkau memerlukannya dalam perjalanan jauh. Oleh karena itu, aku hendak menikahkan engkau hanya atas dasar mas kawin satu set baju besi saja. Aku puas menerima barang itu dari tanganmu. Wahai Ali, engkau wajib bergembira sebab Allah sebenarnya sudah lebih dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku menikahkan engkau di bumi”.

Setelah segala persiapan pernikahan beres, dengan hati puas dan bahagia, disaksikan oleh para sahabat, Rasulullah mengucapkan kata ijab kabul untuk pernikahan putrinya, “bahwasanya Allah memerintahkan aku supaya menikahkan engkau Fatimah atas mas kawin 400 dirham (senilai baju besi), mudah mudahan engkau menerima hal itu”.

“Ya Rasulullah saya ridha”, jawab Sayyidina Ali.

Maka menikahlah Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah. Kemudian Rasulullah mendoakan keduanya “Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebijakan yang banyak”. (Kitab Ar Ritadh An Nadrah 2:183).

Kehidupan pernikahan Sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali begitu damai dan sederhana. Sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali menjadi keluarga teladan di lingkungannya.

Kehidupan rumah tangga Sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali begitu sederhana. Bahkan tangan Sayyidah Fatimah menjadi kasar karena menumbuk gandum sendiri.

Saat itu Sayyidah Fatimah memiliki bayi yang bernama Hasan dan juga sedang hamil Hussein, anak keduanya sehingga merasa kewalahan. Karena, mereka tidak mampu membayar seorang pembantu untuk melakukan pekerjaan rumahnya.

Suatu ketika, Sayyidah Fatimah mendengar kabar bahwa Ayahandanya membawa tawanan perang yang bisa dijadikan pembantu di rumahnya. Setelah mendengar kabar itu, Sayyidah Fatimah pun berkunjung ke rumah Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam untuk meminta hal tersebut. Namun, sayangnya ayahanda sedang tidak di rumah. Jadi, Sayyidah Fatimah hanya sempat menceritakan hal tersebut pada istri Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, Aisyah.

Setelah salat Isya, Aisyah menceritakan hal tersebut pada Rasulullah dan Rasulullah SAW mendatangi rumah Sayyidah Fatimah.

Dari Ali bin Abu Thalib bahwa 'Nabi SAW datang kepada kami sementara kami sedang bersiap-siap untuk tidur, aku hendak berdiri, tetapi beliau bersabda, “Tetaplah kalian berdua di tempat.”

Lalu beliau duduk di antara kami, sampai aku merasakan dinginnya kedua kaki beliau di dadaku, beliau bersabda, “Maukah kalian berdua aku ajari apa yang lebih baik dari apa yang kalian berdua minta kepadaku, jika kalian berdua hendak tidur, bertakbirlah sebanyak 34, bertasbihlah sebanyak 33 dan bertahmidlah sebanyak 33, ia lebih baik bagi kalian berdua daripada pembantu.”

Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam bersabda: “Laksanakanlah oleh kalian amalan semampu kalian, sesungguhnya sebaik-baik amalan adalah yang di kerjakan secara terus menerus walaupun sedikit.”

Dari pernikahan Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah dikaruniai 4 orang anak yakni Hasan, Husein, Zainab, dan Ummi Kulsum.

Dijamin Masuk Surga
Sayyidah Fatimah sudah dijamin masuk ke surganya Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun, hal ini tidak semerta-merta membuat Rasulullah mendidik Sayyidah Fatimah supaya menjadi anak yang santai dalam beribadah.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1243 seconds (0.1#10.140)