Rasulullah Suka Bercanda dan Tertawa tetapi Tidak Melampaui Batas
loading...
A
A
A
Menunjukkan wajah yang ceria, gembira, segar, berseri-seri adalah termasuk akhlak yang mulia dalam Islam. Seorang muslim hendaknya tidak menampilkan muka yang kusut, cemberut, suntuk, dan ruwet seakan-akan semua kesusahan hanya menimpa dirinya.
Karena itulah Islam membolehkan jamaaah muslimin untuk bercanda dan tertawa , tentu saja dalam batas yang wajar, tidak berlebih-lebihan, dan tidak bercanda yang mengandung unsur dusta.
Seperti yang diriwayatkan dalam banyak hadis bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Sallam juga kerap bercanda dan tertawa. Sebagai manusia biasa, kadang kala beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda dan tertawa, baik kepada para sahabat bahkan dengan istri-istri beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau sering mengajak istri, dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk mengambil hati, dan membuat mereka gembira.
Namun canda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat terkontrol oleh akhlak beliau yang sangat luhur. Canda tawa beliau tidak berlebih-lebihan, tetap ada batasannya. Bila tertawa, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula, meski dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Sallam lebih sering tersenyum dalam bercanda daripada tertawa terbahak-bahak.
Syaikh Bakar Muhammad Ibrahim menjelaskan dalam Al-Anbiya wa Al Sholihuun Yadhakuun wa Yabkuun bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Sallam tidak pernah tertawa kelewatan hingga mengurangi kharisma, kewibawaan, dan kesantunan pekertinya. Dalam banyak hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Sallam sosok yang tidak tertawa terbahak-bahak, tawa beliau hanya sebatas senyum, dan sangat murah senyum.
Dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu anha : "Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam : “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
Betul, hanya saja aku selalu berkata benar. (HR. Ahmad)
Contoh Kisah Canda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :
1. Pengadilan Domba
Diriwayatkan oleh Abu Dzarr Radhiyallahu'anhu, saat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang duduk, tak jauh darinya ada dua ekor domba yang saling mendekat. Kemudian salah satunya menanduk hingga yang satunya jatuh. Menyaaksikan peristiwa itu Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersenyum. 'Apa yang membuatmu tersenyum wahai rasul?" tanya seorang sahabat. Beliau menjawab :
"Aku tertegun dengan pemandangan yang hadir di hadapanku. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kedua binatang itu akan menjalani proses pengadilan di hari kiamat kelak".
2. Harga Mahal Hamba Sahaya
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bercerita, ada seorang pria dusun bernama Zahir bin Haram. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukainya. Hanya saja tampang pria ini jelek.
Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuinya ketika ia sedang menjual barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memeluknya dari belakang, sehingga ia tidak dapat melihat beliau. Zahir bin Harampun berseru: “Lepaskan aku! Siapakah ini?”
Setelah menoleh iapun mengetahui, ternyata yang memeluknya ialah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Maka iapun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk merapatkan punggungnya ke dada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata: “Siapakah yang sudi membeli hamba sahaya ini?”
Dia menyahut,”Demi Allah, wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Jika demikian aku tidak akan laku dijual!”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas: “Justru di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala engkau sangat mahal harganya!”
Karena itulah Islam membolehkan jamaaah muslimin untuk bercanda dan tertawa , tentu saja dalam batas yang wajar, tidak berlebih-lebihan, dan tidak bercanda yang mengandung unsur dusta.
Seperti yang diriwayatkan dalam banyak hadis bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Sallam juga kerap bercanda dan tertawa. Sebagai manusia biasa, kadang kala beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda dan tertawa, baik kepada para sahabat bahkan dengan istri-istri beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau sering mengajak istri, dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk mengambil hati, dan membuat mereka gembira.
Namun canda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat terkontrol oleh akhlak beliau yang sangat luhur. Canda tawa beliau tidak berlebih-lebihan, tetap ada batasannya. Bila tertawa, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula, meski dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Sallam lebih sering tersenyum dalam bercanda daripada tertawa terbahak-bahak.
Syaikh Bakar Muhammad Ibrahim menjelaskan dalam Al-Anbiya wa Al Sholihuun Yadhakuun wa Yabkuun bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Sallam tidak pernah tertawa kelewatan hingga mengurangi kharisma, kewibawaan, dan kesantunan pekertinya. Dalam banyak hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Sallam sosok yang tidak tertawa terbahak-bahak, tawa beliau hanya sebatas senyum, dan sangat murah senyum.
Dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu anha : "Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam : “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
نَعَمْ ! غَيْرَ أَنِّي لاَ أَقُوْلُ إِلاَّ حَقًّا
Betul, hanya saja aku selalu berkata benar. (HR. Ahmad)
Contoh Kisah Canda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :
1. Pengadilan Domba
Diriwayatkan oleh Abu Dzarr Radhiyallahu'anhu, saat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang duduk, tak jauh darinya ada dua ekor domba yang saling mendekat. Kemudian salah satunya menanduk hingga yang satunya jatuh. Menyaaksikan peristiwa itu Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersenyum. 'Apa yang membuatmu tersenyum wahai rasul?" tanya seorang sahabat. Beliau menjawab :
"Aku tertegun dengan pemandangan yang hadir di hadapanku. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kedua binatang itu akan menjalani proses pengadilan di hari kiamat kelak".
2. Harga Mahal Hamba Sahaya
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bercerita, ada seorang pria dusun bernama Zahir bin Haram. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukainya. Hanya saja tampang pria ini jelek.
Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuinya ketika ia sedang menjual barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memeluknya dari belakang, sehingga ia tidak dapat melihat beliau. Zahir bin Harampun berseru: “Lepaskan aku! Siapakah ini?”
Setelah menoleh iapun mengetahui, ternyata yang memeluknya ialah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Maka iapun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk merapatkan punggungnya ke dada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata: “Siapakah yang sudi membeli hamba sahaya ini?”
Dia menyahut,”Demi Allah, wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Jika demikian aku tidak akan laku dijual!”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas: “Justru di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala engkau sangat mahal harganya!”