Mush'ab Bin Umair, Sahabat Nabi Paling Ganteng dan Duta Islam Pertama (1)

Minggu, 07 Juni 2020 - 08:26 WIB
loading...
Mushab Bin Umair, Sahabat Nabi Paling Ganteng dan Duta Islam Pertama (1)
Kisah Musab bin Umair radhiyallahuanhu bisa dijadikan teladan bagi mereka yang ingin mencari ridha Allah Taala. Foto ilustrasi/Dok dakwah.kamikamu.net
A A A
Mush'ab bin Umair radhiyallahu'anhu, salah satu sahabat Nabi yang memiliki kisah mengagumkan. Beliau rela meninggalkan kesenangan duniawi dan memilih hidup sengsara demi cintanya kepada Allah Ta'ala dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Mush'ab bin Umair adalah seorang remaja Quraisy terkemuka. Beliau dikaruniai wajah rupawan dan paling ganteng di antara para remaja di Makkah kala itu. Para ahli riwayat melukiskan semangat kepemudaannya dengan kalimat: "Seorang warga Makkah yang mempunyai nama paling harum. Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Mungkin tak seorang pun di antara anak-anak muda Makkah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya demikian rupa sebagai yang dialami Mush'ab bin Umair ".

Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah menjadi buah-bibir gadis-gadis Makkah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan. Mush'ab bin Umair adalah salah satu di antara pribadi-pribadi Muslimin yang ditempa oleh Islam dan dididik langsung oleh Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam. Kisah hidupnya menjadi kebanggaan dan tidak dilupakan dalam sejarah Islam.(Baca Juga: Kisah Mush'ab bin 'Umair, Sahabat Nabi yang Dicintai)

Suatu hari anak muda ini mendengar berita yang tersebar luas di kalangan warga Makkah mengenai Muhammad al-Amin . Muhammad shallallahu 'laihi wa sallam mengatakan bahwa dirinya telah diutus Allah Ta'ala sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagai da'i yang mengajak manusia menyembah Allah Yang Maha Esa.

Semua penduduk Mekah terpusat pada sosok baginda Nabi dan agama yang dibawanya. Maka anak muda yang ganteng ini paling banyak mendengar berita itu. Di usianya masih belia, ia selalu menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan. enampilannya yang tampan dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan Ibnu Umair.

Mush'ab mendengar bahwa Rasulullah bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang jauh dari gangguan kaum musyrikin Quraisy di bukit Shafa, yaitu di rumah Arqam bin Abil Arqam. Keraguannya tidak berjalan lama, hanya menunggu sebentar, pada suatu senja ia pergi menuju rumah Arqam menyertai rombongan itu.

Di rumah itu, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabat setianya, tempat mengajarkannya ayat-ayat Al-Qur'an dan mengajarkan salat. Ketika Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat Al-Qur'an mulai bergema dari lisan Rasulullah yang mulia. Di senja itu Mush'ab pun terpesona oleh untaian kalimat indah Rasulullah yang tepat mengenai kalbunya.

Hampir saja anak muda itu terangkat dari tempat duduknya karena rasa haru, dan serasa terbang karena gembira. Tetapi Rasulullah mengulurkan tangannya yangpenuh berkah dan kasih sayang dan mengurut dada pemuda yang sedang panas bergejolak. Hingga tiba-tiba menjadi sebuah lubuk hati yang tenang dan damai,tak obah bagai lautan yang teduh dan dalam.(Baca Juga: Pesan Nabi, Teladanilah Dua Orang Ini Sepeninggalku)

Pemuda yang telah Islam itu nampak telah memiliki ilmu dan hikmah yang luas berlipat ganda dari ukuran usianya. Ia mempunyai kepekatan hati yang mampu merubah jalansejarah. Tetapi di Kota Makkah tidak ada rahasia yang tersembunyi. Mata kaum Quraisy berkeliaran di mana-mana mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak.

Kebetulan seorang yang bernama Usman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula iasalat seperti Nabi Muhammad SAW . Secepatkilat ia melaporkan kejadian itu kepada ibu Mush'ab. Berdirilah Mush'ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Makkah di rumahnya. Dengan hati yang yakin, Mush'ab membacakan ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan Rasulullah SAW . Ketika sang ibu hendak membungkam mulut puteranya dengan tamparan keras,tiba-tiba tangan yang terulur itu jatuh terkulai.

Karena jiwa keibuannya, ibunda Mush'ab terhindar memukul dan menyakiti puteranya, tetapi tak dapat menahan diri dari tuntutan bela berhala-berhalanyadengan jalan lain. Akhirnya Mush'ab dibawa ke suatu tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakan.

Mush'ab pun terkurung di ruang yang tertutup hingga suatu hari ia mendengar kaum muslimin hendak hijrah ke Habsyi (Ethopia). Ia pun mencari cara dan muslihat danakhirnya berhasil mengelabui ibu dan penjaganya, lalu pergi ke Habsyi menyelamatkan diri. Ia tinggal di sanabersama saudara-saudara kaum Muhajirin, lalu pulang ke Makkah. (Baca Juga: Berapakah Jumlah Sahabat Nabi Muhammad SAW?)

Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para sahabat atas pesan Rasulullah karena taat kepadanya. Baik di Habsyi ataupun di Makkah, ujian dan penderitaan yang harus dilalui Mush'ab di tiap saat kian meningkat. la telah selesai dan berhasil menempa kehidupannya seperti yang dicontohkan Baginda Nabi. Ia merasa puas bahwa kehidupannya telah layak untuk dipersembahkan kepada Allah Yang Maha Tinggi.

Pada suatu hari ia tampil di hadapan beberapa kaum muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah SAW . Demi memandang Mush'ab , mereka sama menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang yang penuh dengan tambalan. Padahal belum hilang dari ingatan mereka, pakaiannyasebelum masuk Islam tak obahnya bagaikan kembang di taman, berwarna warni dan menghamburkan bau yang
harum.

Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh cinta dan rasa syukur dalam hati. Pada kedua bibirnya tersungging senyuman mulia, seraya bersabda: "Dahulu saya lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudianditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya".

Semenjak ibunya putus asa untuk mengembalikan Mush'ab kepada agama yang lama, ia telah menghentikan segalapemberian yang biasa dilimpahkan kepadanya, Bahkan ia tak sudi nasinya dimakan orang yang telah mengingkariberhala dan patut beroleh kutukan daripadanya, walau anak kandungnya sendiri.(Baca Juga: Penghulu Wanita di Surga, Sayyidah Fatimah Wafat di Bulan Ramadhan?)

Akhir pertemuan Mush'ab dengan ibunya, ketika ibunya hendak mencoba mengurungnya lagi sewaktu ia pulang dari Habsyi. Ia pun bersumpah dan menyatakan tekadnya untuk membunuh orang-orang suruhan ibunya jika rencana itu dilakukan. Karena sang ibu mengetahui kebulatan tekad puteranya yang telah mengambil satu keputusan, tak ada jalan lain baginya kecuali melepasnya dengan cucuran air mata, sementara Mush'ab mengucapkan selamat berpisah dengan deraian air mata.

Perpisahan itu menggambarkan kepada kita kegigihan luar biasa dalam kekafiran ibunya, sebaliknya keteguhan hati sang anak mempertahankan keimanannya. Ketika sang ibu mengusirnya dari rumah sambil berkata: "Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan ibumu lagi". Maka Mush'ab pun menghampiri ibunya sambil berujar lembut: "Wahai bunda! Aku telah sampaikan nasihat kepada ibu, danaku menaruh kasihan kepada ibu. Karena itu saksikanlah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya".

Namun, ibunya murka dan menyahut: "Demi bintang! Sekali-kali aku takkan masuk ke dalam agamamu itu. Otakku bisa jadi rusak, dan buah pikiranku takkan diindahkan orang lagi".

Demikian Mush'ab meninggalkan kemewahan dan kesenangan yang dialaminya selama itu, dan memilih hidup miskin dan sengsara. Pemuda ganteng itu kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang kasar dan usang. Sehari makan dan beberapa hari menderita kelaparan. Akan tetapi jiwanya telah dihiasi dengan iman dan akidah suci. Alah Ta'ala telah merubah dirinya menjadiseorang manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani.(Baca Juga: Karomah Abu Bakar Shiddiq yang Tidak Diketahui Banyak Orang)

(bersambung)
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1647 seconds (0.1#10.140)