Rajah Gambar Singa Tanpa Kepala, Ekor, dan Lambung
loading...
A
A
A
PADA suatu ketika ada seorang laki-laki yang menginginkan rajah gambar singa di punggungnya. Dia segera pergi ke tukang rajah dan menyatakan apa keinginannya. (
)
Tetapi segera setelah merasakan beberapa tusukan (jarum) pertama, laki-laki itu mulai mengerang dan merintih: "Engkau mau membunuhku! Bagian singa mana yang sedang kau buat?!"
"Aku baru mengerjakan ekornya sekarang."
"Maka, biar kita hapus saja ekornya!" teriaknya. Maka sang seniman mulai lagi. Dan lagi-lagi si pasien tidak tahan merasakan tusukan. "Bagian mana lagi, kali ini?" teriaknya, "karena aku tak tahan merasakan sakitnya."
"Kali ini," kata sang seniman, "adalah telinga singa." ( )
"Biar kita miliki gambar singa tanpa satu telinga," katanya dengan terengah-engah.
"Maka sang pembuat rajah mencoba lagi. Tidak berapa lama setelah jarum menusuk kulitnya, ia menggeliat lagi, "Bagian singa yang mana lagi, kali ini?"
"Ini adalah bagian perut singa," kata sang seniman dengan lemah.
"Aku tidak mau seekor singa dengan perut!" teriak laki-laki tersebut. (
)
Dengan perasaan jengkel dan putus asa, sang seniman pembuat rajah berdiri, sebentar. Kemudian dia membuang jarumnya dan berteriak, "Seekor singa tanpa kepala, tanpa ekor; tanpa lambung? Siapa yang dapat menggambar demikian? Bahkan Tuhan pun tidak!"( )
Karya Arumi dinukil dari Idries Shah dalam The Way of the Sufi dan telah diterjemahkan Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul " Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat " .
Tetapi segera setelah merasakan beberapa tusukan (jarum) pertama, laki-laki itu mulai mengerang dan merintih: "Engkau mau membunuhku! Bagian singa mana yang sedang kau buat?!"
"Aku baru mengerjakan ekornya sekarang."
"Maka, biar kita hapus saja ekornya!" teriaknya. Maka sang seniman mulai lagi. Dan lagi-lagi si pasien tidak tahan merasakan tusukan. "Bagian mana lagi, kali ini?" teriaknya, "karena aku tak tahan merasakan sakitnya."
"Kali ini," kata sang seniman, "adalah telinga singa." ( )
"Biar kita miliki gambar singa tanpa satu telinga," katanya dengan terengah-engah.
"Maka sang pembuat rajah mencoba lagi. Tidak berapa lama setelah jarum menusuk kulitnya, ia menggeliat lagi, "Bagian singa yang mana lagi, kali ini?"
"Ini adalah bagian perut singa," kata sang seniman dengan lemah.
"Aku tidak mau seekor singa dengan perut!" teriak laki-laki tersebut. (
Baca Juga
Dengan perasaan jengkel dan putus asa, sang seniman pembuat rajah berdiri, sebentar. Kemudian dia membuang jarumnya dan berteriak, "Seekor singa tanpa kepala, tanpa ekor; tanpa lambung? Siapa yang dapat menggambar demikian? Bahkan Tuhan pun tidak!"( )
Karya Arumi dinukil dari Idries Shah dalam The Way of the Sufi dan telah diterjemahkan Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul " Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat " .
(mhy)