Ketika Sayyidah Aisyah Difitnah Selingkuh Oleh Kaum Munafik, Apa Respons Nabi?
loading...
A
A
A
Bahaya fitnah dan berkata bohong selain mencelakai diri sendiri juga menyebabkan kerusakan bagi orang lain. Itu sebabnya Islam melarang keras perbuatan tercela ini.
Fitnah dan dusta ini biasanya kerap dilakukan orang-orang nifak (kaum munafik). Seperti di zaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم, fitnah telah ada dan menjamur ketika dedengkot munafik Abdullah bin Ubay bin Salul melancarkan aksinya untuk menghancurkan kaum muslimin kala itu. Bahkan, istri Nabi tercinta Sayyidah 'Aisyah radhiyallahu 'anha tak luput dari fitnah kaum munafik ini.
(Baca Juga: Rahasia di Balik Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah)
Dikisahkan oleh Syaikh Ahmad Al-Misri saat kajian di Masjid Jami' Al-Ijtihad, Jalan KH Hasyim Ashari Tangerang, bermula ketika istri Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم mendapat giliran menyertai Rasulullah dalam Perang Muraisi', Sayyidah Aisyah kehilangan kalungnya saat perjalanan menuju Madinah pascapeperangan.
Dalam perjalanan pulang itu, mereka beristirahat di sebuah tempat. Saat itu Sayyidah Aisyah keluar dari sekedupnya (semacam tandu yang berada di atas punggung unta) untuk satu keperluan. Ketika kembali ke sekedupnya, Sayyidah Aisyah kehilangan kalung, akhirnya beliau keluar lagi untuk mencarinya.
Saat kembali untuk yang kedua kali inilah, Sayyidah Aisyah kehilangan rombongan, karena Rasulullah telah memerintahkan pasukan beliau berangkat. Para sahabat yang menaikkan sekedup itu ke punggung unta tidak menyadari bahwa Sayyidah Aisyah tidak ada di dalamnya.
Sayyidah Aisyah pun gelisah karena ditinggal rombongan, namun beliau tidak kehilangan akal. Sayyidah Aisyah tetap menunggu di tempat semula, dengan harapan rombongan Rasulullah segera menyadari ketiadaannya dan kembali mencarinya di tempat mereka istirahat.
Akan tetapi yang ditunggu tidak kunjung datang. Sampai akhirnya salah satu sahabat Rasulullah bernama Shafwan bin Al-Mu'atthal As-Sulami radhiyallahu 'anhu lewat di tempat itu dan mengenali Sayyidah Aisyah. Shafwan bin Al-Mu'atthal pernah melihat Sayyidah Aisyah saat sebelum hijab diwajibkan.
Shafwan bin Al-Mu'atthal kemudian membantu Sayyidah Aisyah. Shafwan menidurkan untanya agar Sayyidah Aisyah bisa naik unta, sementara Shafwan menuntunnya sampai ke Madinah.
Sejak bertemu dan selama perjalanan, Shafwan tidak pernah mengucapkan kalimat apapun kepada Sayyidah Aisyah selain ucapan "inna lillaahi wa inna 'ilaihi raaji'un" karena kaget saat mengetahui Sayyidah Aisyah tertinggal.
Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh kaum munafik. Mereka membubuhi kisah ini dengan berbagai cerita bohong. Di antara yang sangat berantusias menyebarkan cerita bohong dan keji itu adalah tokoh munafik Abdullah bin Ubay. Cerita bohong itu menyebar dengan cepat, dari mulut ke mulut, sehingga ada beberapa sahabat yang terfitnah dan tanpa disadari ikut andil dalam menyebarkan berita ini.
Mereka adalah Sayyidina Misthah bin Utsatsah radhiyallaahu 'anhu (sepupu sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallaahu 'anhu), Sayyidina Hasan bin Tsabit dan Hamnah Bintu Jahsy radhiyallahu 'anhum. (Baca Juga: Tips Sehat dan Cantik dari Aisyah, Istri Rasulullah)
Sikap Rasulullah
Rasulullah صلى الله عليه وسلم sedih mendengar berita yang tersebar. Bukan karena meragukan kesetiaan istri beliau. Nabi sangat percaya Sayyidah Aisyah maupun sahabatnya Shafwan tidak seperti yang digunjingkan. Berita yang sangat menyakiti hati Rasulullah ini memantik kemarahan para sahabat dan hampir saja menyulut pertikaian di antara kaum muslimin.
Sebagai respons dari berita buruk ini, Sayyidina Sa'ad bin Mu'adz radhiyallahu 'anhu menyatakan kesiapannya untuk membunuh kaum Aus yang terlibat dalam penyebaran berita dusta ini. Sementara Sayyidina Sa'ad bin Ubadah radhiyallahu 'anhu tidak setuju dengan sikap Sa'ad bin Mu'adz ini. Sebab, di antara yang tertuduh terlibat dalam penyebaran berita ini berasal dari kaum Sayyidina Sa'ad bin Ubadah radhiyallahu 'anhu.
Hampir saja kekacauan yang diinginkan kaum munafik menjadi nyata. Namun dengan petunjuk dari Allah 'Azza wa Jalla, Rasulullah tampil menyelesaikan permasalahan ini dan berhasil meredam api kemarahan. Sehingga kaum munafik menelan pil pahit kegagalan untuk kesekian kalinya.
Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم tidak membela, tidak berkomentar, hanya terdiam saja. Nabi Muhammad datang ke tempat Sayyidah Aisyah dan berkata bagaimana kabarmu? Nabi Muhammad tidak berani bicara karena belum ada waktu. Rasulullah dan keluarganya selamat dari fitnah kaum munafik berkat pertolongan Allah.
"Dalam salah satu Kitab Sunan dijelaskan bahwa dari perilaku dan akhlak terpuji bisa mengajak orang masuk Islam. Itu bisa menjadi sebab orang masuk Islam. Banyak orang bisa mengajak orang masuk Islam tanpa ilmu," kata Syaikh Ahmad.
Karena itu, di zaman fitnah sekarang ini umat Islam diminta untuk hati-hati dalam berbicara. Jika tidak dapat berkat baik dan benar lebih baik diam. Apabila ada orang mencela Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, berilah nasuhat yang baik atau tinggalkan.
Semoga kisah ini dapat menjadi hikmah dan pelajaran berharga bagi kita semua. Aamiin. (Baca Juga: Sejarah Kemunafikan di Zaman Nabi dan 4 Ciri Orang Munafik)
Wallahu A'lam
Fitnah dan dusta ini biasanya kerap dilakukan orang-orang nifak (kaum munafik). Seperti di zaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم, fitnah telah ada dan menjamur ketika dedengkot munafik Abdullah bin Ubay bin Salul melancarkan aksinya untuk menghancurkan kaum muslimin kala itu. Bahkan, istri Nabi tercinta Sayyidah 'Aisyah radhiyallahu 'anha tak luput dari fitnah kaum munafik ini.
(Baca Juga: Rahasia di Balik Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah)
Dikisahkan oleh Syaikh Ahmad Al-Misri saat kajian di Masjid Jami' Al-Ijtihad, Jalan KH Hasyim Ashari Tangerang, bermula ketika istri Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم mendapat giliran menyertai Rasulullah dalam Perang Muraisi', Sayyidah Aisyah kehilangan kalungnya saat perjalanan menuju Madinah pascapeperangan.
Dalam perjalanan pulang itu, mereka beristirahat di sebuah tempat. Saat itu Sayyidah Aisyah keluar dari sekedupnya (semacam tandu yang berada di atas punggung unta) untuk satu keperluan. Ketika kembali ke sekedupnya, Sayyidah Aisyah kehilangan kalung, akhirnya beliau keluar lagi untuk mencarinya.
Saat kembali untuk yang kedua kali inilah, Sayyidah Aisyah kehilangan rombongan, karena Rasulullah telah memerintahkan pasukan beliau berangkat. Para sahabat yang menaikkan sekedup itu ke punggung unta tidak menyadari bahwa Sayyidah Aisyah tidak ada di dalamnya.
Sayyidah Aisyah pun gelisah karena ditinggal rombongan, namun beliau tidak kehilangan akal. Sayyidah Aisyah tetap menunggu di tempat semula, dengan harapan rombongan Rasulullah segera menyadari ketiadaannya dan kembali mencarinya di tempat mereka istirahat.
Akan tetapi yang ditunggu tidak kunjung datang. Sampai akhirnya salah satu sahabat Rasulullah bernama Shafwan bin Al-Mu'atthal As-Sulami radhiyallahu 'anhu lewat di tempat itu dan mengenali Sayyidah Aisyah. Shafwan bin Al-Mu'atthal pernah melihat Sayyidah Aisyah saat sebelum hijab diwajibkan.
Shafwan bin Al-Mu'atthal kemudian membantu Sayyidah Aisyah. Shafwan menidurkan untanya agar Sayyidah Aisyah bisa naik unta, sementara Shafwan menuntunnya sampai ke Madinah.
Sejak bertemu dan selama perjalanan, Shafwan tidak pernah mengucapkan kalimat apapun kepada Sayyidah Aisyah selain ucapan "inna lillaahi wa inna 'ilaihi raaji'un" karena kaget saat mengetahui Sayyidah Aisyah tertinggal.
Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh kaum munafik. Mereka membubuhi kisah ini dengan berbagai cerita bohong. Di antara yang sangat berantusias menyebarkan cerita bohong dan keji itu adalah tokoh munafik Abdullah bin Ubay. Cerita bohong itu menyebar dengan cepat, dari mulut ke mulut, sehingga ada beberapa sahabat yang terfitnah dan tanpa disadari ikut andil dalam menyebarkan berita ini.
Mereka adalah Sayyidina Misthah bin Utsatsah radhiyallaahu 'anhu (sepupu sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallaahu 'anhu), Sayyidina Hasan bin Tsabit dan Hamnah Bintu Jahsy radhiyallahu 'anhum. (Baca Juga: Tips Sehat dan Cantik dari Aisyah, Istri Rasulullah)
Sikap Rasulullah
Rasulullah صلى الله عليه وسلم sedih mendengar berita yang tersebar. Bukan karena meragukan kesetiaan istri beliau. Nabi sangat percaya Sayyidah Aisyah maupun sahabatnya Shafwan tidak seperti yang digunjingkan. Berita yang sangat menyakiti hati Rasulullah ini memantik kemarahan para sahabat dan hampir saja menyulut pertikaian di antara kaum muslimin.
Sebagai respons dari berita buruk ini, Sayyidina Sa'ad bin Mu'adz radhiyallahu 'anhu menyatakan kesiapannya untuk membunuh kaum Aus yang terlibat dalam penyebaran berita dusta ini. Sementara Sayyidina Sa'ad bin Ubadah radhiyallahu 'anhu tidak setuju dengan sikap Sa'ad bin Mu'adz ini. Sebab, di antara yang tertuduh terlibat dalam penyebaran berita ini berasal dari kaum Sayyidina Sa'ad bin Ubadah radhiyallahu 'anhu.
Hampir saja kekacauan yang diinginkan kaum munafik menjadi nyata. Namun dengan petunjuk dari Allah 'Azza wa Jalla, Rasulullah tampil menyelesaikan permasalahan ini dan berhasil meredam api kemarahan. Sehingga kaum munafik menelan pil pahit kegagalan untuk kesekian kalinya.
Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم tidak membela, tidak berkomentar, hanya terdiam saja. Nabi Muhammad datang ke tempat Sayyidah Aisyah dan berkata bagaimana kabarmu? Nabi Muhammad tidak berani bicara karena belum ada waktu. Rasulullah dan keluarganya selamat dari fitnah kaum munafik berkat pertolongan Allah.
"Dalam salah satu Kitab Sunan dijelaskan bahwa dari perilaku dan akhlak terpuji bisa mengajak orang masuk Islam. Itu bisa menjadi sebab orang masuk Islam. Banyak orang bisa mengajak orang masuk Islam tanpa ilmu," kata Syaikh Ahmad.
Karena itu, di zaman fitnah sekarang ini umat Islam diminta untuk hati-hati dalam berbicara. Jika tidak dapat berkat baik dan benar lebih baik diam. Apabila ada orang mencela Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, berilah nasuhat yang baik atau tinggalkan.
Semoga kisah ini dapat menjadi hikmah dan pelajaran berharga bagi kita semua. Aamiin. (Baca Juga: Sejarah Kemunafikan di Zaman Nabi dan 4 Ciri Orang Munafik)
Wallahu A'lam
(rhs)