Muhammad Ali Pasha (4-Habis): Buta Huruf Peletak Dasar Mesir Modern
loading...
A
A
A
Muhammad Ali Pasha tak pernah sekolah, maka ia buta huruf. Pekerjaan ayahnya penjual rokok eceran. Ia adalah orang yang pertama kali meletakkan landasan kebangkitan modern di Mesir .
HM Yusran Asmuni dalam bukunya berjudul Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam mengatakan Muhammad Ali Pasha adalah seorang yang buta huruf, namun dengan kecerdasan, keuletan, dan keberaniannya, ia dapat menguasai umat Islam.
"Ia adalah seorang yang ambisius, hal ini tampak dari segala bentuk pembaruan yang dilaksanakannya untuk kemajuan umat Islam itu sendiri," katanya.
Keturunan Turki
Muhammad Ali Pasha adalah keturunan Turki. Ia lahir pada bulan Januari 1765 M, di Kawalla, sebuah kota yang terletak di bagian utara Yunani, dan meninggal di Mesir pada tahun 1849.
Kawalla menjadi bagian Turki Utsmani sejak ditaklukkan Sultan Muhammad II al-Fatih pada tahun 857 H/1453 M dan baru dapat melepaskan diri dari kekuasaan Istanbul pada tahun 1245/1829 M.
Ayah Muhammad Ali Pasha bernama Ibrahim Agha, seorang imigran Turki, kelahiran Yunani. Ia mempunyai 17 orang anak, termasuk Muhammad Ali Pasha. Pekerjaan sang ayah penjual rokok, juga sebagai kepala penjaga pada sebuah kota di daerahnya.
Harun Nasution dalam bukunya berjudul Pembaharuan Dalam Islam menyebut Muhammad Ali Pasha adalah seorang buta huruf. "Ia tidak memperoleh kesempatan untuk menempuh ilmu di sekolah, maka ia tidak pandai membaca dan menulis," ujarnya.
Hal ini dikarenakan ia harus bekerja keras untuk keperluan hidupnya.
Ketika menginjak usia dewasa, Muhammad Ali Pasha bekerja sebagai pemungut pajak. Karena keuletan dan rajin bekerja, akhirnya ia menjadi menantu kesayangan seorang gubernur Utsmani setempat.
Sejak saat itu pula bintangnya moncer. Pangkatnya naik. Ia kemudian masuk dalam dinas militer dan dalam lapangan ini juga sangat terlihat kecakapan dan kesanggupan ia dalam menjalankan tugas. Akhirnya ia diangkat menjadi seorang perwira.
Termotivasi Napoleon
Pada awal kehadiran Muhammad Ali Pasha di Mesir, hubungannya berjalan dengan mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya.
Hampir setiap masalah yang muncul dapat diselesaikan. Ia dikenal sebagai perwira yang luwes dan mempunyai wawasan masa depan. Tetapi ketika ia mulai menerapkan ide-idenya, maka mulailah muncul tantangan dari penduduk Mesir terutama dari kaum ulama.
Hanya saja, karena kearifannya, Muhammad Ali Pasha dapat meredam setiap reaksi yang muncul. Dalam waktu singkat ia dapat mewujudkan program pembaruannya dalam berbagai bidang antara lain bidang militer, ekonomi, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.
Philip K. Hitti dalam bukunya berjudul History Of The Arabs, memaparkan bahwa lahirnya keinginan Muhammad Ali Pasha untuk memajukan peradaban modern termotifasi dari unsur-unsur dan hal-hal baru yang dibawa oleh Napoleon Bonaparte, ketika ia memimpin ekspedisi di daerah-daerah kekuasaan pemerintahan yang dibangun oleh umat Islam.
Muhammad Ali Pasha menganggap kunci utama untuk menciptakan langgengnya kekuasaan adalah mengubah sistim
militer.
Kemudian Muhammad Ali Pasha mengundang seorang kolonel Prancis, bernama Seve, yang memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sulayman Pasha. Ia ditugaskan untuk melatih dan memodernisasikan angkatan bersenjata di Mesir.
Untuk mendukung kekuatan militer maka dibutuhkan dana yang sangat banyak untuk keperluan bala tentara, maka semua itu harus ditunjang dengan sistim ekonomi.
Kemudian ia pun terdorong untuk mempelajari ilmu ekonomi yang telah berkembang di Eropa.
Tidak hanya militer dan perekonomian saja yang diperhatikan oleh Muhammad Ali Pasha, tetapi ia juga mengupayakan pengetahuan mengenai administrasi negara. Ini ditunjukkannya dengan mendirikan beberapa lembaga yang terkait dengan sekolah-sekolah modern, seperti: Kementerian Pendidikan pada tahun 1815 M, yang sebelumnya tidak dikenal.
Lalu sekolah militer pada tahun 1815 M. Pembentukan sekolah ini untuk memperkuat kekuasaannya di Mesir. sekolah teknik (1816 M) ini didirikan agar rakyat Mesir dapat memproduksi persenjataan, dan keahlian dalam berperang.
Selanjutnya sekolah kedokteran (1827 M), sekolah apoteker (1829 M), sekolah pertambangan (1834 M), sekolah
pertanian (1836 M), dan sekolah penerjemahan (1836 M).
Sementara itu, untuk tenaga pengajarnya Muhammad Ali Pasha mengambil guru dari Eropa terutama Prancis, Inggris dan Italia.
Sedangkan untuk mengetahui ilmu pengetahuan Barat, Muhammad Ali Pasha mengirimkan beberapa pelajar ke luar negeri. Pada tahun 1813 M sampai 1849 M, Muhammad Ali Pasya mengirim 311 orang mahasiswa yang belajar di Italia, Prancis, Inggris, Austria atas biaya pemerintah.
Begitu pula dengan para cerdik pandai yang dipimpin oleh Rifa’ah AtTahtawi. Berbagai ilmu pengetahuan dipelajari mereka, seperti ilmu politik, filsafat dan beberapa ilmu sosial lainnya.
Selain itu, ia juga mengadakan pembaruan dalam bidang administrasi dan birokrasi yang dianggap sangat penting pengaruhnya bagi masyarakat Mesir, karena dikelompokkan dalam suatu pola budaya, tipe, dan organisasi.
Sedangkan dalam bidang pertanian, Muhammad Ali Pasha menyuplai para petani dengan bibit-bibit pertanian, alat-alat pertanian dan pupuk untuk dikembangkan oleh para petani.
Hasil pertanian kemudian diperdagangkan dengan keuntungan yang banyak. Adapun berbagai pabrik yang didirikannya, seperti pabrik besi, pabrik gula, pabrik kertas, pabrik sabun dan pabrik kaca.
Dengan beberapa pembaruan yang dilaksanakan oleh Muhammad Ali Pasha di Mesir yang telah banyak membawa kemajuan di berbagai bidang.
Meskipun mungkin usahanya itu belum mampu menandingi kejayaan bangsa Eropa di kala itu, setidaknya ia telah menunjukkan prestasi yang gemilang terhadap pembaruan di Mesir.
HM Yusran Asmuni dalam bukunya berjudul Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam mengatakan Muhammad Ali Pasha adalah seorang yang buta huruf, namun dengan kecerdasan, keuletan, dan keberaniannya, ia dapat menguasai umat Islam.
"Ia adalah seorang yang ambisius, hal ini tampak dari segala bentuk pembaruan yang dilaksanakannya untuk kemajuan umat Islam itu sendiri," katanya.
Keturunan Turki
Muhammad Ali Pasha adalah keturunan Turki. Ia lahir pada bulan Januari 1765 M, di Kawalla, sebuah kota yang terletak di bagian utara Yunani, dan meninggal di Mesir pada tahun 1849.
Kawalla menjadi bagian Turki Utsmani sejak ditaklukkan Sultan Muhammad II al-Fatih pada tahun 857 H/1453 M dan baru dapat melepaskan diri dari kekuasaan Istanbul pada tahun 1245/1829 M.
Ayah Muhammad Ali Pasha bernama Ibrahim Agha, seorang imigran Turki, kelahiran Yunani. Ia mempunyai 17 orang anak, termasuk Muhammad Ali Pasha. Pekerjaan sang ayah penjual rokok, juga sebagai kepala penjaga pada sebuah kota di daerahnya.
Harun Nasution dalam bukunya berjudul Pembaharuan Dalam Islam menyebut Muhammad Ali Pasha adalah seorang buta huruf. "Ia tidak memperoleh kesempatan untuk menempuh ilmu di sekolah, maka ia tidak pandai membaca dan menulis," ujarnya.
Hal ini dikarenakan ia harus bekerja keras untuk keperluan hidupnya.
Ketika menginjak usia dewasa, Muhammad Ali Pasha bekerja sebagai pemungut pajak. Karena keuletan dan rajin bekerja, akhirnya ia menjadi menantu kesayangan seorang gubernur Utsmani setempat.
Sejak saat itu pula bintangnya moncer. Pangkatnya naik. Ia kemudian masuk dalam dinas militer dan dalam lapangan ini juga sangat terlihat kecakapan dan kesanggupan ia dalam menjalankan tugas. Akhirnya ia diangkat menjadi seorang perwira.
Termotivasi Napoleon
Pada awal kehadiran Muhammad Ali Pasha di Mesir, hubungannya berjalan dengan mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya.
Hampir setiap masalah yang muncul dapat diselesaikan. Ia dikenal sebagai perwira yang luwes dan mempunyai wawasan masa depan. Tetapi ketika ia mulai menerapkan ide-idenya, maka mulailah muncul tantangan dari penduduk Mesir terutama dari kaum ulama.
Hanya saja, karena kearifannya, Muhammad Ali Pasha dapat meredam setiap reaksi yang muncul. Dalam waktu singkat ia dapat mewujudkan program pembaruannya dalam berbagai bidang antara lain bidang militer, ekonomi, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.
Philip K. Hitti dalam bukunya berjudul History Of The Arabs, memaparkan bahwa lahirnya keinginan Muhammad Ali Pasha untuk memajukan peradaban modern termotifasi dari unsur-unsur dan hal-hal baru yang dibawa oleh Napoleon Bonaparte, ketika ia memimpin ekspedisi di daerah-daerah kekuasaan pemerintahan yang dibangun oleh umat Islam.
Muhammad Ali Pasha menganggap kunci utama untuk menciptakan langgengnya kekuasaan adalah mengubah sistim
militer.
Kemudian Muhammad Ali Pasha mengundang seorang kolonel Prancis, bernama Seve, yang memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sulayman Pasha. Ia ditugaskan untuk melatih dan memodernisasikan angkatan bersenjata di Mesir.
Untuk mendukung kekuatan militer maka dibutuhkan dana yang sangat banyak untuk keperluan bala tentara, maka semua itu harus ditunjang dengan sistim ekonomi.
Kemudian ia pun terdorong untuk mempelajari ilmu ekonomi yang telah berkembang di Eropa.
Tidak hanya militer dan perekonomian saja yang diperhatikan oleh Muhammad Ali Pasha, tetapi ia juga mengupayakan pengetahuan mengenai administrasi negara. Ini ditunjukkannya dengan mendirikan beberapa lembaga yang terkait dengan sekolah-sekolah modern, seperti: Kementerian Pendidikan pada tahun 1815 M, yang sebelumnya tidak dikenal.
Lalu sekolah militer pada tahun 1815 M. Pembentukan sekolah ini untuk memperkuat kekuasaannya di Mesir. sekolah teknik (1816 M) ini didirikan agar rakyat Mesir dapat memproduksi persenjataan, dan keahlian dalam berperang.
Selanjutnya sekolah kedokteran (1827 M), sekolah apoteker (1829 M), sekolah pertambangan (1834 M), sekolah
pertanian (1836 M), dan sekolah penerjemahan (1836 M).
Sementara itu, untuk tenaga pengajarnya Muhammad Ali Pasha mengambil guru dari Eropa terutama Prancis, Inggris dan Italia.
Sedangkan untuk mengetahui ilmu pengetahuan Barat, Muhammad Ali Pasha mengirimkan beberapa pelajar ke luar negeri. Pada tahun 1813 M sampai 1849 M, Muhammad Ali Pasya mengirim 311 orang mahasiswa yang belajar di Italia, Prancis, Inggris, Austria atas biaya pemerintah.
Begitu pula dengan para cerdik pandai yang dipimpin oleh Rifa’ah AtTahtawi. Berbagai ilmu pengetahuan dipelajari mereka, seperti ilmu politik, filsafat dan beberapa ilmu sosial lainnya.
Selain itu, ia juga mengadakan pembaruan dalam bidang administrasi dan birokrasi yang dianggap sangat penting pengaruhnya bagi masyarakat Mesir, karena dikelompokkan dalam suatu pola budaya, tipe, dan organisasi.
Sedangkan dalam bidang pertanian, Muhammad Ali Pasha menyuplai para petani dengan bibit-bibit pertanian, alat-alat pertanian dan pupuk untuk dikembangkan oleh para petani.
Hasil pertanian kemudian diperdagangkan dengan keuntungan yang banyak. Adapun berbagai pabrik yang didirikannya, seperti pabrik besi, pabrik gula, pabrik kertas, pabrik sabun dan pabrik kaca.
Dengan beberapa pembaruan yang dilaksanakan oleh Muhammad Ali Pasha di Mesir yang telah banyak membawa kemajuan di berbagai bidang.
Meskipun mungkin usahanya itu belum mampu menandingi kejayaan bangsa Eropa di kala itu, setidaknya ia telah menunjukkan prestasi yang gemilang terhadap pembaruan di Mesir.
(mhy)