Khutbah Jum'at: Membangun Keluarga yang Islami, Menggapai Ridha Ilahi
loading...
A
A
A
Berikut adalah materi khutbah Jumat yang mengingatkan kepada kaum muslimin agar senantiasa berupaya membangun keluarga yang islami. Sebuah keluarga yang di dalamnya terjalin kuat hubungan suami istri serta jauh dari perselisihan dan perpecahan.
Khutbah 1
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Pada kesempatan mulia ini, mari kita senantiasa menguatkan tekad dan terus berupaya untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan hal ini mudah-mudahan kita termasuk golongan mukminin dan muttaqin yang dikasihi oleh Allah SWT.
Keimanan, khususnya ketakwaan sendiri, merupakan pembeda antara orang biasa dengan orang yang dimuliakan oleh Allah swt, sebagaimana termaktub dalam dalam Al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13 :
Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Sejarah membuktikan, peradaban Islam meletakkan keluarga sebagai fondasi bagi tegaknya peradaban. Ini setidaknya, begitu tergambar dari keteladanan yang dicontohkan Rasulullah SAW. Rasulullah adalah contoh sebaik-baik kepala keluarga yang benar-benar mempertahankan rumah tangga dan peduli terhadap anak dan istri.
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan aku adalah yang terbaik di antara kamu kepada keluargaku“ (HR At-Tirmidzi)
Ada banyak faktor yang menjadi penopang tegaknya keluarga islami, yang di dalamnya terjalin kuat hubungan suami istri serta jauh dari perselisihan dan perpecahan.
Pertama, iman dan taqwa kepada Allah Ta’ala. Faktor ini terpenting yaitu berpegang teguh kepada tali keimanan: iman kepada Allah dan Hari Akhir, takut kepada Dzat Yang memerhatikan segala yang tersembunyi serta senantiasa bertakwa dan bermuraqabah (merasa terawasi oleh Allah) lalu menjauh dari kezaliman dan kekeliruan di dalam mencari kebenaran.
Allah SWT berfirman:
Khutbah 1
اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ. أَمَّا بَعْدُ
فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ اِذَا
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Pada kesempatan mulia ini, mari kita senantiasa menguatkan tekad dan terus berupaya untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan hal ini mudah-mudahan kita termasuk golongan mukminin dan muttaqin yang dikasihi oleh Allah SWT.
Keimanan, khususnya ketakwaan sendiri, merupakan pembeda antara orang biasa dengan orang yang dimuliakan oleh Allah swt, sebagaimana termaktub dalam dalam Al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13 :
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Sejarah membuktikan, peradaban Islam meletakkan keluarga sebagai fondasi bagi tegaknya peradaban. Ini setidaknya, begitu tergambar dari keteladanan yang dicontohkan Rasulullah SAW. Rasulullah adalah contoh sebaik-baik kepala keluarga yang benar-benar mempertahankan rumah tangga dan peduli terhadap anak dan istri.
Rasulullah SAW juga bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُ كُمْ لأَهْلِهِ وَ أَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِيْ
“Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan aku adalah yang terbaik di antara kamu kepada keluargaku“ (HR At-Tirmidzi)
Ada banyak faktor yang menjadi penopang tegaknya keluarga islami, yang di dalamnya terjalin kuat hubungan suami istri serta jauh dari perselisihan dan perpecahan.
Pertama, iman dan taqwa kepada Allah Ta’ala. Faktor ini terpenting yaitu berpegang teguh kepada tali keimanan: iman kepada Allah dan Hari Akhir, takut kepada Dzat Yang memerhatikan segala yang tersembunyi serta senantiasa bertakwa dan bermuraqabah (merasa terawasi oleh Allah) lalu menjauh dari kezaliman dan kekeliruan di dalam mencari kebenaran.
Allah SWT berfirman: