4 Tingkatan Kekuatan Gaib: Mukjizat, Karamah, Maunah dan istidraj

Kamis, 04 Juli 2024 - 14:55 WIB
loading...
4 Tingkatan Kekuatan...
Mukjizat Nabi Musa antara lain memiliki tongkat yang dapat membelah lautan. Ilustrasi: Ist
A A A
Islam seringkali dimaknai sebagai tradisi Islam yang mencakup tasawuf , tarekat dan kewalian. Tasawuf adalah bentuk mistisisme dalam Islam; tarekat adalah bentuk institusi dari praktik mistisisme; kewalian adalah derajat yang dicapai oleh pelaku mistisisme.

Tasawuf secara etimologis berakar dari kata shuf yang berarti wol putih; orang yang menjalankan tasawuf disebut shufi (sufi).

Jean-Louis Michon dalam "Praktik Spiritual Tasawuf", Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam (Bandung: Mizan, 2003) menjelaskan definisi sufi sebagai dua jenis kemiskinan. Yang pertama, "tidak memiliki apa pun", menunjukkan kemiskinan material.

Kemiskinan di sini hanya berfungsi sebagai sarana untuk mencapai penyucian batin. Yang kedua, "tidak diperbudak oleh apa pun", menunjukkan keharusan menjauhkan diri dari hawa nafsu dan hasrat-hasrat yang dapat membelenggu jiwa dan menghalangi Tuhan untuk "bersemayam" di dalam hati manusia. Tarekat (thariqah) yang berarti jalan, mempunyai dua macam arti.



Pertama, ia berarti pengembaraan mistik pada umumnya, yaitu gabungan seluruh ajaran dan aturan praktik yang diambil dari al-Qur'an , sunah Nabi dan pengalaman guru spiritual. Kedua, tarekat berarti persaudaraan sufi yang biasa dinamai sesuai dengan nama pendirinya.

Demikian dikatakan Helmy Faizi Bahrul Ulumi dalam tesis magister filsafat berjudul "Kedudukan, Dasar-dasar dan Elemen-elemen Magi Orang Banten" menjelaskan keterkaitan antara tarekat dan magi di Banten dapat dilihat jelas dalam tradisi seni pertunjukan Debus dan pembacaan Wawacan Syaikh Abdul Qadir Jailani .

Seni pertunjukan debus terkait dengan ritual dalam tarekat Rifaiyah, dan Wawacan Syekh terkait dengan pujian terhadap pendiri tarekat Qadiriah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

Wali yang biasanya diartikan sebagai "orang kudus", diberi definisi oleh Abu Abdallah As-Salimi sebagai "mereka yang dapat dikenali karena bicara mereka yang elok-elok, tingkah laku yang sopan sopan dan merendahkan diri, murah hati, memperlihatan sedikit saja pertentangan, menerima permintaan maaf dari siapa saja yang meminta maaf kepadanya, halus budi terhadap segala ciptaan yang baik maupun yang jelek."



Menurut Schimmel, apa yang didefinisikan oleh As-Salimi itu lebih disebut wilqy at amma (kekudusan umum). Selain itu wilqyat amma biasanya dibedakan dengan wilqyat khassa (kekudusan khusus), yaitu para ahli mistik yang sudah maju yang menjadi hilang dalam Tuhan dan berada melalui Dia, dan wali ialah yang sudah hilang dalam Tuhan dan hidup dalam Dia.

Sementara Timidhi membedakan wali menjadi dua tipe, yaitu wali sidq Allah yaitu pencapaian kewalian melalui pelaksanaan yang tekun dan setia dari setiap perincian dari syari'at dan tariqat. Kedua, wali minnat Allah yaitu pencapaian wali karena rahmat Alah melalui tindakan kasih.

Artinya, yang pertama adalah hasil usaha pencapaian yang dilakukan manusia sedangkan yang kedua lebih dikarenakan oleh anugerah langsung dari Tuhan.

Pada diri seorang wali muncul kekuatan luar biasa dalam bentuknya yang beragam. Beberapa keajaiban yang dimiliki wali yang paling populer adalah seperti kardiognosia (membaca batin), buriz (eksteriosisasi), yakni kemampuan hadir di beberapa tempat pada saat yang sama, menghilang dari pandangan, tayy al makan (berada dalam keadaan mengatasi pembatasan ruang), menjelma dalam bentuk apa pun yang diinginkan, menyembuhkan orang yang sakit, mendapatkan makanan dan minuman secara tiba-tiba dan berjalan di atas air. Keajaiban-keajaiban para wali ini disebut karamah (keramat).



Menurut Haji Bsy dan Kiyai Mhn, sebagaimana dikutip Helmy, ada empat macam dan tingkatan kekuatan luar biasa itu, yaitu mukjizat (yang keluar dari para Nabi dan Rasul), karomat (yang keluar dari para wali), maunat (yang keluar dari ulama dan orang biasa), dan istidraj (ilmu hitam atau sihir).

Hanya tiga yang pertama yang dianggap tidak bertentangan dengan doktrin Islam. Kesucian wali dan karomah yang dimilikinya berimplikasi pada pengkultusan yang dilakukan oleh murid-muridnya maupun masyarakat umum.

Pengkultusan itu bahkan sampai pada taraf berlebih-lebihan. Kultus itu biasanya terdapat dalam hagiografi-manaqib, wawacan atau kisah orang suci-maupun cerita rakyat.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2645 seconds (0.1#10.140)