Lailatul Qadar Tidak Hanya Terjadi di Malam Ganjil Saja
loading...
A
A
A
Semua umat muslim pasti mendambakan malam Lailatul Qodar mengingat keutamaannya lebih baik dari seribu bulan. Salah satu yang yang membuat Lailatul Qadar sangat istimewa karena di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam secara khusus memerintahkan umatnya mencari malam tersebut pada malam 10 terakhir bulan Ramadhan. Dalam banyak riwayat hadis, beliau menyuruh umatnya mencarinya pada malam-malam ganjil.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ» البخاري رقم: 2017. ومسلم : 1169.
Aisyah radhiyallahu 'anha meriwayatkan: Sesungguhnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qodar pada malam ganjil dari sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan". (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain, dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: sesungguhnya Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«التَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ القَدْرِ، فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى، فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى، فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى» البخاري رقم: 2021
"Carilah dia (Lailatul Qodar) pada malam sepuluh terakhir dari Ramadhan, pada malam kesembilan yang tersisa, pada malam ketujuh yang tersisa, pada malam kelima yang tersisa". (HR Al-Bukhari No 2011)
Sebagian riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma juga:
«هِيَ فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ، هِيَ فِي تِسْعٍ يَمْضِينَ، أَوْ فِي سَبْعٍ يَبْقَيْنَ» يَعْنِي لَيْلَةَ القَدْرِ
Dia (Lailatul Qodar) pada sepuluh terakhir, yaitu pada malam sembilan yang telah berlalu, atau pada malam ketujuh yang tersisa. Yaitu: malam Lailatur Qodar. (HR Al-Bukhari No. 2022)
Setelah hadis di atas Imam Al-Bukhari menukil perkataan Ibnu Abbas berikut:
وَعَنْ خَالِدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ : (التَمِسُوا فِي أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ)
Dari Khalid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas beliau berkata: "Carilah (malam Lailatul Qodar) pada malam duapuluh empat (24)".
Al-Habib Quraisy Baharun dalam Jalsah Itsnain Majelis Rasulullah (MR) Jawa Barat mengatakan, dari hadis di atas disimpulkan bahwa terdapat perintah mencari malam Lailatul Qodar pada malam-malam ganjil dan Ibnu Abbas memerintahkan untuk mencarinya di malam 24.
Hal ini menjelaskan bahwa beliau memahami bahwa malam Lailatul Qodar bisa terjadi pada malam genap, bukan malam ganjil saja. Kalau jumlah hari bulan Ramadhan 30, maka malam kesembilan yang tersisa bertepatan dengan malam 22. Malam ketujuh yang tersisa bertepatan dengan malam 24. Dan malam kelima yang tersisa bertepatan dengan malam 26, dan itu semua adalah malam malam genap.
Karena itu Salafus sholeh mengatakan: "Akan tetapi witir (malam ganjil) dihitung berdasarkan yang telah berlalu, maka carilah Lailatul Qodar pada malam (21), pada malam (23), pada malam (25), pada malam (27) dan pada malam (29). Dan bisa dihitung berdasarkan malam yang tersisa, sebagaimana Nabi bersabda: "Pada malam kesembilan yang tersisa, pada malam ketujuh yang tersisa, pada malam kelima yang tersisa dan pada malam ketiga yang tersisa".
Berdasarkan hal ini, jika bulan (Ramadhan) 30 hari, maka hal itu (Lailatul Qodar) terdapat dalam malam-malam genap, maka malam (22) adalah malam kesembilan yang tersisa, malam (24) adalah malam ketujuh yang tersisa.
Begitulah yang ditafsirkan Abu Sa'id Al Khudri dalam hadits yang sahih dan begitu juga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menghidupkan malamnya (dengan ibadah) dalam satu bulan.
Jika demikian, maka seharusnya seorang mulism bersungguh-sungguh mencarinya di seluruh malam terakhir, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Carilah dia pada malam-malam sepuluh terakhir".
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam secara khusus memerintahkan umatnya mencari malam tersebut pada malam 10 terakhir bulan Ramadhan. Dalam banyak riwayat hadis, beliau menyuruh umatnya mencarinya pada malam-malam ganjil.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ» البخاري رقم: 2017. ومسلم : 1169.
Aisyah radhiyallahu 'anha meriwayatkan: Sesungguhnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qodar pada malam ganjil dari sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan". (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain, dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: sesungguhnya Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«التَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ القَدْرِ، فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى، فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى، فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى» البخاري رقم: 2021
"Carilah dia (Lailatul Qodar) pada malam sepuluh terakhir dari Ramadhan, pada malam kesembilan yang tersisa, pada malam ketujuh yang tersisa, pada malam kelima yang tersisa". (HR Al-Bukhari No 2011)
Sebagian riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma juga:
«هِيَ فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ، هِيَ فِي تِسْعٍ يَمْضِينَ، أَوْ فِي سَبْعٍ يَبْقَيْنَ» يَعْنِي لَيْلَةَ القَدْرِ
Dia (Lailatul Qodar) pada sepuluh terakhir, yaitu pada malam sembilan yang telah berlalu, atau pada malam ketujuh yang tersisa. Yaitu: malam Lailatur Qodar. (HR Al-Bukhari No. 2022)
Setelah hadis di atas Imam Al-Bukhari menukil perkataan Ibnu Abbas berikut:
وَعَنْ خَالِدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ : (التَمِسُوا فِي أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ)
Dari Khalid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas beliau berkata: "Carilah (malam Lailatul Qodar) pada malam duapuluh empat (24)".
Al-Habib Quraisy Baharun dalam Jalsah Itsnain Majelis Rasulullah (MR) Jawa Barat mengatakan, dari hadis di atas disimpulkan bahwa terdapat perintah mencari malam Lailatul Qodar pada malam-malam ganjil dan Ibnu Abbas memerintahkan untuk mencarinya di malam 24.
Hal ini menjelaskan bahwa beliau memahami bahwa malam Lailatul Qodar bisa terjadi pada malam genap, bukan malam ganjil saja. Kalau jumlah hari bulan Ramadhan 30, maka malam kesembilan yang tersisa bertepatan dengan malam 22. Malam ketujuh yang tersisa bertepatan dengan malam 24. Dan malam kelima yang tersisa bertepatan dengan malam 26, dan itu semua adalah malam malam genap.
Karena itu Salafus sholeh mengatakan: "Akan tetapi witir (malam ganjil) dihitung berdasarkan yang telah berlalu, maka carilah Lailatul Qodar pada malam (21), pada malam (23), pada malam (25), pada malam (27) dan pada malam (29). Dan bisa dihitung berdasarkan malam yang tersisa, sebagaimana Nabi bersabda: "Pada malam kesembilan yang tersisa, pada malam ketujuh yang tersisa, pada malam kelima yang tersisa dan pada malam ketiga yang tersisa".
Berdasarkan hal ini, jika bulan (Ramadhan) 30 hari, maka hal itu (Lailatul Qodar) terdapat dalam malam-malam genap, maka malam (22) adalah malam kesembilan yang tersisa, malam (24) adalah malam ketujuh yang tersisa.
Begitulah yang ditafsirkan Abu Sa'id Al Khudri dalam hadits yang sahih dan begitu juga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menghidupkan malamnya (dengan ibadah) dalam satu bulan.
Jika demikian, maka seharusnya seorang mulism bersungguh-sungguh mencarinya di seluruh malam terakhir, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Carilah dia pada malam-malam sepuluh terakhir".