Sayyidah Shafiyah binti Huyai, Istri Rasulullah Keturunan Nabi Harun

Kamis, 21 Mei 2020 - 14:43 WIB
loading...
A A A
Pada saat itu, Sayyidah Shafiyah berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, saya memeluk Islam dan saya sudah percaya kepadamu sebelum engkau mengajak saya. Saya sudah sampai pada perjalananmu. Saya tidak punya keperluan kepada orang-orang Yahudi. Saya sudah tidak mempunyai bapak, dan tidak mempunyai saudara yang merdeka. Lalu untuk apa saya kembali kepada kaumku?”

Dalam suatu hadits dari Anas disebutkan bahwa saat membawa Shafiyah binti Huyai, Rasulullah SAW bertanya kepadanya: "Apakah engkau mau menikah denganku?" Shafiyah menjawab, "Wahai Rasulullah, ketika masih menjadi musyrik pun aku telah mengharapkan hal itu, apalagi jika Allah memberiku kesempatan untuk itu dalam Islam."

Rasulullah SAW pun menunggu Shafiyah sampai suci dari haid. Setelah suci, beliau memerdekakan dan menikahinya. Kemerdekaannya itulah yang menjadi mas kawin bagi Shafiyah.

Setelah Rasulullah menikahi Shafiyah, beliau menunggu di Khaibar hingga Shafiyah menjadi tenang. Setelah itu, beliau memboncengkan Shafiyah menuju sebuah rumah di ujung Khaibar yang jaraknya kurang lebih 6 mil dari Khaibar. Rasulullah bermaksud menjadikan Shafiyah sebagai pengantin, tetapi Shafiyah menolak dan tidak mau jika Rasulullah melakukannya.

Penolakan dan keengganan Shafiyah memberatkan Rasulullah. Setelah itu, beliau kembali untuk menyiapkan pasukan dan segera kembali ke Madinah al-Munawwarah. Dalam perjalanan itu beliau melewati daerah Shahba. Selanjutnya, beliau perintahkan pasukan agar berhenti dan turun untuk sekadar istirahat di tempat tersebut. Saat itulah, beliau melihat Sayyidah Shafiyah tampak sudah siap menjadi pengantin.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Ummu Sulaim binti Malhan atau Ummu Anas bin Malik mendatangi Shafiyah lalu menyisir rambutnya, merias, dan memakaikan wewangian. Shafiyah pun muncul sebagai seorang pengantin yang cantik dan menawan hingga memesona seluruh mata yang memandang. Bahkan, Ummu Sinan al-Aslamiyah mengatakan bahwa dirinya tidak pernah melihat wanita yang lebih cerah daripada Shafiyah.

Madinah al-Munawwarah begitu bersinar oleh sukacita atas pernikahan Rasulullah SAW. Terselenggaralah walimatul 'ursy (perjamuan makan dalam resepsi pernikahan) yang sangat ramai. Semua orang menikmati suguhan Khaibar yang lezat hingga kenyang. Setelah itu, Rasulullah SAW menemui Sayyidah Shafiyah dengan hati yang masih menyisakan sedikit duka dan tekanan atas penolakan Sayyidah Shafiyah sebelumnya untuk menjadi pengantin beliau.

Sayyidah Shafiyah binti Huyai, sang pengantin yang cantik itu, menyambut Rasulullah dengan wajah berseri.

Saat memandangnya, Nabi melihat ada bekas lebam di wajah istrinya itu. Beliau bertanya, “Apa ini?”

Sayyidah Shafiyah bercerita kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, pada malam pengantinku dengan Kinanah ibn Rabi', aku bermimpi melihat purnama jatuh ke pangkuanku. Ketika bangun dari tidur, aku ceritakan mimpiku itu kepada Kinanah. Dengan marah ia berkata: 'Hal itu terjadi tiada lain karena engkau mengharapkan si raja Hijaz, Muhammad! la pun menampar wajahku dan hingga kini bekas tamparan itu masih ada di wajahku".

"Demi Allah, saat itu aku sama sekali tidak menyebut-nyebut dirimu". (Ibnul Qayyim: Zadul Ma’ad, 3/291)

Di luar tenda, yang di dalamnya Rasulullah sedang berdua bersama Shafiyah, salah seorang kecintaan Rasulullah SAW, seorang laki-laki dari Anshar yang bernama Abu Ayyub Khalid ibn Zaid berjaga sepanjang malam demi kenyamanan Rasulullah. Pedangnya tidak pernah lepas dari tangan.

Ia menjaga tenda Rasulullah tanpa sepengetahuan beliau. Ketika pagi merekah, Rasulullah mendengar ada suara gerakan di depan tenda. Beliau pun keluar untuk memeriksa,dan ternyata Abu Ayyub berada di luar sana.

Beliau bersabda, "Ada apa denganmu, wahai Abu Ayyub?" Abu Ayyub menjawab, "Wahai Rasulullah, aku mengkhawatirkan dirimu terhadap wanita ini karena ia telah membunuh ayah, suami, dan kaumnya sendiri. Ia adalah wanita yang masih dekat dengan kekufuran hingga aku mengkhawatirkanmu darinya."

Sayyidah Aisyah Cemburu
Rasulullah dan para sahabat sudah tiba di Madinah al-Munawwarah. Dalam sebuah hadis, Anas r.a. menceritakan, "Aku melihat unta yang berhenti kemudian Shafiyah turun dan Rasulullah bangkit untuk menghijabnya. Para wanita muslimah melihat hal itu lalu mereka berdoa: 'Semoga Allah menjauhkan wanita Yahudi itu!' Rasulullah SAW tidak membawa sang pengantin baru menemui para istri beliau. Para pelayan pun keluar untuk melihat Shafiyah dan mengumpatnya."

Rasulullah membawa Shafiyah tinggal di rumah seorang sahabat, Faritsah ibn an-Nu'man. Para wanita Anshar mulai berkumpul di sekitar kediaman Haritsah untuk melihat kecantikan Shafiyah dan di antara mereka yang keluar itu adalah Aisyah.



Rasulullah melihat Aisyah dan menunggunya sampai keluar. Ketika bertemu dengan Aisyah, beliau memegang bajunya dan berbicara dengan bergurau. Sambil tersenyum, beliau bertanya, "Apa yang engkau lihat wahai wanita berambut pirang?" Aisyah r.a. menjawab, "Aku melihat seorang wanita Yahudi." Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah engkau berkata demikian karena Shafiyah telah masuk Islam dan menjadi muslimah yang baik."

Aisyah kembali pulang. Ia tinggalkan Shafiyah lalu menemui para istri Rasulullah lainnya. Aisyah berjalan dengan penuh kecemburuan dan kejengkelan. Pasalnya, ia pun mengakui akan kecantikan dan keelokan Shafiyah di hadapan para istri yang lain.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3157 seconds (0.1#10.140)