Agar Doa Segera Terkabul, Ini Tipsnya!
loading...
A
A
A
Allah Ta’ala memerintahkan segenap hamba-Nya untuk memperbanyak doa dan permohonan kepada Allah Ta’ala. Orang yang selalu berdoa, dia hakikatnya memperbanyak ibadah kepada-Nya, dan juga seorang insan yang begitu mencintai Dzat Yang Maha Mengabulkan doa.
Dan, ketika seseorang berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, artinya ia sedang mencoba untuk menghadap Allah subhanahu wata’ala. Laiknya seorang hamba yang menghadap rajanya, mana mungkin raja akan memberi perhatian kepadanya jika ia tidak memerhatikan adab dan etika ketika menghadap raja.
Untuk itu, ada beberapa tips agar doa yang diucapkan segera terkabul. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut tips agar doa cepat dikabulkan Allah Ta'ala:
1. Teladani cara berdoa para Nabi.
Para nabi adalah hamba Allah subhanahu wata’ala yang doanya mustajab. Doa mereka selalu dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Sehingga, memelajari dan berteladan kepada mereka dalam hal berdoa adalah suatu keharusan. Dahulu, ketika para nabi hendak meminta sesuatu kepada Allah subhanahu wata’ala, mereka bersegera untuk berdiri menghadap Allah, merapatkan kaki, menengadahkan tangan, dan mengalirkan bulir air mata ketundukan.
Kemudian mereka mengawali doa dengan banyak-banyak bertaubat dari perbuatan maksiat yang pernah dilakukan, menyesali kekeliruan yang pernah diperbuat, berusaha untuk menghadirkan hati yang khusyuk, penuh keyakinan, dan penuh perasaan.
Kemudian melanjutkannya dengan memuji Allah, menyucikan-Nya, mengagungkan-Nya, lalu memuji hamba yang paling dicintai-Nya, bershalawat, setelah itu mulai melangitkan doa.
Itulah gambaran global yang dilakukan oleh para Nabi dalam berdoa. Sebagai contoh, cara berdoa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Ketika Nabi Ibrahim hendak berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala atas kondisi yang menimpanya, beliau memulai doanya dengan memuji Allah subhanahu wata’ala dengan lima pujian; Bahwa Allah adalah al-Khaliq al-Hadi (Mahapencipta dan Maha Memberi Petunjuk), al-Muth’im al-Musqi (Maha Memberi Makan dan Maha Memberi Minum), asy-Syafi min al-Aushab (Maha Penyembuh dari sebagai bentuk musibah), al-Muhyi al-Mumit (Mahamenghidupkan dan Mahamematikan), dan al-Ghafir (Mahapengampun).
Setelah itu, Nabi Ibrahim mulai memanjatkan permintaannya yang jumlahnya juga lima; ilmu dan hikmah, dikumpulkan bersama orang-orang shaleh, menjadi buah tutur yang baik oleh umat generasi berikutnya, ditempatkan di Jannatun Na’im, memohon agar ayahnya diampuni. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan seluruh permintaan Nabi Ibrahim, kecuali permintaan yang kelima; memintakan ampunan untuk ayahnya, karena telah tampak pada diri ayahnya bentuk permusuhan kepada Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ اِلَّا عَنْ مَّوْعِدَةٍ وَّعَدَهَآ اِيَّاهُۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗٓ اَنَّهٗ عَدُوٌّ لِّلّٰهِ تَبَرَّاَ مِنْهُۗ اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَاَوَّاهٌ حَلِيْمٌ
“Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At-Taubah: 114)
2. berdoalah dengan penuh harap, takut, tunduk, dan khusyuk kepada Allah Ta'ala
Allah Ta'ala berfirman,
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ ۖوَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ
“Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)
3. Memperbanyak pujian kepada Allah Ta'ala
4, Meminta kepada Allah Ta'ala dengan penuh tekad, kesungguhan, dan keteguhan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ إِذَا دَعَا: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ. اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ. لِيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ فَإِنَّهُ لَا مُكْرِهَ لَهُ
“Ketika salah seorang dari kalian berdoa, jangan ucapkan, ‘Ya Allah, ampuni hamba jika Engkau berkehendak, Ya Allah, rahmati hamba jika Engkau berkehendak,’ hendaklah ia menguatkan tekad dalam permohonannya itu, karena sesungguhnya Allah tiada sesuatu pun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu.” (Muwaththa’ Imam Malik, 28)
5. Memperkuat pengharapan kepada Allah subhanahu wata’ala, jangan mudah putus asa dari rahmat-Nya jika doanya belum kunjung diijabahi.
Jangan pesimis terhadap apa yang engkau minta kepada-Nya, karena segala sesuatu itu ada masanya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
“Doa salah seorang dari kalian akan diijabahi selama tanpa disertai dengan ketergesaan, seperti perkataan, ‘Aku telah berdoa tapi ternyata belum kunjung diijabahi juga.’” (HR. Al-Bukhari)
6. Doakan orang-orang beriman yang lain dalam doamu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۚ
“Dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)
7. Memulai doa dengan mentauhidkan Allah Ta'ala
Sebagaimana yang dilakukan oleh Dzun Nun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ
“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada Ilah selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.’” (QS. Al-Anbiya’: 87)
Dzun Nun (Nabi Yunus mengawali doa dengan tauhid, lalu mengakui kekurangan dan kezaliman diri dengan bertasbih kepada-Nya dengan penuh kesadaran dan keyakinan. Kemudian Allah subhanahu wata’ala menjawab doanya,
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّۗ وَكَذٰلِكَ نُـْۨجِى الْمُؤْمِنِيْنَ
“Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiyā`: 88)
8. Senyembunyikan doa hingga tidak didengar orang lain.
Allah Ta'ala berfirman,
اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً
“Berdoalah kepada Rabbmu dengan rendah hati dan suara yang lembut.” (QS. Al-A’rāf: 55)
9. Ketika berdoa dianjurkan menggunakan kalimat ini: Allahumma inni as-aluka bi asma-ika al-husna, kemudian menyebutkan permintaannya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
قُلِ ادْعُوا اللّٰهَ اَوِ ادْعُوا الرَّحْمٰنَۗ اَيًّا مَّا تَدْعُوْا فَلَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰىۚ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma‘ul husna).’” (QS. Al-Isra’: 110)
10. Jika meminta sesuatu kepada Allah Ta’ala, mintalah yang banyak dan sesering mungkin, angkat telapak tanganmu ketika berdoa.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَأَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيُكْثِرْ، فَإِنَّهُ يَسْأَلُ رَبَّهُ
“Jika seorang dari kalian meminta kepada Allah, mintalah yang banyak. Karena ia sedang meminta kepada Rabbnya.” (HR. Ibnu Hibban No. 889. Hadis shahih)
11. Jangan pernah makan makanan yang haram.
Karena makanan haram yang masuk ke dalam perut menjadikan doa tertolak. Suatu ketika, sahabat Saad bin Abi Waqash pernah meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi was allam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَا سَعْدُ أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ عَمَلَ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، وَأَيُّمَا عَبْدٍ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ وَالرِّبَا فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Wahai Saad, perbaiki makananmu, niscaya doamu menjadi doa mustajab. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sungguh seorang hamba yang memasukkan sesuap makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak amalnya diterima selama empat puluh hari. Dan siapa pun yang dagingnya tumbuh dari bahan harta haram dan riba, maka neraka lebih layak untuk dia tempati.” (HR. Ath-Thabarani No. 6495 dalam kitab Al-Mu’jam al-Ausath, 6/310)
12. Jika ingin meminta sesuatu kepada Allah, mulailah dengan shalawat, lalu ucapkan permintaan, lalu tutup dengan shalawat.
Syariat Islam menganjurkan untuk mengawali doa dengan memuji Allah subhanahu wa ta’ala dan shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu mengakhirinya dengan shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pujian kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata,
إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ، حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Sungguh doa akan tertahan di antara langit dan bumi, tidak akan dapat meninggi hingga engkau mengucapkan shalawat atas Nabimu shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. At-Tirmidzi No. 486. Hadits marfu’ derajatnya hasan)
Imam an-Nawawi rahimahullah menyebutkan,
أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى اسْتِحْبَابِ اِبْتِدَاءِ الدُّعَاءِ بِالْحَمْدِ للهِ تَعَالَى وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ الصَّلَاةِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَذَلِكَ يَخْتِمُ الدُّعَاءَ بِهِمَا، وَالآثَارُ فِيْ هَذَا الْبَابِ كَثِيْرَةٌ مَعْرُوْفَةٌ
“Para ulama berijmak atas dianjurkannya mengawali doa dengan pujian kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kemudian shalawat atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian pula dianjurkan juga ketika menutup doa dengan keduanya. Atsar tentang hal ini ada banyak sekali. (Al-Adzkar, Imam an-Nawawi, 209)
13. Sebelum berdoa, melaksanakan amal saleh seperti sholat, puasa, sedekah, dan semisalnya.
Sebagaimana dalam syariat istisqa’ atau doa meminta hujan; agar diawali dengan sholat, puasa, sedekah dan amal shaleh lainnya, kemudian keluar untuk melaksanakan istisqa’.
Wallahu A'lam
Dan, ketika seseorang berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, artinya ia sedang mencoba untuk menghadap Allah subhanahu wata’ala. Laiknya seorang hamba yang menghadap rajanya, mana mungkin raja akan memberi perhatian kepadanya jika ia tidak memerhatikan adab dan etika ketika menghadap raja.
Untuk itu, ada beberapa tips agar doa yang diucapkan segera terkabul. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut tips agar doa cepat dikabulkan Allah Ta'ala:
1. Teladani cara berdoa para Nabi.
Para nabi adalah hamba Allah subhanahu wata’ala yang doanya mustajab. Doa mereka selalu dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Sehingga, memelajari dan berteladan kepada mereka dalam hal berdoa adalah suatu keharusan. Dahulu, ketika para nabi hendak meminta sesuatu kepada Allah subhanahu wata’ala, mereka bersegera untuk berdiri menghadap Allah, merapatkan kaki, menengadahkan tangan, dan mengalirkan bulir air mata ketundukan.
Kemudian mereka mengawali doa dengan banyak-banyak bertaubat dari perbuatan maksiat yang pernah dilakukan, menyesali kekeliruan yang pernah diperbuat, berusaha untuk menghadirkan hati yang khusyuk, penuh keyakinan, dan penuh perasaan.
Kemudian melanjutkannya dengan memuji Allah, menyucikan-Nya, mengagungkan-Nya, lalu memuji hamba yang paling dicintai-Nya, bershalawat, setelah itu mulai melangitkan doa.
Itulah gambaran global yang dilakukan oleh para Nabi dalam berdoa. Sebagai contoh, cara berdoa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Ketika Nabi Ibrahim hendak berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala atas kondisi yang menimpanya, beliau memulai doanya dengan memuji Allah subhanahu wata’ala dengan lima pujian; Bahwa Allah adalah al-Khaliq al-Hadi (Mahapencipta dan Maha Memberi Petunjuk), al-Muth’im al-Musqi (Maha Memberi Makan dan Maha Memberi Minum), asy-Syafi min al-Aushab (Maha Penyembuh dari sebagai bentuk musibah), al-Muhyi al-Mumit (Mahamenghidupkan dan Mahamematikan), dan al-Ghafir (Mahapengampun).
Baca Juga
Setelah itu, Nabi Ibrahim mulai memanjatkan permintaannya yang jumlahnya juga lima; ilmu dan hikmah, dikumpulkan bersama orang-orang shaleh, menjadi buah tutur yang baik oleh umat generasi berikutnya, ditempatkan di Jannatun Na’im, memohon agar ayahnya diampuni. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan seluruh permintaan Nabi Ibrahim, kecuali permintaan yang kelima; memintakan ampunan untuk ayahnya, karena telah tampak pada diri ayahnya bentuk permusuhan kepada Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ اِلَّا عَنْ مَّوْعِدَةٍ وَّعَدَهَآ اِيَّاهُۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗٓ اَنَّهٗ عَدُوٌّ لِّلّٰهِ تَبَرَّاَ مِنْهُۗ اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَاَوَّاهٌ حَلِيْمٌ
“Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At-Taubah: 114)
2. berdoalah dengan penuh harap, takut, tunduk, dan khusyuk kepada Allah Ta'ala
Allah Ta'ala berfirman,
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ ۖوَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ
“Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)
3. Memperbanyak pujian kepada Allah Ta'ala
4, Meminta kepada Allah Ta'ala dengan penuh tekad, kesungguhan, dan keteguhan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ إِذَا دَعَا: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ. اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ. لِيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ فَإِنَّهُ لَا مُكْرِهَ لَهُ
“Ketika salah seorang dari kalian berdoa, jangan ucapkan, ‘Ya Allah, ampuni hamba jika Engkau berkehendak, Ya Allah, rahmati hamba jika Engkau berkehendak,’ hendaklah ia menguatkan tekad dalam permohonannya itu, karena sesungguhnya Allah tiada sesuatu pun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu.” (Muwaththa’ Imam Malik, 28)
5. Memperkuat pengharapan kepada Allah subhanahu wata’ala, jangan mudah putus asa dari rahmat-Nya jika doanya belum kunjung diijabahi.
Jangan pesimis terhadap apa yang engkau minta kepada-Nya, karena segala sesuatu itu ada masanya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
“Doa salah seorang dari kalian akan diijabahi selama tanpa disertai dengan ketergesaan, seperti perkataan, ‘Aku telah berdoa tapi ternyata belum kunjung diijabahi juga.’” (HR. Al-Bukhari)
6. Doakan orang-orang beriman yang lain dalam doamu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۚ
“Dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)
7. Memulai doa dengan mentauhidkan Allah Ta'ala
Sebagaimana yang dilakukan oleh Dzun Nun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ
“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada Ilah selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.’” (QS. Al-Anbiya’: 87)
Dzun Nun (Nabi Yunus mengawali doa dengan tauhid, lalu mengakui kekurangan dan kezaliman diri dengan bertasbih kepada-Nya dengan penuh kesadaran dan keyakinan. Kemudian Allah subhanahu wata’ala menjawab doanya,
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّۗ وَكَذٰلِكَ نُـْۨجِى الْمُؤْمِنِيْنَ
“Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiyā`: 88)
8. Senyembunyikan doa hingga tidak didengar orang lain.
Allah Ta'ala berfirman,
اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً
“Berdoalah kepada Rabbmu dengan rendah hati dan suara yang lembut.” (QS. Al-A’rāf: 55)
9. Ketika berdoa dianjurkan menggunakan kalimat ini: Allahumma inni as-aluka bi asma-ika al-husna, kemudian menyebutkan permintaannya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
قُلِ ادْعُوا اللّٰهَ اَوِ ادْعُوا الرَّحْمٰنَۗ اَيًّا مَّا تَدْعُوْا فَلَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰىۚ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma‘ul husna).’” (QS. Al-Isra’: 110)
10. Jika meminta sesuatu kepada Allah Ta’ala, mintalah yang banyak dan sesering mungkin, angkat telapak tanganmu ketika berdoa.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَأَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيُكْثِرْ، فَإِنَّهُ يَسْأَلُ رَبَّهُ
“Jika seorang dari kalian meminta kepada Allah, mintalah yang banyak. Karena ia sedang meminta kepada Rabbnya.” (HR. Ibnu Hibban No. 889. Hadis shahih)
11. Jangan pernah makan makanan yang haram.
Karena makanan haram yang masuk ke dalam perut menjadikan doa tertolak. Suatu ketika, sahabat Saad bin Abi Waqash pernah meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi was allam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَا سَعْدُ أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ عَمَلَ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، وَأَيُّمَا عَبْدٍ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ وَالرِّبَا فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Wahai Saad, perbaiki makananmu, niscaya doamu menjadi doa mustajab. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sungguh seorang hamba yang memasukkan sesuap makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak amalnya diterima selama empat puluh hari. Dan siapa pun yang dagingnya tumbuh dari bahan harta haram dan riba, maka neraka lebih layak untuk dia tempati.” (HR. Ath-Thabarani No. 6495 dalam kitab Al-Mu’jam al-Ausath, 6/310)
12. Jika ingin meminta sesuatu kepada Allah, mulailah dengan shalawat, lalu ucapkan permintaan, lalu tutup dengan shalawat.
Syariat Islam menganjurkan untuk mengawali doa dengan memuji Allah subhanahu wa ta’ala dan shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu mengakhirinya dengan shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pujian kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata,
إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ، حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Sungguh doa akan tertahan di antara langit dan bumi, tidak akan dapat meninggi hingga engkau mengucapkan shalawat atas Nabimu shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. At-Tirmidzi No. 486. Hadits marfu’ derajatnya hasan)
Imam an-Nawawi rahimahullah menyebutkan,
أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى اسْتِحْبَابِ اِبْتِدَاءِ الدُّعَاءِ بِالْحَمْدِ للهِ تَعَالَى وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ الصَّلَاةِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَذَلِكَ يَخْتِمُ الدُّعَاءَ بِهِمَا، وَالآثَارُ فِيْ هَذَا الْبَابِ كَثِيْرَةٌ مَعْرُوْفَةٌ
“Para ulama berijmak atas dianjurkannya mengawali doa dengan pujian kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kemudian shalawat atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian pula dianjurkan juga ketika menutup doa dengan keduanya. Atsar tentang hal ini ada banyak sekali. (Al-Adzkar, Imam an-Nawawi, 209)
13. Sebelum berdoa, melaksanakan amal saleh seperti sholat, puasa, sedekah, dan semisalnya.
Sebagaimana dalam syariat istisqa’ atau doa meminta hujan; agar diawali dengan sholat, puasa, sedekah dan amal shaleh lainnya, kemudian keluar untuk melaksanakan istisqa’.
Wallahu A'lam
(wid)