Cara Mendapatkan Lailatul Qadar, Berikut Pesan Buya Yahya
loading...
A
A
A
Lailatul Qadar adalah malam kemuliaan yang lebih baik dari 1000 bulan (83 tahun 4 bulan). Siapa yang sholat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan keikhlasan maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni.
Dalam satu pengajian Buya Yahya, seorang jamaah bertanya kepada beliau. Bagaimana agar kita mendapatkan Lailatul Qadar?
Berikut jawaban singkat Buya Yahya (Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah) dilansir dari kajian onlinenya.
Lailatul Qadar atau malam seribu bulan akan datang dan tidak harus dicari. Sebab, yang mencari Lailatul Qadar tidak akan menemukannya karena ia disembunyikan oleh Allah. Akan tetapi yang harus kita ketahui bahwa ia pasti datang, ia pasti tiba.
Ia datang tidak untuk semua, tapi ia datang untuk yang merindukannya. Tanyakan ke hati kecil kita dengan penuh keinsyafan. Akankah Lailatul Qadar datang untuk kita? Karena tibanya tidak ada yang tahu bukanlah cara yang benar menanti kedatangannya sehari dan esok hari kita lalai.
Perindu sejati akan menanti setiap saat dan tidak ada baginya kecuali menanti. Itulah yang dilakukan manusia-manusia pilihan Allah. Hidupnya adalah untuk ibadah dan ibadah, untuk kebaikan dan kebaikan.
Begitu dekatnya hati mereka dengan Ramadhan dan Lailatul Qadar, maka ia akan selalu merasakan bahwa setiap saat adalah Ramadhan dan setiap saat ia duga tibanya Lailatul Qadar. Tidak ada kata terlambat untuk beruntung dengan Ramadhan dan Lailatul Qadar, selagi nyawa masih di kandung badan. Selagi kita dipertemukan oleh Allah dengan Ramadhan, berjuanglah saat ini juga untuk mendapatkan kemuliaan Ramadhan dan Lailatul Qadar.
Tidak ada perindu sejati yang menanti kedatangan yang dirindukannya dengan berjuang setengah hati. Tidak ada pecinta yang tulus enggan dengan kehadiran yang ia cintai. Sebagai pungkasan mari cermati diri kita saat ini, bagaimana diri kita dengan Ramadhan dan Lailatul Qadar? Pantaskah kita mengaku merindukan Ramadhan dan Lailatul Qadar dengan kelalaian dan kemalasan kita? Semoga Allah berkenan mencurahkan rahmat-Nya untuk kita semua.
Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, Buya Yahya.
Dalam satu pengajian Buya Yahya, seorang jamaah bertanya kepada beliau. Bagaimana agar kita mendapatkan Lailatul Qadar?
Berikut jawaban singkat Buya Yahya (Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah) dilansir dari kajian onlinenya.
Lailatul Qadar atau malam seribu bulan akan datang dan tidak harus dicari. Sebab, yang mencari Lailatul Qadar tidak akan menemukannya karena ia disembunyikan oleh Allah. Akan tetapi yang harus kita ketahui bahwa ia pasti datang, ia pasti tiba.
Ia datang tidak untuk semua, tapi ia datang untuk yang merindukannya. Tanyakan ke hati kecil kita dengan penuh keinsyafan. Akankah Lailatul Qadar datang untuk kita? Karena tibanya tidak ada yang tahu bukanlah cara yang benar menanti kedatangannya sehari dan esok hari kita lalai.
Perindu sejati akan menanti setiap saat dan tidak ada baginya kecuali menanti. Itulah yang dilakukan manusia-manusia pilihan Allah. Hidupnya adalah untuk ibadah dan ibadah, untuk kebaikan dan kebaikan.
Begitu dekatnya hati mereka dengan Ramadhan dan Lailatul Qadar, maka ia akan selalu merasakan bahwa setiap saat adalah Ramadhan dan setiap saat ia duga tibanya Lailatul Qadar. Tidak ada kata terlambat untuk beruntung dengan Ramadhan dan Lailatul Qadar, selagi nyawa masih di kandung badan. Selagi kita dipertemukan oleh Allah dengan Ramadhan, berjuanglah saat ini juga untuk mendapatkan kemuliaan Ramadhan dan Lailatul Qadar.
Tidak ada perindu sejati yang menanti kedatangan yang dirindukannya dengan berjuang setengah hati. Tidak ada pecinta yang tulus enggan dengan kehadiran yang ia cintai. Sebagai pungkasan mari cermati diri kita saat ini, bagaimana diri kita dengan Ramadhan dan Lailatul Qadar? Pantaskah kita mengaku merindukan Ramadhan dan Lailatul Qadar dengan kelalaian dan kemalasan kita? Semoga Allah berkenan mencurahkan rahmat-Nya untuk kita semua.
Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, Buya Yahya.
(rhs)