Kisah Siti Khadijah di Surat Al-Muzzammil, Selimut Nabi SAW dari Istri Tercinta

Kamis, 05 Agustus 2021 - 14:56 WIB
loading...
Kisah Siti Khadijah di Surat Al-Muzzammil, Selimut Nabi SAW dari Istri Tercinta
Kisah Siti Khadijah di Surat Al-Muzzammil menyingkap tentang cinta dan kesetiaan seorang istri kepada sang suami. Ilustrasi/Ist
A A A
KISAH Siti Khadijah di Surat Al-Muzzammil menyingkap tentang cinta dan kesetiaan seorang istri kepada sang suami. Dalam surat Al-Muzzammil memang tidak menyebut-nyebut nama Siti Khadijah. Tidak pula menceritakan tentang kisah Nabi dan istrinya itu. Namun sejumlah hadist menceritakan tentang kondisi dan situasi saat turunnya Surat Al-Muzzammil itu.



Banyak riwayat yang menghubungkan turunnya Surat Al-Muzzammil ini dengan pertama kali Nabi menerima wahyu, yakni surah Al-‘Alaq 1-5 . Kala itu Nabi pulang dari tahannus di Gua Hira’, Nabi SAW meminta Khadijah untuk menyelimutinya.

Setelah Nabi berkata kepada istrinya “zammiluni!” (selimuti aku), Malaikat Jibril turun menyampaikan wahyu selanjutnya, yaitu surah Al-Muzzammil (ya ayyuhal muzzammil) dan surah Al-Muddatsir (ya ayyuhal muddatsir).

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Muzzammil ayat 1;

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلۡمُزَّمِّلُ

Ya ayyuhal muzzammil.

Artinya:

“Wahai orang yang berselimut (Muhammad).” [ Q.S. Al-Muzzammil (73): 1 ]



Imam al-Bukhari menjelaskan mengenai kejadian pertama kali Rasulullah SAW menerima wahyu di gua Hira. Sebagai seorang manusia, tentu Nabi merasakan rasa takut seperti manusia pada umumnya saat pertama kali merasakan sesuatu hal yang tidak umum terjadi pada manusia.

Aisyah , Ummul Mukminin, berkata, "Mula pertama Rasulullah SAW menerima wahyu adalah berupa mimpi yang benar dalam tidur. Ketika itu beliau tidak melihat mimpinya kecuali datang bagaikan cahaya subuh.

Sejak itu beliau menyepi di Gua Hira untuk beribadah selama bermalam-malam sebelum beliau kembali kepada keluarganya. Untuk itu beliau membawa bekal. Setelah beberapa hari, beliau pulang kepada Khadijah mengambil bekal lagi untuk beberapa malam. Hal itu terus beliau lakukan hingga datang kepada beliau kebenaran (wahyu) ketika beliau sedang berada di dalam Gua Hira."

Pada saat di Gua Hira itu Malaikat Jibril datang dan berkata: 'Bacalah!' Beliau menjawab: 'Aku tidak bisa membaca.' Beliau berkata: 'Lalu malaikat itu memeluk dan mendekapku erat-erat sehingga aku merasa kepayahan.' Lalu ia melepaskanku seraya berkata: 'Bacalah!' Aku menjawab: 'Aku tidak bisa membaca.' Dia memeluk dan mendekapku untuk yang kedua kali hingga aku merasa kepayahan. Kemudian dia melepaskanku sambil berkata: 'Bacalah!' Aku jawab: 'Aku tidak bisa membaca.'

Dia memeluk dan mendekapku untuk ketiga kalinya sehingga aku merasa kepayahan.' Lalu dia melepaskanku dan berkata: 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah.'

Rasulullah SAW pulang membawa ayat tersebut, sementara hati beliau gemetar sekali, hingga beliau masuk ke rumah Khadijah binti Khuwailid ra seraya berkata: 'Selimutilah aku, selimutilah aku.'

Lalu dia menyelimuti suaminya itu sehingga hilang rasa takut beliau. Kemudian beliau menceritakan apa-apa yang telah beliau alami kepada Khadijah seraya berkata: 'Aku sungguh khawatir sekali akan keselamatan diriku.'



Khadijah berkata: 'Jangan begitu, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak bakal mengecewakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau telah menyambung tali persaudaraan, engkau suka memikul beban orang lain, engkau suka memenuhi kebutuhan orang tak punya, engkau suka memuliakan tamu, dan engkau senantiasa membela kebenaran.'"

Kemudian Khadijah mengajak Nabi pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad ibnul Uzza, saudara misan Khadijah. Waraqah bin Naufal telah memeluk agama Nasrani sejak zaman jahiliah. Dia sudah terbiasa menulis dengan tulisan Ibrani, dan cukup banyak menulis dari Injil dengan tulisan Ibrani. Ketika itu dia sudah tua dan buta.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1660 seconds (0.1#10.140)