Nasehat Imam Al-Ghazali dalam Mengendalikan Amarah

Senin, 25 Januari 2021 - 15:25 WIB
loading...
A A A
“Kedua, menakut-nakuti diri dengan siksa Allah bila ia tetap meluapkan amarahnya. Apakah ia aman dari murka Allah di hari kiamat? Padahal ia sangat membutuhkan pengampunan.”



3. Takut dengan perpecahan yang disebebkan dari amarah

Ketika dosa tak mampu menahannya, ingatlah perpecahan yang mungkin timbul ketika kita marah. Amarah dengan mudah dapat memutuskan hubungan baik yang sudah terjalin lama.

“Ketiga, menakut-nakuti dirinya tentang akibat dari permusuhan dan pembalasan, bagaimana sergapan musuh untuk membalasnya, menggagalkan rencana-rencananya serta bahagianya musuh saat ia tertimpa musibah, padahal seseorang tidak bisa lepas dari musibah-musibah. Takut-takutilah diri sendiri dengan dampak (buruk) amarah di dunia, bila ia belum bisa takut dari siksaan di akhirat kelak.”

4. Mencontoh sikap nabi dan ulama

Bayangankan seseorang yang marah layaknya seekor anjing buas yang siap menerkam. Sementara di lain sisi, para nabi dan ulama menyikapi amarah mereka dengan tindakan yang lebih tenang.



“Keempat, berpikir bagaimana buruknya muka ketika marah. Bayangkan bagaimana raut muka orang lain saat marah, berpikirlah tentang buruknya marah di dalam dirinya, berpikirlah bahwa saat marah ia seperti anjing yang membahayakan dan binatang buas yang mengancam, berpikirlah untuk menyerupai orang ramah yang dapat menahan amarah layaknya para nabi, wali, ulama dan para bijak bestari. Berilah pilihan untuk dirimu, apakah lebih memilih serupa dengan anjing, binatang buas dan manusia-manusia hina; ataukah memilih untuk menyerupai ulama dan para nabi di dalam kebiasaan mereka? Agar hatinya condong untuk suka meniru perilaku mereka jika ia masih menyisakan satu tangkai dari akal sehat.”

5. Pertimbangkan sebab dan mendorong kita agar marah begitu pula dengan alasan mengapa kita harus menahan amarah.

“Kelima, berpikir tentang sebab yang mendorongnya untuk membalas dan mencegahnya dari menahan amarah, semisal ketika dalam hati terdapat bujuk rayu setan; ‘Sesungguhnya orang ini membuatmu lemah dan rendah serta menjadikanmu hina di mata manusia’, maka jawablah dengan tegas di hatimu ‘Aku heran denganmu. Kamu sekarang mencemoohku karena menahan diri, sedangkan kamu tidak mencemooh dari kehinaan di hari kiamat. Kamu tidak khawatir dirimu akan hina di sisi Allah, para malaikat dan para Nabi.’”



6. Tahan amarah karena Allah

Pada akhirnya, semua harus berdasarkan pada ridha Allah. Niatkan diri untuk menahan amarah untuk mendapat ridha Allah sebagaimana Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berlaku demikian.

“Ketika ia menahan amarah, maka seyogiayanya menahan amarah karena Allah. Yang demikian itu bisa membuatnya agung di sisi Allah.”

Wallahu ‘alam.
(wid)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2856 seconds (0.1#10.140)