Prof Agus Purwanto Ungkap Ini Mengapa Negara Islam Kalah dengan Barat
loading...
A
A
A
Lebih dari itu, kata “akal” dalam bentuk fiil mudhari didominasi oleh dhamir-dhamir yang bermakna komunal (jama’) bukan personal (mufrad) seperti ungkapan “ya’quluna” dan “ta’qiluna”.
Agus menyatakan bahwa pilihan kata ini memiliki filosofi yang mendalam. Baginya, hal tersebut menandakan bahwa berpikir merupakan anjuran yang mesti dikerjakan setiap orang beriman.
“Jadi dalam Islam, berpikir itu bukan sesuatu yang seperti monumen benda mati, juga bukan sekadar proses sejarah masa lalu, tetapi anjuran agar terus berpikir, berpikir, dan berpikir,” jelasnya.
Penjelasan Agus ini juga dapat dibaca langsung dalam sejumlah bukunya seperti Ayat-ayat Semesta.
Dengan demikian, Allah SWT melalui al-Quran sesungguhnya mendorong orang-orang beriman agar menggunakan akalnya untuk berpikir secara maksimal.
Berpikir secara radikal akan menghasilkan temuan-temuan yang dapat membawa pada satu kebanggaan bahwa Islam menjadi rahmat semesta alam. Sebab sejak dulu peradaban Islam selalu diidentikkan dengan kejayaan pengetahuan, sebagaimana Franz Rosenthal dalam The Knowledge Triumphant: The Concept of Knowledge in Medievel Islam.
Agus menyatakan bahwa pilihan kata ini memiliki filosofi yang mendalam. Baginya, hal tersebut menandakan bahwa berpikir merupakan anjuran yang mesti dikerjakan setiap orang beriman.
“Jadi dalam Islam, berpikir itu bukan sesuatu yang seperti monumen benda mati, juga bukan sekadar proses sejarah masa lalu, tetapi anjuran agar terus berpikir, berpikir, dan berpikir,” jelasnya.
Penjelasan Agus ini juga dapat dibaca langsung dalam sejumlah bukunya seperti Ayat-ayat Semesta.
Dengan demikian, Allah SWT melalui al-Quran sesungguhnya mendorong orang-orang beriman agar menggunakan akalnya untuk berpikir secara maksimal.
Berpikir secara radikal akan menghasilkan temuan-temuan yang dapat membawa pada satu kebanggaan bahwa Islam menjadi rahmat semesta alam. Sebab sejak dulu peradaban Islam selalu diidentikkan dengan kejayaan pengetahuan, sebagaimana Franz Rosenthal dalam The Knowledge Triumphant: The Concept of Knowledge in Medievel Islam.
(mhy)