Taurat Anggap Nabi Luth Berzina dengan Dua Putrinya, Al-Qur'an dan Hadis Mengoreksi
loading...
A
A
A
NABIYULLAH Luth adalah salah seorang Nabi dan Rasul Allah yang menghadapi suatu kaum yang berhati dan bertabiat keras. Mereka memiliki penyimpangan akidah sekaligus penyimpangan perilaku seksual. Penyimpangan mereka termasuk suatu keanehan dalam sejarah manusia. (
)
Hakim meriwayatkan dalam Mustadrak Subhanahu wa Ta’ala dari Ibnu Abbas berkata, "Manakala utusan-utusan Allah datang kepada Luth, Luth mengira mereka adalah para tamu yang menemuinya. Maka Luth meminta mereka untuk mendekat dan mereka duduk di dekatnya.
Luth menghadirkan tiga orang putrinya. Luth menyuruh putri-putrinya agar duduk di antara para tamu dan kaumnya. Maka kaumnya datang dengan tergopoh-gopoh. Ketika Luth melihat mereka, dia berkata, 'Inilah putri-putriku. Mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan namaku terhadap tamuku ini." (QS. Hud: 78).
Kaumnya menjawab, "Bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu dan sesungguhnya kamu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki." (QS. Hud: 79).
Luth berkata, "Seandainya aku mempunyai kekuatan untuk menolakmu atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat, tentulah aku lakukan." (QS. Hud: 80)
Lalu Jibril menengok kepadanya dan berkata, "Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan mampu mengganggumu." (QS. Hud: 81).
Ibnu Abbas berkata, "Lalu Jibril menghapus penglihatan mereka, maka mereka pulang dengan lari tunggang langgang sampai mereka keluar kepada orang-orang yang berada di pintu. Mereka berkata, 'Kami datang kepada kalian dari sisi orang yang paling mahir sihirnya. Dia telah menghapus penglihatan kami.’
Maka mereka lari tunggang langgang sampai mereka masuk di sebuah desa. Pada malam hari desa itu diangkat sampai ia berada di antara langit dan bumi, sehingga mereka mendengar suara-suara burung di udara. Kemudian desa itu dijungkirbalikkan, lalu keluarlah angin kencang kepada mereka. Barangsiapa terkena angin itu, pastilah ia mati. Dan barangsiapa yang kabur dari desa tersebut, maka ia akan dikejar oleh angin tersebut yang berubah menjadi batu yang akan membunuhnya."
Ibnu Abbas melanjutkan, "Lalu Luth pergi dengan ketiga putrinya. Ketika dia sampai di tempat begini-begini di kota Syam, putrinya yang besar meninggal, maka keluarlah darinya mata air yang bernama Wariyah. Luth terus berjalan hingga tiba di tempat yang dikehendaki oleh Allah, dan putrinya yang termuda mati, maka memancarlah dari sisinya mata air yang diberi nama Ra'ziyah. Putri Luth yang masih hidup adalah yang tengah."
Hadis ini diriwayatkan oleh Hakim dalam Mustadrak Alas Shahihain, 2/375, dalam Kitab Tafsir (tafsir surat Hud). Hakim berkata, "Ini adalah hadis shahih di atas syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak meriwayatkannya." Tashih-nya disetujui oleh Dzahabi.
Hakim berkata, "Mungkin saja ada yang menyangka bahwa hadis ini dan yang sejenisnya tergolong mauquf, padahal sebenarnya bukan. Karena jika seorang sahabat menafsirkan tilawah, maka ia adalah musnad (bersanad) menurut Syaikhain."
Kisah di Taurat
‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam bukunya berjudul "Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah" menyatakan siapa yang membaca Taurat, maka dia mendapati banyak peristiwa tentang Luth dengan alur cerita yang jelas. Dia akan mendapati bahwa Al-Qur'an membenarkan banyak kejadian dan peristiwanya. Hanya saja, di dalamnya terdapat penyimpangan-penyimpangan, dan sebagian di antaranya tampak sepele, sedangkan yang lainnya termasuk penyimpangan yang besar dan berbahaya. ( )
Di antara penyelewengan ini adalah klaim mereka bahwa Malaikat yang mampir di rumah Ibrahim dan mereka memakan suguhan makanan yang dihidangkan Ibrahim kepada mereka.
Ibrahim menghidangkan – sebagaimana dikatakan oleh Taurat – daging anak sapi bakar dengan susu yang berbusa. Para Malaikat makan hidangan Ibrahim tersebut. (Safar Takwin, Ishah 18 poin 8)
"Manakala para Malaikat datang kepada Luth, mereka juga makan roti dan madu yang dihidangkan." (Safar Takwin, Ishah 19 poin 3)
Firman Allah membantah dan membatalkan klaim ini. Firman-Nya, "Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami ( Malaikat-Malaikat ) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka mengucapkan, 'Salaman' (selamat).
Ibrahim menjawab, 'Salamun' (selamatlah). Maka tidak lama kemudian, Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata, 'Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah(Malaikat-Malaikat) yang diutus kepada kaum Luth'." (QS Hud: 69-70)
Para Malaikat tidak menjulurkan tangan mereka ke makanan, sehingga Ibrahim merasa aneh dengan sikap mereka, maka terbersit rasa takut dari diri mereka.
Orang-orang yang tidak makan makanan tamu biasanya adalah para musuh yang datang menginginkan keburukan. Oleh sebab itu, mereka menjelaskan tentang jati diri mereka kepada Ibrahim. Jelaslah alasan mereka, karena tabiat para Malaikat adalah tidak makan dan tidak minum. ( )
Koreksi
Di antara penyimpangan Taurat yang dikoreksi oleh Al-Qur'an adalah bahwa jumlah Malaikat lebih dari dua, tidak seperti yang dinyatakan oleh Taurat bahwa Malaikat hanya dua saja. Di antara poin yang diakui kebenaran oleh hadis adalah bahwa Luth meletakkan putri-putrinya di antara para tamunya dan kaumnya ketika mereka masuk ke rumahnya.
Hakim meriwayatkan dalam Mustadrak Subhanahu wa Ta’ala dari Ibnu Abbas berkata, "Manakala utusan-utusan Allah datang kepada Luth, Luth mengira mereka adalah para tamu yang menemuinya. Maka Luth meminta mereka untuk mendekat dan mereka duduk di dekatnya.
Luth menghadirkan tiga orang putrinya. Luth menyuruh putri-putrinya agar duduk di antara para tamu dan kaumnya. Maka kaumnya datang dengan tergopoh-gopoh. Ketika Luth melihat mereka, dia berkata, 'Inilah putri-putriku. Mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan namaku terhadap tamuku ini." (QS. Hud: 78).
Kaumnya menjawab, "Bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu dan sesungguhnya kamu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki." (QS. Hud: 79).
Luth berkata, "Seandainya aku mempunyai kekuatan untuk menolakmu atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat, tentulah aku lakukan." (QS. Hud: 80)
Lalu Jibril menengok kepadanya dan berkata, "Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan mampu mengganggumu." (QS. Hud: 81).
Ibnu Abbas berkata, "Lalu Jibril menghapus penglihatan mereka, maka mereka pulang dengan lari tunggang langgang sampai mereka keluar kepada orang-orang yang berada di pintu. Mereka berkata, 'Kami datang kepada kalian dari sisi orang yang paling mahir sihirnya. Dia telah menghapus penglihatan kami.’
Maka mereka lari tunggang langgang sampai mereka masuk di sebuah desa. Pada malam hari desa itu diangkat sampai ia berada di antara langit dan bumi, sehingga mereka mendengar suara-suara burung di udara. Kemudian desa itu dijungkirbalikkan, lalu keluarlah angin kencang kepada mereka. Barangsiapa terkena angin itu, pastilah ia mati. Dan barangsiapa yang kabur dari desa tersebut, maka ia akan dikejar oleh angin tersebut yang berubah menjadi batu yang akan membunuhnya."
Ibnu Abbas melanjutkan, "Lalu Luth pergi dengan ketiga putrinya. Ketika dia sampai di tempat begini-begini di kota Syam, putrinya yang besar meninggal, maka keluarlah darinya mata air yang bernama Wariyah. Luth terus berjalan hingga tiba di tempat yang dikehendaki oleh Allah, dan putrinya yang termuda mati, maka memancarlah dari sisinya mata air yang diberi nama Ra'ziyah. Putri Luth yang masih hidup adalah yang tengah."
Hadis ini diriwayatkan oleh Hakim dalam Mustadrak Alas Shahihain, 2/375, dalam Kitab Tafsir (tafsir surat Hud). Hakim berkata, "Ini adalah hadis shahih di atas syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak meriwayatkannya." Tashih-nya disetujui oleh Dzahabi.
Hakim berkata, "Mungkin saja ada yang menyangka bahwa hadis ini dan yang sejenisnya tergolong mauquf, padahal sebenarnya bukan. Karena jika seorang sahabat menafsirkan tilawah, maka ia adalah musnad (bersanad) menurut Syaikhain."
Kisah di Taurat
‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam bukunya berjudul "Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah" menyatakan siapa yang membaca Taurat, maka dia mendapati banyak peristiwa tentang Luth dengan alur cerita yang jelas. Dia akan mendapati bahwa Al-Qur'an membenarkan banyak kejadian dan peristiwanya. Hanya saja, di dalamnya terdapat penyimpangan-penyimpangan, dan sebagian di antaranya tampak sepele, sedangkan yang lainnya termasuk penyimpangan yang besar dan berbahaya. ( )
Di antara penyelewengan ini adalah klaim mereka bahwa Malaikat yang mampir di rumah Ibrahim dan mereka memakan suguhan makanan yang dihidangkan Ibrahim kepada mereka.
Ibrahim menghidangkan – sebagaimana dikatakan oleh Taurat – daging anak sapi bakar dengan susu yang berbusa. Para Malaikat makan hidangan Ibrahim tersebut. (Safar Takwin, Ishah 18 poin 8)
"Manakala para Malaikat datang kepada Luth, mereka juga makan roti dan madu yang dihidangkan." (Safar Takwin, Ishah 19 poin 3)
Firman Allah membantah dan membatalkan klaim ini. Firman-Nya, "Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami ( Malaikat-Malaikat ) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka mengucapkan, 'Salaman' (selamat).
Ibrahim menjawab, 'Salamun' (selamatlah). Maka tidak lama kemudian, Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata, 'Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah(Malaikat-Malaikat) yang diutus kepada kaum Luth'." (QS Hud: 69-70)
Para Malaikat tidak menjulurkan tangan mereka ke makanan, sehingga Ibrahim merasa aneh dengan sikap mereka, maka terbersit rasa takut dari diri mereka.
Orang-orang yang tidak makan makanan tamu biasanya adalah para musuh yang datang menginginkan keburukan. Oleh sebab itu, mereka menjelaskan tentang jati diri mereka kepada Ibrahim. Jelaslah alasan mereka, karena tabiat para Malaikat adalah tidak makan dan tidak minum. ( )
Koreksi
Di antara penyimpangan Taurat yang dikoreksi oleh Al-Qur'an adalah bahwa jumlah Malaikat lebih dari dua, tidak seperti yang dinyatakan oleh Taurat bahwa Malaikat hanya dua saja. Di antara poin yang diakui kebenaran oleh hadis adalah bahwa Luth meletakkan putri-putrinya di antara para tamunya dan kaumnya ketika mereka masuk ke rumahnya.