Azab Kaum Nabi Luth, Peringatan bagi Perilaku Liwath
loading...
A
A
A
Azab kaum Nabi Luth terjadi akibat perilaku seks menyimpang dan menolak dakwah Nabi Luth. "Maka, tatkala datang azab Kami, Kami balikkan (kota itu), dan Kami turunkan di atasnya hujan batu, (seperti) tanah liat dibakar bertubi-tubi. Diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim." ( QS Hud : 82-83 )
Wilayah yang terkena azab ini bernama al-Mutafikah, yang di dalamnya terdapat lima kota, yaitu Sabah, Sarah, Amarah, Duma, dan Sodom.
Al-Tabari dalam kitabnya berjudul Tarikh al-Rusul wa al-Muluk menyebutkan, bahwa Sodom kini terletak di Yordania.
Sementara itu, Ibnu Katsir dalam kitabnya berjudul Qisas Al-Anbiya menyebut dengan lebih detail. Menurut dia, lokasinya berada di pantai bagian barat Laut Mati, atau dalam bahasa Arab disebut Al-Bahr al-Mayyit.
Diutus di Kota Sodom
Kota Sodom adalah kota yang paling besar di antara kelima kota tersebut. Ke wilayah inilah Nabi Luth AS diutus Allah SWT.
Mulanya, Nabi Luth ‘alaihissalam bersama pamannya, Nabi Ibrahim AS, berhijrah menuju Mesir. Keduanya tinggal di sana beberapa lama, lalu kembali ke Palestina.
Di tengah perjalanan menuju Palestina, Nabi Luth meminta izin kepada Nabi Ibrahim untuk pergi dan tinggal ke negeri Sodom. Selanjutnya Nabi Luth menikah di kota itu.
Penduduk kota ini memiliki akhlak sangat buruk. Mereka terjangkit perilaku seks menyimpang, homoseksual. Para lelaki menyalurkan nafsu seks dengan sesama laki-laki. Perempuan dengan perempuan.
Perbuatan itu merajalela di Kota Sodom. Seorang pendatang tidak akan selamat dari gangguan penduduk Sodom.
Apabila pendatang itu adalah seorang perempuan, para wanita akan mengganggunya. Apabila pendatang itu adalah seorang lelaki tampan, para lelaki di Kota Sodom akan memperebutkannya.
Nabi Luth diutus oleh Allah untuk menyadarkan kaum yang menyimpang ini. Nabi Luth diperintahkan menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya itu. Berkata Nabi Luth kepada kaumnya.
“Mengapa kamu melakukan perbuatan tercela itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini sebelummu? Kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita. Bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." ( Al-A'raf: 80-81 )
Pengkhianatan Istri
Mendengar seruan Nabi Luth, rakyat Sodom merasa terusik. Mereka berupaya menghentikan seruan itu. Mereka pun berkomplot mencari jalan bagaimana agar Nabi berhenti berdakwah.
Muncullah ide untuk menghasut istri Nabi Luth untuk mencelakai suaminya. Istri Nabi Luth diiming-imingi harta yang menggiurkan.
“Kamu berparas cantik, hai anakku. Tidak layak kamu membiarkan kecantikanmu itu dalam kemiskinan hina begini. Tidakkah kamu sadari bahwa kamu tidak mempunyai anak lelaki yang dapat bekerja untuk memberimu makan kelak apabila suamimu meninggal dunia?" tutur perempuan tua utusan kaumnya itu, saat membujuk istri Nabi Luth.
Wa’ilah, istri Nabi Luth, mendengarkan dengan seksama semua ucapan perempuan tua itu. Ya, ucapan itu telah membuatnya terlena.
“Lihatlah! Lihatlah, hai anakku, kepingan-kepingan emas dan perak ini!” ujar perempuan tua itu, kemudian sembari menunjukkan koin emas dan perak kepada Wa’ilah. “Sesungguhnya emas dan perak bagiku adalah barang yang mudah kuperoleh,” lanjutnya.
Perempuan tua itu lalu menawari perkerjaan itu kepada Wa’ilah. “Suruhlah salah seorang putrimu menemui sekelompok kaum kita dan memberitahu mereka akan adanya lelaki tampan di rumahmu. Dengan demikian, engkau akan memperoleh emas atau perak sebagai hadiahnya setiap kali engkau kerjakan itu. Dengan itu, engkau bersama putri-putrimu dapat merasakan kenikmatan sesuai dengan apa yang kalian kehendaki."
Perempuan tua itu lalu meletakkan dua keping perak di tangan Wa’ilah, sembari berpamitan.
Istri Nabi Luth duduk sembari merenungkan peristiwa yang baru saja terjadi itu. Ia seperti bingung sehingga berputar-putar di sekitar rumahnya. Suara perempuan tua itu masih terngiang-ngiang di telinganya, sementara di tangannya terselip dua keping perak.
Wa’ilah dibayangi keraguan apakah sebaiknya ia terima saja saran perempuan tua itu. Tetapi, apa yang akan dikatakan orang nanti tentang dirinya jika hal itu ia lakukan; bahwa istri seorang yang mengaku sebagai Rasul Allah dan menyerukan kebajikan, ternyata, menolong kaumnya dalam melakukan kebatilan.
Tiba-tiba, tanpa ragu-ragu, Wa’ilah berkata: "Baiklah, kuterima..."
Kedatangan Malaikat Jibril
Nabi Luth tanpa bosan menyerukan kebenaran Ilahi sesuai dengan perintah Allah kepadanya. Hasilnya, adalah perlawanan penduduk Sodom. Ini yang membuat Nabi Luth sedih. Betapa kaumnya tidak mau menerima kebenaran dan tidak menghendaki diri mereka bersih dari perangai yang hina itu.
Hari demi hari berlalu. Setiap istri Nabi Luth melihat beberapa lelaki datang ke rumahnya, ia segera memberi tahu kaumnya tentang hal itu dan setiap kali berita yang dibawanya sampai kepada kaumnya si perempuan tua datang kepadanya dengan membawa sepotong perak seraya berkata: "Jika engkau selalu menolong kami, niscaya engkau akan dapatkan terus sekeping perak, sementara suamimu tidak dapat menyeru kepadanya."
Sementara itu, seruan Nabi Luth kepada kaumnya tidak menambah apa-apa kecuali perlawanan dan kesombongan. Mereka tetap selalu berpaling dari ajakan suci itu. Bahkan mereka terus-menerus melakukan perbuatan keji tatkala Nabi Luth memperingatkan akan datangnya siksa Allah atas mereka apabila mereka tidak mau berhenti dari kesesatannya.
Mereka malah menentang Nabi Luth dengan berkata: "Datangkanlah kepada kami azab dari Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar."
Maka, Nabi Luth pun memohon kepada Allah, agar Allah menolongnya dari kaumnya. Nabi Luth berdoa: "Ya, Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu." ( QS Al-Ankabut: 30 )
Allah memperkenankan doa Nabi Luth AS, dan mengutus Jibril untuk membinasakan mereka. Jibril datang ke Negeri Sodom dengan menyerupai dua orang lelaki yang tampan. "Dia (Luth) merasa susah dan sempit dadanya karena kedatangan mereka.Dan ia berkata: "Ini adalah hari yang amat sulit." ( QS Hud: 77 )
Nabi Luth AS cemas memikirkan apa yang bakal diperbuat kaumnya jika mereka mengetahui kedatangan tamu lelaki yang berwajah tampan di rumahnya. Bagaimana ia dapat mempertahankan dan memelihara mereka dari kemungkaran kaumnya?
Ah, bukankah tidak ada yang mengetahui kedatangan mereka, kecuali dia sendiri, dan kedua putrinya?
Sebaliknya kedatangan kedua tamu Nabi Luth itu merupakan kesempatan bagi istrinya untuk menambah kepingan-kepingan perak yang biasa ia peroleh dari si wanita tua.
Sekarang, ia harus mengutus seseorang kepada kaumnya untuk memberitahu mereka. Tetapi kedua puterinya sedang sibuk menyiapkan hidangan bagi kedua tamu ayahnya, atas perintah Nabi Luth.
Karena keinginannya yang mendesak, istri Luth akhirnya memberi isyarat kepada salah seorang puterinya untuk mendekat. Kemudian ia membisikkan beberapa kalimat ke telinga anak perempuannya itu. Sesaat kemudian, sang puteri segera keluar rumah untuk memberitahu kaumnya, sebagaimana biasa.
Di tengah-tengah kerumunan orang ramai anak Nabi Luth melihat seorang perempuan tua melambaikan tangan sambil mengisyaratkan panggilan kepadanya. Segera ia mendekati perempuan itu dan memberitahu tentang dua lelaki tampan yang datang ke rumahnya.
Perempuan tua itu kemudian menyuruh ia cepat pulang, sementara ia menghampiri kelompok lelaki. "Kalian akan memperoleh apa yang kalian kehendaki, yaitu dua orang lelaki tampan. Mereka ada di rumah Luth..."
Mereka pun segera datang ke rumah Nabi Luth. Sesampainya mereka di sana, didapati pintu rumah Nabi Luth tertutup. Segeralah mereka mengetuk keras sambil berteriak. "Bukakan, Luth bukalah pintu-pintumu! Kalau tidak, kami terpaksa akan mendobrak!"
Teriakan kaum Luth bertambah keras dan garang. Mereka tak sabar dan ingin mendobrak pintu agar dapat masuk dan menemui tamu-tamu Nabi Luth.
Nabi Luth berdiri terpaku. Hanya pintu yang memisahkannya dari kaum durjana itu. Sesaat kemudian, Nabi Luth berkata kepada mereka demi menenangkan keadaan:
"Hai, kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu. Maka, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan namaku di hadapan tamuku. Tidak adakah di antaramu seorang yang dapat menbedakan baik dan buruk”.
Luth kemudian kembali menegaskan permohonannya kepada kaumnya itu, sedangkan istrinya mengintip tidak jauh dari situ.
Nabi Luth menawarkan kepada mereka untuk mengawini puteri-puterinya, tetapi dengan serentak mereka menjawab: "Sesungguhnya engkau telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki."
Sampai di sini, dialog antara Nabi Luth dan kaumnya terputus. Nabi Luth kemudian berpikir, apakah yang akan ia lakukan jika kaumnya mendobrak pintu rumahnya dan masuk untuk melampiaskan nafsu setannya kepada dua orang tamunya. Ia berdiri kebingungan.
Tiba-tiba tamu Nabi Luth berkata kepadanya: "Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu; sekali-kali mereka tidak dapat mengganggu engkau." Berkata utusan-utusan Allah itu kepada Nabi Luth: "Bukakan pintu, dan tinggalkan kami bersama mereka!"
Maka, Nabi Luth pun membuka pintu rumahnya. Istri Nabi Luth merasa cemas tatkala melihat serombongan kaumnya menyerbu masuk dengan penuh kegilaan, dan segera menuju ke arah tamu-tamu Nabi Luth. Ketika itulah, Jibril mengembangkan kedua sayapnya dan memukul orang-orang durjana itu. Akhirnya, mata mereka, tanpa kecuali, buta seketika. Dengan berteriak kesakitan, mereka semua menghendap-hendap dan bingung, kemana mereka harus berjalan.
Bertanyalah Nabi Luth kepada Malaikat Jibril: "Apakah kaumku akan dibinasakan saat ini juga?"
Malaikat Jibril memberitahu bahwa azab akan ditimpakan kepada kaum Nabi Luth pada waktu subuh. Jibril memerintahkan Nabi Luth agar pergi dengan membawa keluarganya pada akhir malam nanti.
Semua keluarga Nabi Luth pada malam itu pergi bersamanya ke luar kota, kecuali Wa’ilah. Istrinya itu bukan lagi termasuk keluarganya yang beriman kepada risalah Allah yang dibawanya. Sebaliknya, Istri Nabi Luth justru telah membantu orang-orang yang berbuat kerusakan, dan ia harus menerima akibatnya.
Maka, turunlah azab atas dirinya, bersama semua kaum Nabi Luth yang ingkar.
Dosa Besar
Ayat-ayat tentang kisah Nabi Luth dengan kaumnya yang diazab Allah SWT menjadi dasar bahwa Islam memandang praktik homoseksual sebagai tindakan bejat.
Di dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa praktik homoseks merupakan satu dosa besar dan sanksinya sangat berat. Rasulullah SAW bersabda, Siapa saja yang menemukan pria pelaku homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut. (HR Abu Dawud, at-Tirmizi, an- Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki).
Praktik homoseksual dalam Islam dikenal dengan nama liwath. Baik gay maupun lesbian masuk dalam kategori liwath. Tidak ada pembedaan di antara keduanya.
Wilayah yang terkena azab ini bernama al-Mutafikah, yang di dalamnya terdapat lima kota, yaitu Sabah, Sarah, Amarah, Duma, dan Sodom.
Al-Tabari dalam kitabnya berjudul Tarikh al-Rusul wa al-Muluk menyebutkan, bahwa Sodom kini terletak di Yordania.
Sementara itu, Ibnu Katsir dalam kitabnya berjudul Qisas Al-Anbiya menyebut dengan lebih detail. Menurut dia, lokasinya berada di pantai bagian barat Laut Mati, atau dalam bahasa Arab disebut Al-Bahr al-Mayyit.
Diutus di Kota Sodom
Kota Sodom adalah kota yang paling besar di antara kelima kota tersebut. Ke wilayah inilah Nabi Luth AS diutus Allah SWT.
Mulanya, Nabi Luth ‘alaihissalam bersama pamannya, Nabi Ibrahim AS, berhijrah menuju Mesir. Keduanya tinggal di sana beberapa lama, lalu kembali ke Palestina.
Di tengah perjalanan menuju Palestina, Nabi Luth meminta izin kepada Nabi Ibrahim untuk pergi dan tinggal ke negeri Sodom. Selanjutnya Nabi Luth menikah di kota itu.
Penduduk kota ini memiliki akhlak sangat buruk. Mereka terjangkit perilaku seks menyimpang, homoseksual. Para lelaki menyalurkan nafsu seks dengan sesama laki-laki. Perempuan dengan perempuan.
Perbuatan itu merajalela di Kota Sodom. Seorang pendatang tidak akan selamat dari gangguan penduduk Sodom.
Apabila pendatang itu adalah seorang perempuan, para wanita akan mengganggunya. Apabila pendatang itu adalah seorang lelaki tampan, para lelaki di Kota Sodom akan memperebutkannya.
Nabi Luth diutus oleh Allah untuk menyadarkan kaum yang menyimpang ini. Nabi Luth diperintahkan menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya itu. Berkata Nabi Luth kepada kaumnya.
“Mengapa kamu melakukan perbuatan tercela itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini sebelummu? Kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita. Bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." ( Al-A'raf: 80-81 )
Pengkhianatan Istri
Mendengar seruan Nabi Luth, rakyat Sodom merasa terusik. Mereka berupaya menghentikan seruan itu. Mereka pun berkomplot mencari jalan bagaimana agar Nabi berhenti berdakwah.
Muncullah ide untuk menghasut istri Nabi Luth untuk mencelakai suaminya. Istri Nabi Luth diiming-imingi harta yang menggiurkan.
“Kamu berparas cantik, hai anakku. Tidak layak kamu membiarkan kecantikanmu itu dalam kemiskinan hina begini. Tidakkah kamu sadari bahwa kamu tidak mempunyai anak lelaki yang dapat bekerja untuk memberimu makan kelak apabila suamimu meninggal dunia?" tutur perempuan tua utusan kaumnya itu, saat membujuk istri Nabi Luth.
Wa’ilah, istri Nabi Luth, mendengarkan dengan seksama semua ucapan perempuan tua itu. Ya, ucapan itu telah membuatnya terlena.
“Lihatlah! Lihatlah, hai anakku, kepingan-kepingan emas dan perak ini!” ujar perempuan tua itu, kemudian sembari menunjukkan koin emas dan perak kepada Wa’ilah. “Sesungguhnya emas dan perak bagiku adalah barang yang mudah kuperoleh,” lanjutnya.
Perempuan tua itu lalu menawari perkerjaan itu kepada Wa’ilah. “Suruhlah salah seorang putrimu menemui sekelompok kaum kita dan memberitahu mereka akan adanya lelaki tampan di rumahmu. Dengan demikian, engkau akan memperoleh emas atau perak sebagai hadiahnya setiap kali engkau kerjakan itu. Dengan itu, engkau bersama putri-putrimu dapat merasakan kenikmatan sesuai dengan apa yang kalian kehendaki."
Perempuan tua itu lalu meletakkan dua keping perak di tangan Wa’ilah, sembari berpamitan.
Istri Nabi Luth duduk sembari merenungkan peristiwa yang baru saja terjadi itu. Ia seperti bingung sehingga berputar-putar di sekitar rumahnya. Suara perempuan tua itu masih terngiang-ngiang di telinganya, sementara di tangannya terselip dua keping perak.
Wa’ilah dibayangi keraguan apakah sebaiknya ia terima saja saran perempuan tua itu. Tetapi, apa yang akan dikatakan orang nanti tentang dirinya jika hal itu ia lakukan; bahwa istri seorang yang mengaku sebagai Rasul Allah dan menyerukan kebajikan, ternyata, menolong kaumnya dalam melakukan kebatilan.
Tiba-tiba, tanpa ragu-ragu, Wa’ilah berkata: "Baiklah, kuterima..."
Kedatangan Malaikat Jibril
Nabi Luth tanpa bosan menyerukan kebenaran Ilahi sesuai dengan perintah Allah kepadanya. Hasilnya, adalah perlawanan penduduk Sodom. Ini yang membuat Nabi Luth sedih. Betapa kaumnya tidak mau menerima kebenaran dan tidak menghendaki diri mereka bersih dari perangai yang hina itu.
Hari demi hari berlalu. Setiap istri Nabi Luth melihat beberapa lelaki datang ke rumahnya, ia segera memberi tahu kaumnya tentang hal itu dan setiap kali berita yang dibawanya sampai kepada kaumnya si perempuan tua datang kepadanya dengan membawa sepotong perak seraya berkata: "Jika engkau selalu menolong kami, niscaya engkau akan dapatkan terus sekeping perak, sementara suamimu tidak dapat menyeru kepadanya."
Sementara itu, seruan Nabi Luth kepada kaumnya tidak menambah apa-apa kecuali perlawanan dan kesombongan. Mereka tetap selalu berpaling dari ajakan suci itu. Bahkan mereka terus-menerus melakukan perbuatan keji tatkala Nabi Luth memperingatkan akan datangnya siksa Allah atas mereka apabila mereka tidak mau berhenti dari kesesatannya.
Mereka malah menentang Nabi Luth dengan berkata: "Datangkanlah kepada kami azab dari Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar."
Maka, Nabi Luth pun memohon kepada Allah, agar Allah menolongnya dari kaumnya. Nabi Luth berdoa: "Ya, Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu." ( QS Al-Ankabut: 30 )
Allah memperkenankan doa Nabi Luth AS, dan mengutus Jibril untuk membinasakan mereka. Jibril datang ke Negeri Sodom dengan menyerupai dua orang lelaki yang tampan. "Dia (Luth) merasa susah dan sempit dadanya karena kedatangan mereka.Dan ia berkata: "Ini adalah hari yang amat sulit." ( QS Hud: 77 )
Nabi Luth AS cemas memikirkan apa yang bakal diperbuat kaumnya jika mereka mengetahui kedatangan tamu lelaki yang berwajah tampan di rumahnya. Bagaimana ia dapat mempertahankan dan memelihara mereka dari kemungkaran kaumnya?
Ah, bukankah tidak ada yang mengetahui kedatangan mereka, kecuali dia sendiri, dan kedua putrinya?
Sebaliknya kedatangan kedua tamu Nabi Luth itu merupakan kesempatan bagi istrinya untuk menambah kepingan-kepingan perak yang biasa ia peroleh dari si wanita tua.
Sekarang, ia harus mengutus seseorang kepada kaumnya untuk memberitahu mereka. Tetapi kedua puterinya sedang sibuk menyiapkan hidangan bagi kedua tamu ayahnya, atas perintah Nabi Luth.
Karena keinginannya yang mendesak, istri Luth akhirnya memberi isyarat kepada salah seorang puterinya untuk mendekat. Kemudian ia membisikkan beberapa kalimat ke telinga anak perempuannya itu. Sesaat kemudian, sang puteri segera keluar rumah untuk memberitahu kaumnya, sebagaimana biasa.
Di tengah-tengah kerumunan orang ramai anak Nabi Luth melihat seorang perempuan tua melambaikan tangan sambil mengisyaratkan panggilan kepadanya. Segera ia mendekati perempuan itu dan memberitahu tentang dua lelaki tampan yang datang ke rumahnya.
Perempuan tua itu kemudian menyuruh ia cepat pulang, sementara ia menghampiri kelompok lelaki. "Kalian akan memperoleh apa yang kalian kehendaki, yaitu dua orang lelaki tampan. Mereka ada di rumah Luth..."
Mereka pun segera datang ke rumah Nabi Luth. Sesampainya mereka di sana, didapati pintu rumah Nabi Luth tertutup. Segeralah mereka mengetuk keras sambil berteriak. "Bukakan, Luth bukalah pintu-pintumu! Kalau tidak, kami terpaksa akan mendobrak!"
Teriakan kaum Luth bertambah keras dan garang. Mereka tak sabar dan ingin mendobrak pintu agar dapat masuk dan menemui tamu-tamu Nabi Luth.
Nabi Luth berdiri terpaku. Hanya pintu yang memisahkannya dari kaum durjana itu. Sesaat kemudian, Nabi Luth berkata kepada mereka demi menenangkan keadaan:
"Hai, kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu. Maka, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan namaku di hadapan tamuku. Tidak adakah di antaramu seorang yang dapat menbedakan baik dan buruk”.
Luth kemudian kembali menegaskan permohonannya kepada kaumnya itu, sedangkan istrinya mengintip tidak jauh dari situ.
Nabi Luth menawarkan kepada mereka untuk mengawini puteri-puterinya, tetapi dengan serentak mereka menjawab: "Sesungguhnya engkau telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki."
Sampai di sini, dialog antara Nabi Luth dan kaumnya terputus. Nabi Luth kemudian berpikir, apakah yang akan ia lakukan jika kaumnya mendobrak pintu rumahnya dan masuk untuk melampiaskan nafsu setannya kepada dua orang tamunya. Ia berdiri kebingungan.
Tiba-tiba tamu Nabi Luth berkata kepadanya: "Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu; sekali-kali mereka tidak dapat mengganggu engkau." Berkata utusan-utusan Allah itu kepada Nabi Luth: "Bukakan pintu, dan tinggalkan kami bersama mereka!"
Maka, Nabi Luth pun membuka pintu rumahnya. Istri Nabi Luth merasa cemas tatkala melihat serombongan kaumnya menyerbu masuk dengan penuh kegilaan, dan segera menuju ke arah tamu-tamu Nabi Luth. Ketika itulah, Jibril mengembangkan kedua sayapnya dan memukul orang-orang durjana itu. Akhirnya, mata mereka, tanpa kecuali, buta seketika. Dengan berteriak kesakitan, mereka semua menghendap-hendap dan bingung, kemana mereka harus berjalan.
Bertanyalah Nabi Luth kepada Malaikat Jibril: "Apakah kaumku akan dibinasakan saat ini juga?"
Malaikat Jibril memberitahu bahwa azab akan ditimpakan kepada kaum Nabi Luth pada waktu subuh. Jibril memerintahkan Nabi Luth agar pergi dengan membawa keluarganya pada akhir malam nanti.
Semua keluarga Nabi Luth pada malam itu pergi bersamanya ke luar kota, kecuali Wa’ilah. Istrinya itu bukan lagi termasuk keluarganya yang beriman kepada risalah Allah yang dibawanya. Sebaliknya, Istri Nabi Luth justru telah membantu orang-orang yang berbuat kerusakan, dan ia harus menerima akibatnya.
Maka, turunlah azab atas dirinya, bersama semua kaum Nabi Luth yang ingkar.
Dosa Besar
Ayat-ayat tentang kisah Nabi Luth dengan kaumnya yang diazab Allah SWT menjadi dasar bahwa Islam memandang praktik homoseksual sebagai tindakan bejat.
Di dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa praktik homoseks merupakan satu dosa besar dan sanksinya sangat berat. Rasulullah SAW bersabda, Siapa saja yang menemukan pria pelaku homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut. (HR Abu Dawud, at-Tirmizi, an- Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki).
Praktik homoseksual dalam Islam dikenal dengan nama liwath. Baik gay maupun lesbian masuk dalam kategori liwath. Tidak ada pembedaan di antara keduanya.
(mhy)