Begini Kaitan Ilmu Falak dalam Penentuan Awal Waktu Sholat

Minggu, 14 Maret 2021 - 13:02 WIB
loading...
Begini Kaitan Ilmu Falak...
Ilustrasi/Ist
A A A
Biasanya pada bulan Ramadhan ada jadwal imsakiyah yaitu isinya tidak lain sesungguhnya jadwal waktu salat . Hanya saja di bulan Ramadhan satu bulan penuh jadwal salat itu ada lalu diberi istilah dengan jadwal imsakiyah.



Mengenai waktu-waktu salat itu sudah cukup dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an maupun dalam hadis-hadis Rasulullah SAW . Meskipun dalam al-Qur’an masih bersifat global tidak rinci kemudian dalam hadis-hadis nabi yang ada beberapa hadis yang menguraikan waktu salat fardu secara lebih rinci.

Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah , Dr Oman Fathurohman , menjelaskan jika mengacu pada ayat-ayat al-Qur’an dan hadis maka kita mengetahui bahwa misalnya awal waktu zuhur itu ketika tergelincir matahari, atau matahari condong ke arah barat. Kemudian untuk asar itu ada dua pernyataan dalam hadis, paling tidak dalam hadis jabir, yang pertama disebut ketika bayang-bayang suatu benda sama dengan panjang bendanya lalu pernyataan yang kedua ketika bayang-bayang sesuatu sudah dua kali panjang bendanya.

“Lalu yang berkaitan dengan salat magrib juga sudah dijelaskan dalam hadis yaitu ketika terbenam matahari dan untuk waktu isya’ disebutkan di situ ketika mega merah menghilang. Yang terakhir waktu subuh ketika terbit fajar. Jadi waktu-waktu salat fardu itu sudah cukup jelas diterangkan dalam Al-Qur’an dan Hadis,” terangnya, pada Pengajian Umum PP Muhammadiyah, Jumat malam (12/3).

Pelengkap
Oman Fathurohman melanjutkan, dari keterangan al-Qur’an dan hadis bisa kita ambil semacam kesimpulan bahwa waktu zuhur ketika matahari tergelincir itu artinya ketika matahari berpindah dari bagian bumi timur ke bagian bumi atau belahan bumi barat.

Nah kemudian menjadi pertanyaan ini ada bagian timur dan barat lalu mesti ada batasnya mana bagian timur mana bagian barat dan mana batasnya.

“Kalau kita bicara soal itu maka kembalinya itu ke ilmu pengetahuan yaitu ilmu falak," jelasnya.

"Pada ilmu falak pemilahan barat dan timur itu adalah tergantung kepada posisi seseorang di mana seperti saya misalnya di sini maka kalau ke sebelah utara misalnya dan ke sebelah selatan maka ada penghubung batas utara dan selatan melewati kepala kita maka merupakan batas antara timur dengan barat, sehingga posisi seseorang menentukan batas timur dan barat, posisi seseorang berbeda maka batasnya pun berbeda,” lanjutnya.

Itulah yang kemudian dalam ilmu falak pembatasnya disebut meridian langit setempat yakni semacam busur yang menghubungkan kutub utara, kemudian zenith, lalu kutub selatan.



Kembali pada contoh waktu zuhur tadi, yang dimaksud tergelincir adalah ketika matahari melewati itu.

Contoh lainnya, waktu salat asar. Pada hadis nabi waktu salat asar dijelaskan dalam dua keterangan maka ilmu falak menempuh jalan dengan memahami dan mengompromikannya tidak seperti yang berjalan sebelumnya, misalnya ada yang berpendapat menggunakan ketika bayang-bayang satu kali bendanya ada juga yang dua.

“Tetapi ilmu falak menempuhnya yaitu bahwa waktu salat asar itu awalnya ketika bayang-bayang suatu benda itu sama panjang dengan bendanya ditambah dengan bayang-bayang benda itu ketika matahari melewati batas timur barat itu tadi yang disebut dengan kulminasi,” lanjut Oman.

Mengapa begitu? Dijelaskan Oman karena jika hanya berpedoman pada satu kali panjang bendanya itu suatu ketika untuk tempat yang jauh dari katulistiwa misalnya daerah selatan ketika bulan juni maka baru masuk zuhur itu bisa bayang-bayang sudah satu kali panjang bendanya.



Kemudian kalau bulan Desember, misalnya, daerah yang jauh dari wilayah katulistiwa maka pada saat masuk waktu zuhur yaitu waktu kulminasi maka bayang-bayang bisa satu kali panjang bendanya bahkan lebih sehingga jika waktu itu dipatok semata-mata untuk masuk waktu salat asar itu ada persoalan.

“Oleh karenanya ilmu falak mendefinisikan awal waktu salat asar adalah ketika matahari membuat bayang-bayang satu kali panjang bendanya ditambah bayang-bayang benda itu ketika matahari kulminasi. Jadi misalnya kita memajang tongkat ketika sepanjang dua meter bayang-bayang di waktu zuhur itu satu meter, ketika masuk waktu salat asar panjangnya menjadi tiga meter,” jelasnya.

“Kemudian untuk maghrib sudah sangat jelas terbenamnya matahari, tetapi dalam ilmu falak terbenamnya matahari itu dinyatakan sebagai posisi di mana tepi piringan matahari yang terlihat oleh pengamat terdapat pada horizon mar’i atau kaki langit. Kalau kita di pantai itu terlihat seperti ada pertemuan antara permukaan laut dan langit," sambungnya.

Selanjutnya, yang Isya juga fenomena matahari juga yaitu mega menghilang. Subuh juga sangat jelas yaitu terbit fajar diakibatkan oleh hamburan sinar matahari sebelum matahari itu terbit pada situasi tertentu.

"Dapat disimpulkan awal penentuan waktu salat itu didasarkan pada fenomena matahari sehari-hari di dalam perjalanannya dari timur ke barat," ujarnya.
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2985 seconds (0.1#10.140)