Kisah Syahidnya Umar bin Khattab dan Kenaikan Pajak

Jum'at, 22 Mei 2020 - 08:30 WIB
loading...
A A A
Kemudian, sang tabib meminumkan susu padanya. Susu yang diminumkan itu pun pada akhirnya keluar putih dari perutnya. Tak ada harapan, kondisi sahabat yang dicintai Rasulullah SAW itu akan membaik. Lantas Ibn Abbas berkata pada Umar bin Khattab :

"Wahai Amirul Mukminin, berwasiatlah!"

Semua orang yang hadir pun menangis. Umar bin Khattab berkata, "Jangan menangisi kami. Barangsiapa yang mau menangis, keluarlah! Tidakkah kalian mendengar kata Rasulullah SAW , "Mayat akan disiksa disebabkan tangisan keluarganya!"

Jika kita telusuri sekilas kisah singkat sebelum terjadinya tragedi itu. Menurut Imam at-Thabari dan Ibn al-Atsir menceritakan, bahwa sebelum wafatnya Umar bin Khattab , setelah beliau melaksanakan ibadah haji, Umar bin Khattab berjalan-jalan berkeliling di pasar.

Ketika itu, beliau bertemu dengan seorang budak bernama Abu Lu'luah yang kelak akan menjadi pembunuh beliau. Abu Lu'luah menemuinya dan berkata kepadanya:

"Wahai Amirul Mukminin , bicarakan soal saya dengan majikan saya al-Mughirah bin Syu'bah, sebab pajak yang ia kenakan pada saya terlalu tinggi.

"Berapa pajak yang ia kenakan pada Anda?!" tanya Khalifah Umar .

"Dua dirham setiap hari!" jawabnya.

"Pekerjaan Anda apa?!" tanya Umar lagi.

"Tukang kayu, pemahat dan pandai besi!" jawabnya.

"Pajak itu menurut saya tidak banyak!" jawab Umar. "Saya dengar kamu mengatakan jika saya mau saya bisa buatkan penggilangan dari tenaga angin?"

"Ya!" jawabnya!

"Buatkan saya satu!" kata Umar.

"Jika saya bisa diselamatkan, maka saya akan buatkan sebuah penggilangan yang akan menjadi bahan pembicaraan orang-orang di Timur dan di Barat!" Kemudian, Abu Lu'luah meninggalkan Umar bin Khattab . Umar mengatakan, "Orang itu telah mengancamku!"

Jika kita telusuri sekilas kisah di atas, kita akan dapati bahwa salah satu penyebab tragedi pembunuhan Khalifah Amirul Mukminin dilandasi dendam kesumat dari seorang budak Persia atas persoalan pajak .(Baca Juga: Iuran BPJS Kesehatan Naik, Pemerintah Permainkan Hukum dan Rakyat)

Di sini kita melihat bahwa peran Sayyidina Umar bin Khattab sebenarnya tidak terlalu signifikan dalam kasus ini. Sebagai seorang pemimpin yang terkenal dengan keadilan dan ketegasannya, Khalifah Umar menolak membicarakan soal pajak yang dibebankan oleh seorang majikan terhadap budaknya. Sebab, tarif pajak itu memang hal yang masih wajar dalam pandangan Umar .

Dalam konteks kekinian, protes kaum buruh/karyawan atau rakyat kecil terhadap kebijakan pejabat negara yang menaikkan pajak tentu dinilai hal yang wajar mengingat beban rakyat dan ekonomi yang semakin sulit. Rakyat tentu berharap kepada pemimpin di Tanah Air agar tidak menaikkan tarif pajak , harga minyak, iuran asuransi kesehatan di tengah beratnya beban rakyat saat ini.

Tidak ada yang mengira, Sayyidina Umar bin Khattab yang kepemimpinannya tak tertandingi, kesejahteraan ekonomi terwujud di masa pemerintahannya, dibunuh oleh rasa sakit hati seorang budak rakyat kecil lantaran persoalan pajak yang dirasanya membebani hidupnya. Na'uzubillahi min dzalik. Sayyidina Umar wafat dalam keadaan syahid. Kepemimpinannya yang adil dan bijaksana dikenangsepanjang masa.Jasad beliau dimakamkan di samping jasad mulia Baginda Rasulullah SAW bersama sahabat Abu Bakar di area Masjid Nabawi Madinah. (Baca Juga: Biografi Umar Bin Khattab, Khalifah Kedua yang Menaklukkan Romawi dan Persia)
(rhs)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1175 seconds (0.1#10.140)