Utusan Nabi ke Kisra dan Balasan Allah bagi Penyobek Surat Rasulullah

Rabu, 28 April 2021 - 17:27 WIB
loading...
Utusan Nabi ke Kisra dan Balasan Allah bagi Penyobek Surat Rasulullah
Surat Nabi Muhammad SAW kepada raja-raja. Foto/Ilustrasi al-Arabya
A A A
Abdullah bin Hudzafah as-Sahmy adalah sahabat Nabi Muhammad SAW . Tokoh ini tercatat sebagai “duta” Islam ke Persia . Dialah yang bertugas mengirim surat seruan Islam dari Rasulullah SAW kepada Raja Kisra , Maharaja Persia.



Pertemuan Abdullah bin Hudzafah dengan Kisra, terjadi pada tahun keenam Hijriyah, yakni ketika Rasulullah SAW mulai mengembangkan dakwah Islam ke seluruh pelosok dunia. Ketika itu beliau berdakwah melalui surat kepada raja-raja ‘Ajam (non-Arab), mengajak mereka masuk Islam.

Rasullulah SAW telah memperhitungkan risiko yang mungkin timbul dalam misi penting ini. Para utusan akan diberangkatkan ke negeri-negeri asing yang belum mereka kenal selama ini.

Mereka tidak paham bahasa negeri-negeri yang mereka tuju. Belum mengenal seluk beluk pemerintahan, sosial, dan budayanya. Tetapi mereka harus pergi ke sana mengajak raja-raja asing itu meninggalkan agama mereka semula dan agar mereka menanggalkan kemegahan dan kekuasaaan mereka, untuk tunduk kepada agama Islam.

Memang suatu tugas yang berat dan berbahaya. Pergi ke sana berarti hilang. Kalau toh bisa kembali, berarti suatu kelahiran baru. Karena itu Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat, kemudian beliau berpidato di hadapan mereka. Seperti biasa, mula-mula Rasulullah SAW memuji Allah SWT dan membaca tasyahud. Sesudah itu beliau berkata: “Sesungguhnya aku telah merencanakan hendak mengirim beberapa orang di antara kalian kepada raja-raja ‘Ajam. Karena itu janganlah kalian menolak gagasanku, seperti Bani Israil menolak gagasan Isa bin Maryam.”

Para sahabat menyambut baik ajakan Rasulullah. “Kami senantiasa siap melaksanakan segala perintah Rasulullah. Kami bersedia dikirim ke mana saja dihendaki Rasulullah,” jawab mereka.



Rasulullah menunjuk enam orang sahabat untuk menyampaikan surat beliau kepada raja-raja Arab dan Ajam. Salah seorang di antara mereka ialah Abdullah bin Hudzafah As-Sahmy. Ia dipilih untuk menyampaikan surat kepada Kisra Abrawiz, Maharaja Persia.

Abdullah bin Hudzafah telah menyiapkan kendaraannya untuk berangkat. Anak-anak dan keluarganya dititipkannya kepada para sahabat. Kemudian dia berangkat ke tujuan, mengemban tugas dan Rasulullah dengan semangat dan tanggung jawab penuh.

Gunung yang tinggi didakinya; lurah yang dalam dituruninya. Dia berjalan seorang diri, tiada berteman selain Allah SWT. Akhirnya Abdullah bin Hudzafah tiba di ibu kota Persia. Dia minta izin masuk untuk bertemu dengan Kisra. Abdullah memberitahukan kepada pengawal, bahwa dia utusan Rasulullah untuk menyampaikan surat kepada Kisra. Pengawal pun memberi tahu Kisra, tentang kedatangan utusan dari Arab tersebut.

Kisra memanggil seluruh pembesar supaya hadir ke majlis Kisra. Kemudian sang kaisar mengizinkan Abdullah bin Hudzafah masuk menghadap baginda di majlis yang serba gemilang itu. Abdullah datang dengan pakaian sederhana, seperti kesederhanaan orang-orang Islam, tetapi kepalanya tegak, jalannya tegap. Dalam tulang belulangnya mengalir keperkasaan Islam. Di dalam hatinya menyala kekuasaan Iman.



Tatkala Kisra melihat Abdullah menghadap, dia memberi isyarat kepada pengawal supaya menenima surat yang dibawa Abdullah. Tetapi Abdullah menolak memberikannya kepada pengawal.

“Jangan...! Rasulullah memerintahkan supaya memberikan surat ini langsung ke tangan Kisra tanpa perantara. Aku tidak mau menyalahi perintah Rasulullah,” ujarnya.

Kisra bisa memahami. “Biarkan dia mendekat kepadaku!” kata Kisra kepada pengawal.

Abdullah pun menghampiri Kisra, kemudian menyerahkan surat dari Rasulullah itu. Selanjutnya Kaisar memanggil sekretaris berkebangsaan Arab, berasal dari Hirah. Kisra memerintahkan sekretaris itu membuka surat tersebut di hadapan baginda dan menyuruh membacakan isinya:

“Dari Muhammad Rasulullah, kepada Kisra, Maharaja Kisra. Berbahagialah siapa yang mengikut petunjuk....”

Baru sampai di situ sekretaris membaca surat, api kemarahan menyala di dada Kisra. Mukanya merah, dan urat lehernya membengkak. Ia tersinggung berat karena Rasulullah menyebut nama dirinya sendiri lebih dahulu sebelum menuliskan nama Kisra. Lalu Kisra merebut surat tersebut dari tangan sekretaris, dan menyobeknya tanpa mengetahui isi surat selanjutnya.

“Berani-berani dia menulis seperti itu kepadaku....! padahal dia budakku...!” teriak Kisra.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2691 seconds (0.1#10.140)