Kisah Satria Mega Pethak Menyebarkan Ajaran Islam Versi Lawrens Rasyidi

Selasa, 29 Desember 2020 - 13:05 WIB
loading...
A A A
“Kali ini tamatlah riwayatku...” desis Tekuk Penjalin melihat kaki kanan Gafur diangkat tinggi-tinggi. Siap menggempur dadanya.

Tiba-tiba terjadilah keanehan. Gafur mengurungkan niatnya menghantam dada Tekuk Penjalin dengan kakinya. Dia menarik kaki kanannya dan berdiri dengan sikap biasa.

Terdengar ia menyebut, “Astaghfirullah ..”

Wajahnya yang tadi merah pedam karena dialiri darah amarah yang menggelegak mendadak berubah lagi jadi putih bersih. Perlahan dia membersihkan ludah Tekuk Penjalin yang menempel di wajahnya. “Mengapa? Mengapa aku tak jadi kau bunuh?” tanya Tekuk Penjalin keheranan.

“Karena tadi kau telah membuatku marah!” jawab Gafur datar.

“Aku tidak boleh menghukum orang dalam keadaan marah. Itu termasuk dosa!”

“Kenapa berdosa?” ujar Tekuk Penjalin masih penasaran. ”Bukankah aku ini perampok jahat yang pantas di bunuh?”

“Tadi...“ kata Gafur.” Sebelum kau meludahiku dan sebelum aku marah. Aku boleh membunuhmu karena niatku membunuhmu adalah untuk jihad fi sabilillah, memerangi kejahatan. Tetapi setelah kau meludahi, maka hatiku jadi marah. Yang marah adalah aku pribadi. Karena diri pribadiku tersinggung. Sedangkan aku tak boleh mencampur adukkan antara kepentingan pribadi dengan niat berjuang di jalan Allah. Saat aku marah hatiku sudah menyeleweng dari jalan Allah, jadi aku akan menanggung dosa besar jika membunuhmu atas dasar kebencian pribadi. Bukan atas dasar perang di jalan Allah, yang sesuai dengan ajaran agamaku!”

Tekuk Penjalin tertegun. Hatinya bergolak. “Betapa luhur ajaran agamamu, apakah nama agama yang kau anut itu?” tanya Tekuk Penjalin.

“Islam!” jawab Gafur. “Islam artinya selamat. Siapa yang memeluk agama Islam akan selamat hidupnya di dunia dan akhirat.”

“Aku ... adalah bekas perwira Majapahit yang membelot dan menjadi pemimpin rampok. Kejahatanku bertumpuk tumpuk, apakah Tuhanmu masih mau mengampuniku?” tanya Tekuk Penjalin.

“Kenapa tidak?” Sahut Gafur. “Misalkan dosamu setingg gunung sepenuh langit dan bumi. Namun kalau kau masuk agama Islam, dan bertobat secara sungguh-sungguh. Artinya kita tidak akan mengulangi perbuatanmu yang jahat, menggantinya dengan perbuatan baik, maka Tuhan akan mengampunimu. Dosa-dosa di masa lalu akan dihapus semua.”

“Benarkah begitu?” sahut Tekuk Penjalin ragu.

“Aku bicara apa adanya. Dusta adalah suatu dosa !” sahut Gafur.

Tiba-tiba Tekuk Penjalin berusaha bangkit untuk berdiri. Karena tubuhnya masih lemah maka ia segera roboh lagi. Gafur cepat menyambarnya. Sementara itu, pertempuran antara penduduk desa dengan kawanan perampok masih berlangsung seru. Tiba-tiba terdengar bentakan yang membahana.

“Berhenti ! Hentikan pertempuran !”

Semua orang terkejut dan segera menghentikan pertempuran. Ternyata bentak itu berasal dari Tekuk Penjalin. Dia berdiri tegak di samping Gafur. Gafur telah menolong Tekuk Penjalin sehingga tubuhnya kembali segar bugar seperti semula.

“Dengarkan! Mulai sekarang kutinggalkan dunia kejahatan. Aku tak mau lagi hidup bergemilang dosa. Hari ini juga aku masuk agama Islam dan menjadi pengikut saudara Gafur Satria Mega Pethak!”

Semua orang terkejut mendengar perkataan itu. Baik dari kalangan penduduk desa maupun para perampok itu sendiri. Sementara bagi Pulung Pujud ucapan Tekuk Penjalin itu bagaikan petir menyambar di telinganya. Jika Tekuk Penjalin yang tadinya andalan gerombolannya sudah menyeberang ke pihak lain, maka tamatlah riwayatnya.

Tekuk Penjalin menatap wajah seluruh anak buahnya. “Kalian boleh pilih, tetap menjadi gerombolan perampok dengan risiko diburu petugas pemerintah Majapahit dan dimusuhi seluruh rakyat atau hidup baik-baik, bertobat dan membaur dengan masyarakat!”
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2311 seconds (0.1#10.140)