Cemburunya Siti Aisyah!

Minggu, 07 Februari 2021 - 14:13 WIB
loading...
Cemburunya Siti Aisyah!
Siti Aisyah, istri Baginda Rasulullah dikenal sangat pencemburu. Namun kecemburuannya karena begitu cintanya Ummul Mukiminin Aisyah kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Foto ilustrasi/ist
A A A
Ummul Mukminin Siti Aisyah radhiyallahu'anha adalah seorang perempuan pencemburu . Hal ini terjadi karena begitu besar rasa cintanya kepada kekasihnya yaitu Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

Di mata Rasulullah, kecemburuan Aisyah adalah hal wajar yang bisa ditoleransi . Beliau melihat, itu adalah tekanan naluriah yang menjelma hawa nafsu. Tekanan yang berada di luar batas kemampuan manusiawi . Karena itu, tak layak ia dihukum atau diberi sanksi, namun ketika sangat keterlaluan, Rasulullah pun marah karenanya.



Kisah Aisyah radhiyallahu'anha cemburu, banyak diceritakan di berbagai riwayat. Diceritakan, dari Aisyah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam keluar dari rumahnya pada suatu malam. Aisyah menuturkan, “Maka aku pun menjadi cemburu kepada baginda sekiranya baginda mendatangi isteri yang lain. Kemudian beliau kembali lagi dan melihat apa yang terjadi pada diriku.

“Apakah engkau sedang cemburu?” tanya Baginda Rasul.

“Apakah orang semacam aku ini tidak layak cemburu terhadap orang seperti engkau ?”

“Rupanya syaitan telah datang kepadamu”, sabda Baginda.

“Apakah ada syaitan besertaku?’ tanya Aisyah.



“Tak seorangpun melainkan bersamanya ada setan” jawab Baginda.

“Besertamu pula?” tanya Aisyah lagi.

“Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat”, jawab Baginda.(ditakrij Muslim dan Nasa’i)

Dari Aisyah, dia berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang pandai masak seperti halnya Shafiyah. Suatu hari dia membuatkan makanan bagi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yang ketika itu beliau di rumahku. Seketika itu badanku gemetar kerena rasa cemburu yang menggelegak. Lalu aku memecahkan bejana Shafiyah. Aku pun menjadi menyesal sendiri.



Aku berkata,”Wahai Rasulullah, apa tebusan atas apa yang aku lakukan ini?”

Baginda menjawab, “Bejana harus diganti dengan bejana yang sama, makanan harus diganti dengan makanan yang sama”, (ditakrij Abu Daud dan An-Nasa’i)

Dalam riwayat lain dari Anas bin Malik , dia menceritakan, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah berada di sisi salah seorang isterinya. Kemudian seorang dari ummul mukminin mengirimkan satu mangkuk makanan. Lalu isteri Nabi yang berada dirumahnya memukul tangan Rasulullah sehingga mangkuk itu jatuh dan pecah.

Maka Nabi pun mengambil dan mengumpulkan makanan di dalamnya. Baginda berkata:”Ibumu cemburu, makanlah.”



Maka mereka pun segera memakannya. Sehingga baginda memberikan mangkuk yang masih utuh dari isteri dimana beliau berada, dan meninggalkan mangkuk yang telah pecah tersebut di rumah istri yang memecahkannya. (HR.Bukhari, Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah)

Hadis senada di atas dengan beberapa tambahan, yaitu di dalam Ash-Shahih, dari hadis Humaid dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata,” Ada di antara istri Nabi shalallahu alaihi wa sallam yang menghadiahkan semangkuk roti dicampur kuah kepada baginda, ketika baginda berada di rumah istri beliau yang lain (Aisyah).

Aisyah menepis tangan pembantu yang membawa mangkuk, sehingga mangkuk itu pun jatuh dan pecah. Nabi SAW langsung memunguti roti itu dan meletakkan kembali diatas mangkuk, seraya berkata, “Makanlah. Ibu kalian sedang cemburu.”



Setelah itu Baginda Rasulullah menunggu mangkuk pengganti dan memberikan mangkuk yang pecah itu kepada Aisyah”.(diriwayatkan oleh Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i)

Begitu pula kecemburuan Aisyah terhadap Shafiyah. Tatkala Rasulullah tiba di Madinah bersama Shafiyah yang telah dinikahinya, dan beliau berbulan madu bersamanya di tengah jalan, maka Aisyah berkata, “Aku menyamar lalu keluar untuk melihat.

Namun Baginda mengenaliku. Baginda hendak menghampiriku, namun aku berbalik dan mempercepat langkah kaki. Namun Baginda dapat menyusul lalu menahanku, seraya bertanya,”Bagaimana pendapatmu tentang dia?”

Aku menjawab, “Dia adalah wanita Yahudi di tengah para wanita yang menjadi tawanan” (ditakrij Ibnu Majah).



Aisyah Radhiyallahu' anha pernah berkata, “Aku tidak pernah cemburu terhadap wanita seperti kecemburuanku terhadap Khadijah, karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam seringkali menyebut namanya".

Suatu hari Baginda juga menyebut namanya, lalu aku berkata, “Apa yang engkau lakukan terhadap wanita tua yang merah kedua sudut mulutnya? Padahal Allah telah memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadamu”.

Marah sekali Rasulullah mendengar ucapan Aisyah. Raut wajah beliau seketika memerah. Ditegurnya Aisyah dan ditunjukkannya seperti apa Khadijah.

“Tidak,” tukas beliau, “Demi Allah aku tidak diberi ganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia beriman padaku ketika yang lain ingkar, ia membenarkanku ketika semua orang mendustakanku, ia melimpahkan hartanya padaku ketika semua menyembunyikan tangan, dan darinya Allah memberiku keturunan ketika dari istriku yang lain tidak.” (HR Bukhari dan Muslim)



Aisyah balik terpukul dengan kata-kata Rasulullah. Ia berjanji tidak akan mengulangi serta mengucapkan kata-kata yang membuat Allah dan Rasulnya murka.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2247 seconds (0.1#10.140)