Pertikaian dan Perang Saudara Biang Keruntuhan Dinasti Saud II

Kamis, 25 November 2021 - 10:53 WIB
loading...
A A A
Pada saat Faisal bin Turki wafat, klan Rashid justru naik pamornya dan menjadi salah satu kekuatan yang disegani di kawasan.

Pada saat Abdullah mengalami konflik dengan adiknya, Saud, ia memohon bantuan pada Ottoman, yang kemudian mengutus Muhammad ibn Rashid untuk memenuhi permohonan Abdullah.

Awalnya, Muhammad ibn Rashid berusaha menjaga jarak dari konflik internal keluarga Saud. Namun sejak diperintahkan oleh Ottoman, dan atas permohonan Abdullah, maka ia memutuskan untuk masuk dalam konflik keluarga tersebut.

Tapi sejarah kemudian menuliskan, bahwa Muhammad ibn Rashid justru berbalik mengkhianati kepercayaan ini.

Setelah berhasil menundukkan kekuatan dinasti Saud, ia kemudian menguasai Riyadh dan menyandera Abdullah di Ha’il, serta memaksanya tunduk pada klan Rashid.

Di sisi lain, Muhammad ibn Rashid juga menyatakan merdeka dari kekuasaan Ottoman. Atas kondisi ini, Abdullah akhirnya menyetujui keinginan Muhammad ibn Rashid dan menjadi gubernur dinasti Rashid di Riyadh pada 1889.

Pada tahun yang sama Abdullah wafat dengan membawa segudang kekecewaan dan jejak kekalahan.



Abdurrahman bin Faishal

Sisa kekuatan dinasti Saud kemudian berpindah tangan ke adiknya, Abdurrahman bin Faishal. Ia menggantikan kedudukan kakaknya sebagai gubernur dinasti Rashid di Riyadh.

Tugas berat menantinya. Untuk membangun kembali klan Saud, ia juga harus terlebih dahulu melepaskan diri dari belenggu kekuasaan dinasti Rashid.

Dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, ia secara perlahan melakukan perlawanan kepada dinasti Rashid, dan menyatakan memisahkan diri dari kekuasaan Rashid. Atas pembangkangan ini, Muhammad bin Rashid tidak mentolerir. Ia mengerahkan pasukan untuk merebut Riyadh.

Pada tahun 1891 pertempuran Al-Mulayah pecah antara sisa kekuatan dinasti Saud dengan kekuatan dinasti Rashid yang sedang berada di puncak supremasinya.

Pertempuran ini bisa dikatakan sebagai pertempuran penghabisan. Hampir seluruh sisa kekuatan dinasti Saud dikerahkan untuk mempertahankan Riyadh. Dan pada saat mereka mengalami kekalahan, maka kekuatan Dinasti Saud II mengalami kehancuran sangat parah.



Abdul Aziz al-Saud

Abdurrahman pun melarikan diri bersama sebagain kecil keluarganya yang tersisa ke Bahrain untuk memohon perlindungan. Selanjutnya, pada tahun 1308 H/1890 M berpindah ke Kuwait. Di tempat ini mereka berada di bawah perlindungan klan Al-Sabah, penguasa Kuwait waktu itu.

Usia Abdul Aziz bin Abdurrahman al-Saud ketika dibawa pindah oleh ayahnya baru 12 tahun. Dialah, dalam usia 24 tahun (1902) mengadu untung dengan 40 orang pengiringnya, menyelinap secara gerilya, datang kembali ke Riyadh dan merebut kota itu kembali dari tangan musuhnya.

Abdul Aziz al-Saud pembangun Kerajaan Saudi kembali di awal abad kedua puluh. Selain merebut Riyadh ia mengalahkan dinasti Rashid, menguasai Makkah, Madinah dan hampir seluruh semenanjung Arabia. Wilayah kekuasaannya inilah yang kini kita kenal dengan Saudi Arabia.

Buya Hamka menulis setelah duduk menjadi Imam Besar Kerajaan yang didirikannya sendiri dengan pedangnya dan buah kurma --lambang negerinya sekarang-- 50 tahun lamanya Abdul Aziz “Thawil ul-umur” (Si Panjang Umur) pun mangkat tahun 1953.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2428 seconds (0.1#10.140)