Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmad Syaikhu. Foto/SINDOnews
AAA
JAKARTA - Hanya dalam hitungan akan berpisah dengan bulan suci Ramadhan 1422 H. Momen sepuluh hari terakhir memiliki keutamaan yang sangat besar untuk mengoptimalkan ibadah kita kepada Allah SWT. Saat dimana doa tidak berjarak di hadapan Allah SWT.
Kemudian sambung mantan Wakil Wali Kota Bekasi ini, pemberian vaksin kepada seluruh masyarakat menjadi harapan yang besar untuk bisa mengendalikan penyebaran Covid-19. Tetapi memasuki Ramadhan tahun ini, penyebaran Covid-19 masih terus berlangsung.
"Seolah-olah memberikan pesan yang kuat kepada kita, sebenarnya episentrum permasalahan yang kita hadapi saat ini ada pada diri kita sebagai manusia. Jadi, vaksin hanya sebagai sebuah instrument untuk memberikan daya tahan bagi tubuh kita dalam menghadapi Covid-19. Tetapi lebih dari itu, memperbaiki kualitas kemanusiaan kita jauh lebih penting, menjadi solusi permanen untuk keselamatan umat manusia di muka bumi ini," jelasnya.
"Persoalan kebangsaan yang kita hadapi saat ini, tidak bisa diselesaikan dengan membuat aturan dan sistim semata, tetapi pada saat yang sama juga harus diiringi dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang berada di belakangnya, baik secara moral maupun perilaku. Keteladanan para pemimpin akan menjadi contoh yang sangat efektif untuk merubah kondisi bangsa hari ini. Puasa bisa menjadi sarana untuk membentuk pribadi-pribadi pemimpin yang soleh, untuk menjadi suri tauladan bagi masyarakat yang dipimpinnya," sambungnya.
Dikatakan Ahmad Syaikhu, tujuan puasa adalah untuk membentuk ketakwaan (2/183). Beberapa karakter takwa yang disebutkan dalam Al-Qur’an (3/134-135) antara lain senang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang dan ingat Allah dan memohon ampunannya.
Menurutnya, karakter seperti ini sangat diperlukan dalam situasi sulit menghadapi covid-19. Kepedulian orang yang bertakwa akan mendorong gerakan berinfak. Menahan amarah akan meredam konflik, memaafkan orang akan menghadirkan kedamaian. Interaksi kemanusiaan (humanisme) akan semakin kuat sebagai perwujudan hablum minannas. Ditambah lagi seringnya mengingat Allah dan memohon ampunan-Nya akan mendekatkan seseorang kepada Sang Kholid (hablum minallah).
"Dalam membangun sebuah bangsa, tidak cukup hanya dengan kesalehan pribadi saja, tetapi diperlukan kesalihan secara kolektif dalam masyarakat. Ramadhan membentuk pribadi-pribadi yang memiliki kesolehan individu. Jika dalam masyarakat banyak terdapat kesalihan pribadi, maka akan terbentuklah kesalihan kolektif, yang akan bertransformasi menjadi kesolehan multi dimensi, baik secara pribadi maupun kolektif. Kesolehan secara kolektif inilah yang diharapkan bisa memperbaiki kondisi bangsa dan negara yang sedang terpuruk, baik secara sosial, ekonomi dan politik," tuturnya.
Pertama kata dia, kesalehan sosial. Salah satu tujuan berpuasa selain untuk menahan lapar, haus dan syahwat adalah bisa merasakan penderitaan orang miskin yang memiliki keterbatasan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Tempaan berpuasa selama sebulan penuh, akan melahirkan sikap rendah hati, berempati dengan penderitaan orang lain, sehingga mau berbagi dengan sesama. "Allah SWT menegaskan bahwa dalam setiap harta terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan haknya (51/19), bukan sebaliknya memakan dan merampas hak orang lain. Kesalehan sosial yang ditunjukkan oleh masyarakat diharapkan bisa menyelesaikan masalah sosial yang ditimbulkan oleh Covid-19," ucapnya.
"Kedua, kesalehan ekonomi. Ramadan juga memberikan pelajaran berharga bagi kita, dalam menjaga aktivitas ekonomi secara seimbang, mulai dari mengatur pola konsumsi, membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari, hingga penggunaan uang sebagai nilai tukar terhadap barang dan jasa secara riil," tambahnya.
Dijelaskan Syaikhu, Allah SWT melarang aktivitas ekonomi yang mengandung unsur maysir (judi), transaksi yang tidak jelas (ghoror) dan riba (3/130). Kesalehan ekonomi akan menuntun kita menggunakan harta secara bijak sehingga tidak menimbulkan bubble economy, yang hanya mengejar keuntungan sesaat dengan menghalalkan segala cara.
"Ketiga, kesalehan politik. Ramadan adalah kawah candra dimuka untuk melatih komitmen dan perilaku kita kepada Allah SWT, selama dua puluh empat jam kita diberi kesempatan untuk berbuat baik, tidak boleh menipu, korupsi, melakukan intimidasi, karena yakin setiap perbuatan kita akan diawasi oleh Allah SWT. Sehingga pasca Ramadhan akan menjadi kebiasaan baru dalam seluruh aspek kehidupan termasuk politik. Kesalehan politik para pemimpin bangsa akan menjadikan politik sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT (51/56) sehingga lambat laun stigma politik itu kotor akan bisa hilang dengan sendirinya," jelasnya.
Sedangkan momentum Idul Fitri menurut Ahmad Syaikhu, selalu menimbulkan harapan akan terbentuknya pola keseimbangan baru, baik yang bersifat hubungan dengan Allah SWT (Hablum Minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (Hablum Minannas). Setelah melalui rangkaian ibadah selama satu bulan penuh, akan muncul sosok baru dengan tingkat spiritual yang tinggi.
"Manifestasi tingkat spiritual tersebut tergambar dalam kesolehan individu. Banyak persoalan bangsa yang kita hadapi hari ini, terutama dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19. Vaksin menjadi salah satu instrument penting untuk memperkuat daya tahan tubuh, tetapi ada persoalan yang jauh lebih penting yang kita hadapi yaitu merosotnya nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga dibutuhkan kesalehan pribadi dan kesalehan kolektif yang akan berpengaruh pada aspek sosial, ekonomi dan politik agar bisa menyelesaikan persoalan multidimensi yang sedang melilit bangsa. Wallahu’alam Bissawab," tutupnya.