Ustaz Budi Ashari: Terkadang Keras itu Bukti Sayang
loading...
A
A
A
Setiap muslim diperintah untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari berbuat kemungkaran. Dalam bahasa Arab, istilah ini disebut amar ma'ruf nahi munkar .
Al-Qur'an menyeru kita untuk berdakwah mengajak kepada kebaikan dan memberi peringatan sebagaimana firman-Nya:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِوَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh untuk berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS Ali Imran: Ayat 104).
( )
Dalam Surah Luqman , Allah mengabadikan kisah Luqman mengajarkan anaknya dalam beramar makruf. "Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah manusia berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting." (QS Luqman: 17)
Muncul pertanyaan, apalah sikap keras dan tegas dipekernankan dalam hal ini? Sebenarnya tidak rumit memahaminya. Karena itupun kita lakukan dengan kesadaran. Bukankah, saat salah seorang yang kita cintai melakukan kesalahan bahkan dosa, kita akan bersikap tegas bahkan keras.
"Mengapa? Karena kita mencintai dan mengasihinya. Karena kita tidak ingin ia terjatuh dalam kesalahan yang berujung kecelakaan," kata Dai yang juga pakar sejarah Islam, Ustaz Budi Ashari dalam postingan terbarunya di berandaFacebook, kemarin.
Sebaliknya, justru bukti anda sudah tak lagi menyayanginya ketika anda biarkan dia berbuat semaunya. Baik tanpa penghargaan. Salah tanpa teguran. Karena sayang mesti berekspresi.
Kata Ustaz Budi Ashari , itulah bukti kasih sayang. Tidak usah khawatir. Dalam petunjuk Nabi, tegas dan keras itu ada aturan dan kadar yang harus diperhatikan. Tidak boleh asal melakukannya tanpa mengetahui ilmunya. Fa'tabiru Ya Ulil Abshar (Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang punya wawasan).
( )
Wallahu A'lam
Al-Qur'an menyeru kita untuk berdakwah mengajak kepada kebaikan dan memberi peringatan sebagaimana firman-Nya:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِوَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh untuk berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS Ali Imran: Ayat 104).
( )
Dalam Surah Luqman , Allah mengabadikan kisah Luqman mengajarkan anaknya dalam beramar makruf. "Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah manusia berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting." (QS Luqman: 17)
Muncul pertanyaan, apalah sikap keras dan tegas dipekernankan dalam hal ini? Sebenarnya tidak rumit memahaminya. Karena itupun kita lakukan dengan kesadaran. Bukankah, saat salah seorang yang kita cintai melakukan kesalahan bahkan dosa, kita akan bersikap tegas bahkan keras.
"Mengapa? Karena kita mencintai dan mengasihinya. Karena kita tidak ingin ia terjatuh dalam kesalahan yang berujung kecelakaan," kata Dai yang juga pakar sejarah Islam, Ustaz Budi Ashari dalam postingan terbarunya di berandaFacebook, kemarin.
Sebaliknya, justru bukti anda sudah tak lagi menyayanginya ketika anda biarkan dia berbuat semaunya. Baik tanpa penghargaan. Salah tanpa teguran. Karena sayang mesti berekspresi.
Kata Ustaz Budi Ashari , itulah bukti kasih sayang. Tidak usah khawatir. Dalam petunjuk Nabi, tegas dan keras itu ada aturan dan kadar yang harus diperhatikan. Tidak boleh asal melakukannya tanpa mengetahui ilmunya. Fa'tabiru Ya Ulil Abshar (Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang punya wawasan).
( )
Wallahu A'lam
(rhs)