Bahayanya Berbohong dalam Candaan

Senin, 05 April 2021 - 07:26 WIB
loading...
Bahayanya Berbohong dalam Candaan
Terkadang kita mendapati seseorang yang berbohong dalam candaannya dengan maksud untuk menimbulkan gelak tawa, tetapi sebagai muslim kita tetap hati hati dan tidak terjerumus pada jalan yang salah. Foto ilustrasi/pixabay
A A A
Seringkali dalam obrolan sehari-hari baik bersama teman atau rekan kerja, tanpa disengaja atau tidak, melontarkan kata candaan dengan maksud melucu atau membuat orang yang mendengar kita bisa tertawa. Kerennya zaman sekarang mungkin disebut stand up comedy. Hanya saja, ketika melucu atau bercanda tersebut diselipin sedikit 'kebohongan'. Bolehkah berbohong dalam candaan seperti itu?



Muslimah, bercanda memang menjadi sebuah cara untuk menumbuhkan chemistry dengan orang lain. Sering kali dalam candaan akan timbul tawa sehingga tampak sebagai suatu hiburan yang menyenangkan. Tetapi sebagai muslim, kita tetap dituntut tetap hati-hati dan tidak terjerumus pada jalan yang salah.

Dalam sebuha hadis yang diceritakan dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنِّي لأَمْزَحُ , وَلا أَقُولُ إِلا حَقًّا

“Aku juga bercanda namun aku tetap berkata yang benar.” (HR. Thobroni dalam Al Kabir 12: 391. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis tersebut shahih dalam Shahih Al Jaami’ no. 2494).”



Mengutip tulisan Ustadz Ahmad Hasanuddin Umar, Khadimul Masjid Pangeran Diponegoro Balaikota Yogyakarta ini, menjelaskan, banyak mudharat dan bahayanya jika melucu atau bercanda dengan berbohong. Dalam salah satu hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam dijelaskan ancaman bagi mereka yang melucu dengan berbohong ;

عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ. (رواه أبو داود كتاب الآداب باب التشديد في الكذب، والترمذي وأحمد)

"Dari Bahz bin Hakim ia berkata; telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Abu Dawud dalam Kitab Adab bab teguran keras dari perbuatan berdusta)



Hadis di atas menjelaskan bahayanya berbohong (berdusta), walaupun tujuannya untuk membuat orang lain tertawa (melawak). Apa bahaya? Ternyata, dia akan dilaknat, “wailul lahu, wailul lahu“, jika mau membuat orang lain senang, (idkhalus suruuur) lakukanlah tanpa perlu dibarengi dengan kebohongan.

Dalil-dalil yang melarang berbohong dalam candaan

Bercanda boleh saja, tetapi tidak boleh menyelipkan kebohongan atau dusta apapun di dalamnya. Bercandalah seperlunya dan jangan berlebihan. Bercanda begitu identik dengan tawa atau tertawa, dan banyak tertawa itu bukanlah hal yang baik karena dapat mematikan hati.



Dirangkum dari berbagai sumber, berikut dalil-dalil yang melarang berbohong meski dalam candaan:

لاَ تُكْثِرُ الضَّحَكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحَكِ تُمِيْتُ القَلْبَ

“Janganlah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.” (Shahih Al Jami’, dari Abu Hurairah)

Begitu bahaya dusta dalam Islam seperti yang disebutkan dalam dalil berikut ini.

“Seorang hamba tidak beriman dengan sempurna, hingga ia meninggalkan berkata bohong saat bercanda dan meninggalkan debat walau ia benar.” (HR. Ahmad).
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1990 seconds (0.1#10.140)