Jalan Sufi: Pertumbuhan, Kemerosoan, dan Pembaruan

Minggu, 17 Januari 2021 - 08:23 WIB
loading...
Jalan Sufi: Pertumbuhan, Kemerosoan, dan Pembaruan
Ilustrasi/Ist
A A A
AJARAN sejati dimulai dengan para Pelindung, Raja Pengetahuan dan Pemahaman. Tidak dimulai dengan Cinta, Usaha atau Tindakan, karena cinta sejati, usaha dan tindakan hanya mungkin dengan pengetahuan sejati.

Tetapi ketika muncul terlalu banyak orang yang sedikit iri hati atau tetap dalam komunitas, mereka mengubah metode ke keyakinan, dan mempercayai apa yang mereka hendak lakukan.

Ada dua syarat yang dapat menuntun ke kebinasaan sebuah kelompok. Pertama, terlalu banyak ketidaktulusan pada orang-orang yang berkuasa. Lainnya, sedikit ketidaktulusan tersebar di antara semua anggota yang merupakan orang-orang egois.

Ketidaktulusan hati ini memperlambat perkembangan para pimpinan dan lainnya. Hanya mencari pengujian diri dapat diungkapkan kepada mereka. Bila tidak karena kekurangan ini, mereka dan komunitas akan sampai pada tujuan mereka. Sudah diketahui, tentunya, bahwa derajat harga diri yang bertambah buruk, kekurangmampuan menjadi korban penemuannya, atau bahkan merenungkannya.

Untuk kembali pada perilaku kelompok berpengaruh:

Individu-individu ini dan pengikutnya, memilih pemikiran dan tindakan yang melimpahi mereka sendiri dari harapan keberhasilan dalam pemenuhan manusia. Mereka mungkin membentuk organisasi permanen dengan tujuan untuk pencerahan. Barangkali mereka memberi setiap orang latihan dan peribadatan yang sama. Melupakan maksud asli, mereka membalik Praktek dan cerita-cerita ilustratif menjadi semacam sejarah, yang mereka coba ajarkan. Jika mereka memiliki literatur dan ingatan terhadap Para guru sezaman (master), mereka menggunakannya untuk mendukung kepercayaan dan kebenaran mereka sendiri dan ketepatan prosedur mereka sendiri. Mereka menggunakannya terus-menerus, kecuali satu metode interpretasi literatur dan tradisi, melatih masyarakat dan tidak memungkinkan mereka menjadi tercerahkan.

Pusat pada taraf ini secara efektif menghilang. Pekerjaan justru menjadi semacam kerajaan, asyik memelihara tanpa mengetahui apa yang dipelihara. Para pemimpin dan pengikut-pengikut mereka tetap mematung di dekat raga ini, membuatkan tempat imitasi yang memelihara bentuk-bentuk luar yang minor atau tidak relevan. Mereka umumnya menghargai emosionalitas kasar, di bawah nama lain.

Baca juga
: Haidar Sirdan: Imitasi dan Kejujuran

Secara bersamaan, menjadi pemujaan berlebihan terhadap kelompok dan legenda, dan permusuhan dengan yang lain, dan kadang tidak sabar. Bagaimana awalnya satu kesatuan pecah menjadi kelompok-kelompok yang memiliki ragam interpretasi atau konsentrasi, umumnya sia-sia, dan observasi-observasi yang tidak akurat. Dengan titik ini seluruh realitas dan potensialitas terpecah. Komunitas secara efektif diserbu dan dirasuki tanpa perkembangan yang ditunjukkan oleh anggota-anggotanya. Kebenaran mungkin dikaburkan dengan penggunaan terus menerus oleh komunitas yang 'tidak masuk akal', kata-kata dan aspek-aspek lahiriah, kenang-kenangan biografis yang menunjukkan kesamaan dan wajah-wajah pengetahuan murni lainnya. Sudah pasti anggota-anggotanya akan percaya bahwa dengan tanda-tanda (bukti) tersebut mereka melanjutkan di jalan yang benar.

Harapan mereka untuk mendapatkan perbaikan kembali adalah di dalam latihan-latihan yang terkonsentrasi pada ketulusan.

Pola ini merupakan satu alasan mengapa dari waktu ke waktu para Pelindung harus muncul dan memberitahukan pada yang bersedia mendengar, pembaharuan tradisi yang luhur melalui tugas yang bertentangan. Mulai sekarang, secara alamiah bagi orang-orang yang tersesat, kata-kata ini akan terdengar aneh atau berlawanan, seperti pembicaraan yang masuk akal tetapi bagi orang gila tampak konyol.

Satu akibat dari kondisi ini adalah bahwa tanpa maksud demikian para Pelindung datang, secara beragam, keduanya terlalu antusias mendukung dan juga bertentangan bagi mereka sendiri dalam kelompok pengunjung yang berbeda. Kedua reaksi tersebut tidak menjanjikan, bila diharapkan, tanda-tanda, yang sama-sama tidak dapat disetujui seperti halnya sikap kelesuan.

Bekerja bersama, kelompok-kelompok harus menanggulangi tendensi-tendensi ini jika berhasil dalam menghidupkan kembali ajaran yang dicapai.

Ini cerita sepanjang masa di muka bumi. Satu-satunya perbedaan sejati adalah rentang waktu selama perilaku ini berlangsung. Mereka yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan, dan berpikir bahwa mereka mempunyai lebih banyak daripada cerita rakyat biasa tersebut, sedikit terbuka untuk pertimbangan yang sehat dan untuk sebuah ajaran, daripada mereka yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang Tradisi. Ironi ini merupakan komplikasi yang lebih jauh.

Dan walau mereka dapat membuat kemajuan lebih baik di dalam jalan, maka kulit luar perjalanan masa telah dilembutkan. Mereka kadang menyimpan kemampuan-kemampuaan yang keberadaannya melibatkan kita dalam sebuah kesempatan untuk penyelamatan yang ditunjukkan. Dalam memajukan tugas ini, berdasarkan pengetahuan kita tentang Tradisi, ajaran dan kondisi kelompok-kelompok, bahwa kita dapat melatih keahlian, tindakan, cinta dan usaha.

Ketika kulit ari masyarakat atau kelompok terlalu mengeras, beberapa individu dan komunitas akan tetap menyukai hal-hal sulit yang dengan cepat terseret arus sungai, tanpa peduli.

Air perasaan dan pemahaman tidak akan dapat melembutkan mereka, membantu mereka tumbuh menjadi semaian sebelum mereka mencapai bendangan di mana mereka akan bertumpuk, yang ditinggalkan dan sayangnya, hal ini tidak dipahami.

===
Nawab Muhammad Ali Shah, Nishari-i-Ghaib,dinukil dari Idries Shah dalam The Way of the Sufi dan telah diterjemahkan Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul " Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat " .
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3227 seconds (0.1#10.140)