Hudzaifah bin al-Yaman (2): Pilih Belajar tentang Kejahatan Ketimbang Kebaikan
loading...
A
A
A
Hudzaifah bin al-Yaman terus mendalami ajaran Islam dengan didikan Rasulullah SAW , sampai pada akhirnya dia mencapai sebuah kesimpulan bahwa bagi siapapun yang ingin mengetahui tentang kebaikan, hal itu akan tampak jelas dan gamblang.
Sebaliknya, keburukan adalah sesuatu yang gelap dan samar-samar, oleh karena itu, orang berilmu mesti mempelajari sumber-sumber kejahatan beserta kemungkinan-kemungkinannya.
Hudzaifah terus-menerus mempelajari kejahatan beserta para pelakunya, juga kemunafikan beserta orang-orang munafik.
Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya berjudulKarakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah,memaparan bahwa Hudzaifah berkisah:
Orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kebaikan, tetapi aku bertanya kepadanya tentang kejahatan, karena khawatir terlibat di dalamnya.
Pernah aku bertanya, "Wahai Rasulullah, dulu kita berada dalam kejahiliyahan dan diliputi kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini, apakah di balik kebaikan ini ada kejahatan?"
"Ada," ujarnya.
"Kemudian apakah setelah kejahatan ada lagi kebaikan?" tanyaku lagi.
"Memang, tetapi kabur dan bahaya."
"Apa bahaya itu?"
"Yaitu segolongan umat (yang) mengikuti sunah (tetapi) bukan sunahku, dan mengikuti petunjuk (tetapi) bukan petunjukku."
"Kemudian setelah kebaikan tersebut masihkah ada lagi kejahatan?" tanyaku lagi.
"Masih," ujar Nabi, "Yakni para tukang seru di pintu neraka. Barang siapa menyambut seruan mereka, akan mereka lemparkan ke dalam neraka."
Lalu kutanyakan kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, apa yang harus aku perbuat bila aku menghadapi hal demikian?"
"Senantiasa mengikuti jamaah kaum Muslimin dan pemimpin mereka," jawab Rasulullah.
"Bagaimana jika mereka tidak memiliki jamaah dan tidak juga pemimpin?"
"Hendaklah engkau tinggalkan golongan itu semua, walaupun engkau akan tinggal di rumpun kayu sampai engkau menemui ajal dalam keaadaan demikian..."
Hasil Penelitian
Berbekal petunjuk dari Rasulullah, Hudzaifah lalu terus menjalani kehidupannya dengan mata terbuka dan hati yang waspada terhadap sumber-sumber fitnah dan seluk beluknya, demi menjaga dirinya sendiri dan memberi peringatan kepada yang lainnya tentang bahaya fitnah.
Sebaliknya, keburukan adalah sesuatu yang gelap dan samar-samar, oleh karena itu, orang berilmu mesti mempelajari sumber-sumber kejahatan beserta kemungkinan-kemungkinannya.
Hudzaifah terus-menerus mempelajari kejahatan beserta para pelakunya, juga kemunafikan beserta orang-orang munafik.
Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya berjudulKarakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah,memaparan bahwa Hudzaifah berkisah:
Orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kebaikan, tetapi aku bertanya kepadanya tentang kejahatan, karena khawatir terlibat di dalamnya.
Pernah aku bertanya, "Wahai Rasulullah, dulu kita berada dalam kejahiliyahan dan diliputi kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini, apakah di balik kebaikan ini ada kejahatan?"
"Ada," ujarnya.
"Kemudian apakah setelah kejahatan ada lagi kebaikan?" tanyaku lagi.
"Memang, tetapi kabur dan bahaya."
"Apa bahaya itu?"
"Yaitu segolongan umat (yang) mengikuti sunah (tetapi) bukan sunahku, dan mengikuti petunjuk (tetapi) bukan petunjukku."
"Kemudian setelah kebaikan tersebut masihkah ada lagi kejahatan?" tanyaku lagi.
"Masih," ujar Nabi, "Yakni para tukang seru di pintu neraka. Barang siapa menyambut seruan mereka, akan mereka lemparkan ke dalam neraka."
Lalu kutanyakan kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, apa yang harus aku perbuat bila aku menghadapi hal demikian?"
"Senantiasa mengikuti jamaah kaum Muslimin dan pemimpin mereka," jawab Rasulullah.
"Bagaimana jika mereka tidak memiliki jamaah dan tidak juga pemimpin?"
"Hendaklah engkau tinggalkan golongan itu semua, walaupun engkau akan tinggal di rumpun kayu sampai engkau menemui ajal dalam keaadaan demikian..."
Hasil Penelitian
Berbekal petunjuk dari Rasulullah, Hudzaifah lalu terus menjalani kehidupannya dengan mata terbuka dan hati yang waspada terhadap sumber-sumber fitnah dan seluk beluknya, demi menjaga dirinya sendiri dan memberi peringatan kepada yang lainnya tentang bahaya fitnah.