Kisah Tragis Utsman bin Affan (3): Jauh Sebelum Wafat, Rasulullah Minta Utsman Tak Meletakkan Jabatan

Kamis, 19 November 2020 - 15:24 WIB
loading...
Kisah Tragis Utsman bin Affan (3): Jauh Sebelum Wafat, Rasulullah Minta Utsman Tak Meletakkan Jabatan
Ilustrasi/Ist
A A A
JAUH sebelum Rasulullah SAW wafat beliau, sudah mewanti-wanti kepada sahabat Utsman bin Affan tentang fitnah yang akan menimpanya kelak. Ia akan terbunuh. Kendati demikian Rasulullah menyarankan agar Utsman tidak meletakkan jabatan sebagai khalifah . ( )

SUATU ketika Rasulullah SAW memerintahkan ‘Aisyah , istri beliau, untuk pergi ketika Nabi ingin berbicara empat mata dengan Utsman bin Affan Radhiyallahu‘anhu . Beliau memberitahukan kepada Utsman secara rahasia/pelan-pelan, meskipun tempat tersebut tidak ada orang lain selain keduanya, hingga berubah wajah beliau.

Menurut ‘Abdurrahman at-Tamimi dalam tulisannya berjudul "Utsman bin Affan Khalifah Yang Terzhalimi", hal ini menunjukkan bahwa rahasia ini sangatlah besar. Dan ketika ‘Aisyah mengkaitkan rahasia ini dengan fitnah, ini menunjukkan bahwa rahasia tersebut berkaitan dengan fitnah terbunuhnya Utsman bin Affan.

Hal ini dikarenakan beliau mendengar sebagian dari masalah fitnah ini. Di antaranya beliau mengatakan: "Aku tidak menghafal dari ucapan beliau kecuali hanya sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: 'Jika mereka memintamu untuk engkau melepas pakaian (kekhalifahan) yang diberikan oleh Allah, maka jangan engkau ikuti'.”

Ini adalah dalil bahwa rahasia ini berisikan petunjuk-petunjuk dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk Utsman, agar beliau dapat bersikap dengan sikap yang benar ketika terjadi kudeta terhadap beliau. ( )

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak mencukupkan hanya dengan mengabarkan tentang terjadinya fitnah , namun beliau mengumumkan hal tersebut, seperti yang telah berlalu. Dirahasiakannya hal ini menunjukkan bahwa di balik hal tersebut ada tambahan yang lain dari hanya sekadar pemberitahuan terjadinya fitnah. Dan beliau bersungguh-sungguh untuk menjaga rahasia tersebut karena ada hikmah yang mengharuskannya.

‘Abdurrahman at-Tamimi mengatakan hadis ini menafsirkan kepada kita dengan jelas sebab tidak maunya Utsman untuk memerangi (para pemberontak) ketika terjadinya pengepungan.

Sebagaimana hadis tersebut menafsirkan kepada kita sebab penolakan beliau untuk turun dari kekhalifahan, ketika sebagian orang menginginkan hal tersebut.

Dua sikap (Utsman Radhiyallahu ‘anhu ) ini dipertanyakan oleh para peneliti tentang sebab yang membuat Utsman bersikap demikian. ( )

Ini semua bisa masuk ke dalam hati untuk lebih berhati-hati dan menjaga (lisan) ketika membicarakan tentang sikap-sikap Utsman Radhiyallahu ‘anhu ketika terjadinya pengepungan. Karena bisa jadi sikap-sikap tersebut berdasarkan nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Bahkan sebagiannya bisa dipastikan dari nasehat tersebut, seperti dalam penolakan beliau untuk menyerahkan kekhalifahan.

Terjadinya fitnah pembunuhan terhadap Utsman Radhiyallahu ‘anhu termasuk di antara kejadian-kejadian besar yang telah dikabarkan oleh Nabi pada waktu hidup beliau, bahwa hal-hal tersebut akan terjadi setelah wafatnya beliau. Sebagaimana sudah terjadi dan sisanya pasti akan terjadi meski lama.

Tidak diragukan lagi bahwa Utsman setelah mendengar hadis-hadis tersebut yakin akan terjadinya pada suatu saat, meski lama. Dan beliau menunggu kejadian tersebut hari demi hari.

Setelah Umar bin Khattab ditusuk (pisau) oleh seorang majusi yang terlaknat yang bernama Abu Lu’lu, beliau diminta untuk memberikan kekhalifahan setelah dirinya. Lalu beliau memberikan mandat kepada 6 orang dari pembesar sahabat dan sekaligus yang diberi jaminan masuk surga. Beliau meminta kepada mereka untuk memusyawarahkan pemilihan khalifah setelah beliau.

Enam orang tersebut adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.

Setelah mereka bermusyawarah, mereka memutuskan untuk memilih Utsman bin Affan sebagai khalifah. Maka beliau menjadi khalifah ar-Rasyid ketiga. Dalam hal ini Abdullah bin Mas’udz berkata :”Kami memilih khalifah dari orang yang terbaik dan kami tidak menuhankanya.” (Bersambung)
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1480 seconds (0.1#10.140)