Fenomena Dai dan Respons Umat

Selasa, 29 Juni 2021 - 07:30 WIB
loading...
Fenomena Dai dan Respons Umat
Seorang Dai semestinya menampilkan gambaran Dai yang good looking agar dapat diterima umat. Foto ilustrasi/dok media-umat
A A A
Afaf Baharits
Istri Eks Dubes Saudi Arabia untuk Indonesia

Para tokoh senior Dai dan Ulama mengatakan siapa yang mempersembahkan dakwah dengan cara yang salah maka akan membuahkan hasil yang salah pula. Saat ini agama dalam kehidupan kita seperti ruh dalam tubuh, tidak bisa dipisah.

Jika dipisahkan, maka akan terjadi kematian. Begitu pun jika agama dipisahkan dari kehidupan maka yang terjadi kerusakan di mana-mana.



Jika kita presentasekan pesan-pesan agama maka kita menemukan bahwa 5% berisi praktek ibadah formalistik. Selebihnya atau 95% adalah membahas akhlak dan interaksi sosial.

Dari sini kita harus menampilkan gambaran Dai yang good looking atau berpenampilan baik agar bisa diterima umat. Terkadang penampilan pun menjadi perhatian dan penilaian banyak orang.

Dari sini pentingnya niat yang lurus saat mengenakan pakaian dan memakai minyak wangi. Bukan untuk pamer dan mencari pujian.Orang beriman harus memperhatikan tuntunan agama dan kebutuhan dunia, seperti firman Allah berikut:

"Katakanlah: 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?' Katakanlah: 'Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui." (QS. Al-A'raaf [7]: 32)

Kenapa masih ada orang yang tidur dengan mengenakan pakaian olahraganya lalu bangun tidur masih dikenakan pula untuk ke masjid dengan alasan agar tidak telat berjamaah, lalu mereka malas untuk mengganti pakaiannya. Pakaian olahraga dan bekas tidur tentu menimbulkan bau tak sedap. Relakah kita menyakiti saudara kita dengan bau kita yang tak sedap itu.

Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kita untuk mandi Jumat saat hendak sholat Jumat dan mengenakan minyak wangi baru kemudian berangkat ke masjid.

Tidak sedikit dari umat Islam yang masuk masjid untuk Jumatan tanpa ada empati, melangkahi pundak jamaah dan memisahkan dua orang yang sudah rapat dalam shaf. Padahal hari Jumat itu seharusnya menjadi hari yang paling indah.

Bayangkan Rasulullah menjelaskan bahwa siapa yang mandi Jumat, lalu mengenakan pakaian terbaiknya, kemudian mengenakan minyak wangi, lalu duduk di shaf yang dia dapatkan tanpa melangkahi pundak orang lain yang duduk atau memisahkan dua orang yang sudah duduk maka itu akan menjadi hari terindahnya, yaitu berupa ampunan atas dosa dari Jumat satu ke Jumat berikutnya.

Tentu ini hanya diberikan kepada mereka yang melakukan Jumatan dengan niat dan siakp yang baik sesuai petunjuk Rasulullah.

Penerjemah: Ustaz Mukhlis Mukti Al-Mughni

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.8816 seconds (0.1#10.140)