Tanda Kesempurnaan Iman : Mencintai dan Membenci Karena Allah
loading...
A
A
A
Tidak boleh menyandarkan sesuatu kepada selain Allah. Termasuk dalam hal ini adalah ketika seorang hamba mencintai dan membenci . Memberikan cinta atau membenci sesuatu semestinya hanyalah karena Allah. Jika benci dan cinta sudah karena Allah, maka itulah tanda kesempurnaan iman .
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ
“Siapa yang cintanya karena Allah, bencinya karena Allah, memberinya karena Allah dan tidak memberi pun karena Allah, maka sungguh telah sempurna keimanannya.” (HR. Abu Dawud).
Dalam hadis ini, menurut Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa cinta dan benci kita, semuanya harus diikat karena Allah. "Karena cinta yang tidak diikat dengan cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu menjadi cinta yang tidak bermanfaat ,"ungkapnya dalam tayangan dakwah di RodjaTV, baru-baru ini. Berikut paparan ceramah pendiri jaringan dakwah Rodja tersebut:
Al-Imam Ibnu Qayyim dalam kitab Al-Fawaid ketika menyebutkan tentang 10 perkara yang tidak ada manfaatnya, di antaranya beliau berkata: Cinta yang tidak diikat dengan cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena kalau kita mencintai seseorang karena kekayaannya, tidak berpahala sama sekali. Kkalau kita mencintai seseorang karena syahwat semata, itupun juga tidak berpahala sama sekali. Ketika seseorang mencintai seorang wanita hanya sebatas syahwat saja, karena sebatas rasa suka saja, tidak berpahala dan tidak ada manfaatnya.
Ketika seseorang mencintai harta hanya sebatas syahwat saja, tidak ada manfaatnya juga. Bahkan seringkali hal seperti itu akan memberikan dampak keburukan. Tapi ketika cinta itu kita ikat dengan cinta Allah dan cinta kita pun karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka itu menjadi cinta yang lurus.
Oleh karena itulah dalam hadis lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa sekuat-kuat tali iman itu adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
“Sekuat-kuatnya tali iman adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Thabrani)
Apa Itu Cinta Karena Allah?
Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Munawwir dalam kitab 'al jami’ al Kabir 'beliau menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan mencintai karena Allah, membenci karena Allah artinya mencintai seseorang karena ketaatan dia kepada Allah, karena agama. Semakin seorang dekat kepada Allah, semakin agamanya bagus, semakin ia shaleh, semakin ia mengikuti Rasulullah dan para sahabatnya, semakin ia menjauhi perbuatan maksiat kepada Allah, semakin kita cintai karena Allah. Sebaliknya, semakin ia memaksiati Allah, semakin ia berbuat maksiat kepada Allah, maka semakin kita benci dia karena Allah.
Makanya terkadang kita mencintai seseorang dari satu sisi, karena ketaatan dia. Tapi kita benci kepada seseorang dari sisi yang lain, karena perbuatan keburukan dia. Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian, bila cinta kita bukan karena harta, bila cinta kita kepada seseorang bukan karena ikatan organisasi atau ikatan suatu lembaga, bukan karena dia mengikuti pendapat kita, kalau kita mencintai seseorang bukan karena dia menjadi pembela-pembela kita, akan tetapi karena Allah, maka ini berarti cinta kita sudah lurus.
Karena untuk melestarikan cinta karena Allah itu tidak mudah, saudaraku. Banyak sekali orang yang mencintai orang lain masih dikotori hal-hal yang sifatnya duniawi. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- dia satu guru dengan saya. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- dia membela guru dan diri saya. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- satu partai dengan saya, satu organisasi dengan saya atau satu kelompok dengan saya. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- satu hobi dengan saya. Kita mencintai seseorang juga -misalnya- karena dia dia satu daerah dengan saya. Ini semua cinta-cinta yang bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Harus kita betul-betul ketika kita mencintai saudara kita, mencintai teman kita, kita harus periksa, cinta kita kepada dia kenapa? Apakah karena ada tujuan-tujuan yang sifatnya duniawi? Apakah cinta kita kepada dia dikotori oleh hal-hal yang sifatnya kepentingan dunia? Maka kalau ternyata kita mencintai seseorang karena sifatnya duniawi, berarti cinta kita belum bermanfaat di sisi Allah. Karena cinta yang bermanfaat hanyalah cinta karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itulah, untuk menemukan orang yang mencintai kita karena Allah, sulit sekali. Dan untuk kita mencintai seseorang karena Allah terkadang seringkali dikotori oleh kepentingan-kepentingan yang sifatnya duniawi. Makanya Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa sallam memberikan pahala besar bagi dua orang yang saling mencintai karena Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ
“Siapa yang cintanya karena Allah, bencinya karena Allah, memberinya karena Allah dan tidak memberi pun karena Allah, maka sungguh telah sempurna keimanannya.” (HR. Abu Dawud).
Dalam hadis ini, menurut Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa cinta dan benci kita, semuanya harus diikat karena Allah. "Karena cinta yang tidak diikat dengan cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu menjadi cinta yang tidak bermanfaat ,"ungkapnya dalam tayangan dakwah di RodjaTV, baru-baru ini. Berikut paparan ceramah pendiri jaringan dakwah Rodja tersebut:
Al-Imam Ibnu Qayyim dalam kitab Al-Fawaid ketika menyebutkan tentang 10 perkara yang tidak ada manfaatnya, di antaranya beliau berkata: Cinta yang tidak diikat dengan cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena kalau kita mencintai seseorang karena kekayaannya, tidak berpahala sama sekali. Kkalau kita mencintai seseorang karena syahwat semata, itupun juga tidak berpahala sama sekali. Ketika seseorang mencintai seorang wanita hanya sebatas syahwat saja, karena sebatas rasa suka saja, tidak berpahala dan tidak ada manfaatnya.
Ketika seseorang mencintai harta hanya sebatas syahwat saja, tidak ada manfaatnya juga. Bahkan seringkali hal seperti itu akan memberikan dampak keburukan. Tapi ketika cinta itu kita ikat dengan cinta Allah dan cinta kita pun karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka itu menjadi cinta yang lurus.
Oleh karena itulah dalam hadis lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa sekuat-kuat tali iman itu adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
“Sekuat-kuatnya tali iman adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Thabrani)
Apa Itu Cinta Karena Allah?
Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Munawwir dalam kitab 'al jami’ al Kabir 'beliau menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan mencintai karena Allah, membenci karena Allah artinya mencintai seseorang karena ketaatan dia kepada Allah, karena agama. Semakin seorang dekat kepada Allah, semakin agamanya bagus, semakin ia shaleh, semakin ia mengikuti Rasulullah dan para sahabatnya, semakin ia menjauhi perbuatan maksiat kepada Allah, semakin kita cintai karena Allah. Sebaliknya, semakin ia memaksiati Allah, semakin ia berbuat maksiat kepada Allah, maka semakin kita benci dia karena Allah.
Makanya terkadang kita mencintai seseorang dari satu sisi, karena ketaatan dia. Tapi kita benci kepada seseorang dari sisi yang lain, karena perbuatan keburukan dia. Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian, bila cinta kita bukan karena harta, bila cinta kita kepada seseorang bukan karena ikatan organisasi atau ikatan suatu lembaga, bukan karena dia mengikuti pendapat kita, kalau kita mencintai seseorang bukan karena dia menjadi pembela-pembela kita, akan tetapi karena Allah, maka ini berarti cinta kita sudah lurus.
Karena untuk melestarikan cinta karena Allah itu tidak mudah, saudaraku. Banyak sekali orang yang mencintai orang lain masih dikotori hal-hal yang sifatnya duniawi. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- dia satu guru dengan saya. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- dia membela guru dan diri saya. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- satu partai dengan saya, satu organisasi dengan saya atau satu kelompok dengan saya. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- satu hobi dengan saya. Kita mencintai seseorang juga -misalnya- karena dia dia satu daerah dengan saya. Ini semua cinta-cinta yang bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Harus kita betul-betul ketika kita mencintai saudara kita, mencintai teman kita, kita harus periksa, cinta kita kepada dia kenapa? Apakah karena ada tujuan-tujuan yang sifatnya duniawi? Apakah cinta kita kepada dia dikotori oleh hal-hal yang sifatnya kepentingan dunia? Maka kalau ternyata kita mencintai seseorang karena sifatnya duniawi, berarti cinta kita belum bermanfaat di sisi Allah. Karena cinta yang bermanfaat hanyalah cinta karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itulah, untuk menemukan orang yang mencintai kita karena Allah, sulit sekali. Dan untuk kita mencintai seseorang karena Allah terkadang seringkali dikotori oleh kepentingan-kepentingan yang sifatnya duniawi. Makanya Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa sallam memberikan pahala besar bagi dua orang yang saling mencintai karena Allah.