Belajar dari Sa’ad bin Abi Waqqash, Mengapa Doanya Selalu Terkabul

Kamis, 15 Oktober 2020 - 14:40 WIB
loading...
Belajar dari Sa’ad bin Abi Waqqash, Mengapa Doanya Selalu Terkabul
Ilustrasi/Ist
A A A
SA'AD bin Abi Waqqash termasuk salah satu sahabat yang diberi umur panjang. Ia hidup di era khalifah Ar Rasyidin dan menjadi sahabat terakhir dari kalangan Muhajirin yang meninggal dunia. Selama hidupnya, Sa’ad selalu terijabah setiap kali berdoa. ( )

Dikisahkan, di era kekhalifahan Umar bin Khattab , Sa’ad bin Abi Waqqash diamanahi jabatan sebagai pemimpin wilayah Kufah. Namun satu hari, terdapat penduduk Kufah yang mengeluhkan Sa’ad dan menyebutkan keburukannya. Umar tentu tak langsung percaya. Ia mengutus seseorang untuk pergi ke Kufah dan menyelidiki tentang kepemimpinan Sa’ad. ( )

Benar saja, sang utusan selalu mendapati orang-orang menyebut kebaikannya. Setiap kali tiba di masjid , utusan tersebut mampir kemudian bertanya pada penduduk Kufah tentang Sa’ad. Tak ada satu pun masjid yang dilewati dan didatanginya, kecuali semua orang mengagumi kebaikan-kebaikan Sa’ad bin Abi Waqqash. ( )

Hingga kemudian si utusan tiba di sebuah masjid milik Bani Abs. Di sana terdapat seorang bernama Usamah bin Qatadah yang memfitnah Sa’ad bahwasanya sang shahabat nabi tak pernah mengikuti sariyah, yakni perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah. Usamah juga menuduh bahwasanya Sa’ad tak pernah adil dalam pembagian dan menetapkan hukum dengan batil.

Sampailah kabar fitnah Usamah itu ke telinga Sa’ad bin Abi Waqqash. Ia pun kemudian berkata, “Demi Allah, aku benar-benar berdoa untuk tiga hal, ‘Ya Allah jika hambamu ini (Usamah bin Qatadah) berdusta, berdiri karena riya atau sum`ah, maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kefakirannya dan hadapkanlah dia kepada cobaan.” ( )

Sang perawi, yakni Abdul Malik bin Umair berkata, “Setiap kali dia (Usamah bin Qatadah) ditanya, “Bagaimana keadaanmu?” Dia menjawab, “Aku adalah orang tua yang telah terkena doanya Sa`d bin Abi Waqqash.” Abdul Malik lalu berkata, “Setelah itu aku melihatnya buta karena tua.”

Dalam momen lain, juga terdapat kisah serupa tentang bagaimana doa Sa’ad selalu diijabah oleh Allah. Kisah ini tercantum dalam kitab Al Mustadrak. Disebutkan bahwa suatu hari ada seorang penunggang kuda yang mencela Ali bin Abi Thalib di tengah-tengah pasar Madinah . Orang-orang mendengarnya namun tak berani melawan.

Hingga kemudian datanglah Sa’ad bin Abi Waqqash dan bertanya, “Ada apa ini?” Mereka kemudian menyampaikan kabar, “Ada seorang yang mencela Ali bin Abi Thalib .” Sa’ad pun kemudian segera menghampiri si pencela tersebut dan membela Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu.

“Atas dasar kau mencela Ali bin Abi Thalib?! Bukanlah dia termasuk orang yang pertama masuk Islam?! Bukankah dia orang yang pertama shalat dengan Rasulullah?! Bukankah dia orang yang paling zuhud?! Bukankah dia orang yang paling alim?! Bukankah Rasulullah telah menikahkannya dengan putrinya?! Bukankah dia pembawa panji Rasulullah di beberapa peperangan?!” ( )

Karena geram mendengar sahabat Rasulullah dicela, Sa’ad pun mendoakan keburukan bagi si pencela. Ia segera menengadahkan tangan, menghadap kiblat dan berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya orang ini telah mencela salah satu walimu, maka janganlah Kau pisahkan sekumpulan orang ini hingga engkau menampakkan kekuasaan-Mu kepada mereka.” ( )

Lalu di kemudian hari, si pencela penunggang kuda itu tetap bersama kelompoknya. Hingga suatu hari, sebelum kelompok itu berpencar, terjadi peristiwa yang membuktikan diijabahnya doa Sa’ad. Si pencela tiba-tiba terlempar jauh akibat kudanya yang jatuh tersungkur. Ia tewas mengenaskan dengan kondisi kepala yang pecah. ( )

Makanan Halal
Ada yang bertanya kepada Sa’ad bin Abi Waqqash,

تُستجابُ دعوتُك من بين أصحاب رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ؟ فقال : ما رفعتُ إلى فمي لقمةً إلا وأنا عالمٌ من أين مجيئُها ، ومن أين خرجت .

“Apa yang membuat do’amu mudah dikabulkan dibanding para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya?”

“Saya tidaklah memasukkan satu suapan ke dalam mulutku melainkan saya mengetahui dari manakah datangnya dan dari mana akan keluar,” jawab Sa’ad.

Dari Wahb bin Munabbih, ia berkata,

من سرَّه أنْ يستجيب الله دعوته ، فليُطِب طُعمته

“Siapa yang bahagia do’anya dikabulkan oleh Allah, maka perbaikilah makanannya.”

Dari Sahl bin ‘Abdillah, ia berkata,

من أكل الحلال أربعين يوماً أُجيبَت دعوتُه

“Barangsiapa memakan makanan halal selama 40 hari, maka do’anya akan mudah dikabulkan.”



Yusuf bin Asbath berkata,

بلغنا أنَّ دعاءَ العبد يحبس عن السماوات بسوءِ المطعم .

“Telah sampai pada kami bahwa do’a seorang hamba tertahan di langit karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.”

Bahaya Makanan Haram
Adakalanya seorang Muslim bersungguh-sungguh dalam melakukan amal saleh akan tetapi ia memandang remeh dan kurang peduli dengan masalah mengkonsumsi harta yang haram, padahal akibatnya sangat fatal. Orang seperti ini akan rugi di dunia dan di akhirat.

Amal ibadahnya tertolak, doanya tidak akan diijabahi (tidak dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla) dan harta serta usahanya tidak akan diberkahi.



Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ».

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul.

Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’

Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim no. 1015)



Oleh sebab itu, sedekah dari harta yang haram akan tertolak dan tidak diterima. Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاةً بِغَيْرِ طَهُورٍ ، وَلاَ صَدَقَةً مِنْ غُلُولٍ

Allah tidak akan menerima salat seseorang tanpa berwudlu (bersuci), dan tidak akan menerima sedekah dengan harta ghulul (curian/korupsi) [HR. Muslim]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا أَدَّيْتَ زَكَاةَ مَالِكَ فَقَدْ قَضَيْتَ مَا عَلَيْكَ، وَمَنْ جَمَعَ مَالًا حَرَامًا ثُمَّ تَصَدَّقَ مِنْهُ لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيهِ أَجْرٌ وَكَانَ إِصْرُهُ عَلَيْهِ

‘Jika engkau telah menunaikan zakat hartamu maka engkau telah melaksanakan kewajiban dan barang siapa yang mengumpulkan harta dari jalan yang haram, kemudian dia menyedekahkan harta itu, maka sama sekali dia tidak akan memperoleh pahala, bahkan dosa akan menimpanya’. [HR. Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân dalam Shahihnya]



Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ

Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari makanan haram. [HR. Ibn Hibban dalam Shahîhnya]

Dari Ka’ab bin ‘Ujrah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdabda:

يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحتٍ إلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَولَى بِهِ

Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, tidaklah daging manusia tumbuh dari barang yang haram kecuali neraka lebih utama atasnya. [HR. Tirmidzi]

Kata السحت dalam hadits di atas maksudnya adalah semua yang haram dalam segala bentuk dan macamnya, seperti hasil riba, hasil sogokan, mengambil harta anak yatim dan hasil dari berbagai bisnis yang diharamkan syari’at.

Dari Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah SAW berkata,

مَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Siapa yang dagingnya tumbuh dari pekerjaan yang tidak halal, maka neraka pantas untuknya.” (HR. Ibnu Hibban 11: 315, Al Hakim dalam mustadroknya 4: 141. Hadits ini shahih kata Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 4519)
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2506 seconds (0.1#10.140)