Keutamaan Ahlul Bait Rasulullah, Siapa Saja Mereka? (1)

Jum'at, 20 November 2020 - 10:05 WIB
loading...
Keutamaan Ahlul Bait...
Setiap nasab dan hubungan keluarga lewat perkawinan pada hari Kiamat nanti akan terputus, kecuali nasab dan hubungan kekeluargaan (melalui perkawinan) dengan Nabi Muhammad. Foto/Ist
A A A
Ahlul Bait adalah keluarga rumah tempat tinggal dan keluarga nasab Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Istri-istri Nabi merupakan keluarga ahlul bait, sedangkan kerabat-kerabatnya adalah keluarga karena pertalian nasab. Banyak hadis yang menunjukkan keterangan ini, antara lain:

عن ابى سعيد الحدري رضي الله عنه قال: إن هذه الاية نزلت فى النبي صلى الله عليه وسلم وعلي وفاطمة والحسن والحسين رضي الله عنهم

Dari Abu Sa'id al-Khudriy ia berkata: "Sesungguhnya ayat ini turun berkaitan dengan Nabi shalallahu 'alaihi wa Alihi wa shahbihi wasallam, Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husain radhiyallahu 'anhum." (HR. Imam Ahmad)

( )

Nabi صلى الله عليه وسلم mengemulkan sebuah kain pada mereka (Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husain) dan bersabda: "Ya Allah, mereka adalah ahli baitku dan orang-orang khususku, hilangkan dari mereka noda dan bersihkan mereka sebersih-bersihnya."

Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah mengemulkan sebuah kain menutupkan kain kepada mereka dan meletakkan tangannya ke atas mereka dan bersabda: "Ya Allah, sesungguhnya mereka adalah keluarga Muhammad, maka jadikanlah shalawat-Mu dan barakahMu kepada keluarga Muhammad, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung."

Pertanyaannya, apakah pertalian dengan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan bernasab kepadanya merupakan suatu kemuliaan? Berikut penjelasan Al-Habib Zein bin Smith Al-Alawi Al-Husaini dalam tanya jawab akidah ahlussunnah wal jama'ah yang dilansir dari Al-Fachriyah.

Habib Zein bin Smith menukil ayat Al-Qur'an yang menerangkan keutamaan alhul bait:

إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجز اهل البيت ويطهركم تطهيرا

"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait , dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS. Al-Ahzab: Ayat 33)

Ayat lain, "Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), Maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." (QS. Ali Imran: Ayat 61)

Ahli tafsir menjelaskan, ketika ayat ini turun, Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengajak Ali, Fatimah, al-Hasan dan al-Husain. Beliau menggendong Husain, menuntun Hasan, Fathimah berjalan di belakang beliau sedangkan Ali berjalan di belakang mereka, dan beliau bersabda: "Ya Allah, mereka ini adalah keluargaku."

Ayat ini merupakan dalil yang tegas, bahwa anak-anak Sayyidah Fathimah dan keturunannya disebut anak-anak Nabi صلى الله عليه وسلم dan mereka bernasab kepada nasab Rasulullah secara benar dan bermanfaat di dunia dan akhirat.

(Baca Juga: Ketinggian Adab Imam Syafi'i Terhadap Ahlul Bait Rasulullah)

Dikisahkan, Harun Al-Rasyid (Amirul Mukminin) pernah bertanya kepada Musa Al-Kadzim. "Bagaimana kamu berkata kami keturunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم padahal kamu adalah anak-anak Ali. Seorang laki-laki hanya bernasab kepada datuk dari sisi ayah, bukan datuk dari ibu?"

Musa al-Kadzim menjawab: " Nabi Isa 'alaihissalam jelas tidak berayah, tetapi beliau dipertemukan dengan nasab para Nabi dari sisi ibundanya. Demikian juga kami dipertemukan dengan nasab Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dari sisi ibu kami, Fathimah. Dan masih ada tambahan lagi hai Amirul Mukminin, yaitu turunnya ayat mubahalah, saat itu Nabi tidak mengajak siapapun kecuali Ali, Fathimah, al-Hasan dan al-Husain. (Majma’ul Ahbab).

Dari Umar bin Khatthab, Nabi bersabda: "Setiap nasab dan hubungan keluarga melalui perkawinan di hari Kiamat nanti akan putus, kecuali nasabku dan hubungan kekeluargaan melalui perkawinan denganku." (Riwayat Ibnu Asakir)

Dari Ali radhiyallahu 'anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Bintang-bintang itu pengaman penduduk langit, dan ahli baitku pengaman penduduk bumi. Apabila ahli baitku hilang, maka penduduk bumi hilang. Dalam suatu riwayat lain disebutkan: "Apabila ahlu baitku binasa, maka datanglah kepada penduduk bumi tanda-tanda yang telah dijanjikan kepada mereka." (HR. Imam Ahmad)

(Bersambung)!

( )
(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2453 seconds (0.1#10.140)